icon-category News

Tradisi 'Marandang' Penanda Awal Ramadhan di Sumbar

  • 26 May 2017 WIB
Bagikan :

Waktu baru menunjukkan pukul 06.00 WIB, namun selepas shalat Subuh, Nurlina sudah bersiap dengan pakaian rapi menuju Pasar Bandar Buat, Kecamatan Lubuk Kilangan, Sumatera Barat berlokasi sekitar tiga kilometer dari rumahnya.

Pada Jumat pagi,ia bergegas menuju pasar menggunakan angkutan kota hendak membeli daging sapi untuk dibuat rendang sebagai menu istimewa keluarganya menyambut hari pertama bulan Ramadhan 1438 Hijriah. "Ada yang kurang jika puasa pertama tidak ada rendang di meja makan untuk santap sahur dan berbuka," ujarnya.

Sudah menjadi kelaziman saat-saat istimewa seperti menyambut bulan Ramadhan, rendang menjadi menu wajib di meja makan warga Padang. "Ini sebagai wujud syukur dan kebahagiaan menyambut hari baik bulan baik," lanjut ibu tiga anak itu.

Setiba di pasar, warga sudah ramai berbelanja, tidak hanya Nurlina , para ibu-ibu lainnya juga ikut antre berbelanja daging sapi segar yang baru saja dipotong.

"Kamarilah buk ko masih segar bantainyo ha, (Ayo kesini ibu-ibu daging sapinya masih segar)," ucap penjual yang tidak henti melayani pembeli.

Kendati harga satu kilogram daging sapi mencapai Rp120 ribu tidak mengurung minat para ibu membelinya. "Ada yang kurang kalau tidak membuat rendang di hari pertama, biarlah sedikit mahal asal ada," lanjut Lita ibu rumah tangga lainnya.

Memang tidak ada yang bisa memungkiri rendang adalah hidangan yang istimewa dan mendapat predikat makanan terenak di dunia versi CNN. Usai membeli daging sapi, Nurlina berbelanja bumbu untuk memasak rendang mulai dari kelapa yang sudah tua, cabai giling, bawang merah, bawang putih, kemiri, hingga jahe.

Tepat pukul 09.00 WIB, ia tiba di rumah dan mulai bersiap memasak rendang. Santan kelapa yang telah diperas terus diaduk dalam kuali dengan api kecil. Bumbu yang telah digiling halus perlahan dituangkan, tangannya pun tak henti mengaduk.

Perlahan aroma harum masakan mulai menyeruak memenuhi ruangan dapur sederhana rumahnya, dengan telaten ia terus mengaduk hingga dua jam berlalu sampai santan yang ada dalam kuali berubah warna menjadi kecoklatan.

Setelah santan tersebut berubah warna menjadi kecoklatan dan kandungan minyaknya mulai keluar, Nurlina mulai memasukkan potongan daging sapi berukuran sekepalan tangan sembari terus mengaduk.

Daging sapi tersebut mulai matang, namun belum kering dan baru disebut kalio atau gulai daging dengan kuah kental berwarna kuning kecoklatan. Ia terus mengaduk hingga rendang dalam kuali mulai berubah warna menjadi coklat kehitaman dan rendang yang dimasaknya matang.

Meski lelah, ia senang sebentar lagi Ramadhan tiba dan dinihari besok ia sekeluarga akan menyantap sahur dengan rendang buatannya. Sementara Melani warga Padang yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil sengaja ke pasar terlebih dahulu sebelum berangkat ke kantor untuk berbelanja bahan rendang.

"Menyambut puasa pertama, saya selalu memasak rendang, agar makan sahur lebih enak, anak-anak juga suka," kata dia.

Tidak mau ketinggalan warga Padang lainnya Diana mengirimkan paket rendang untuk anaknya yang kuliah di Bandung. Melalui jasa pengiriman, ia mengirim satu kilogram rendang yang sudah dikemas rapi sebagai bekal untuk anaknya di Bandung.

Ini sudah rutin, setiap awal Ramadhan anak saya selalu dikirim rendang, biarpun hari pertama puasa tidak bersama, ia bisa makan rendang di rantau, ujar dia. Tradisi marandang menjadi peluang rezeki bagi pedagang daging sapi musiman yang biasanya hanya berjualan pada momen tertentu.

Di beberapa lokasi strategis seperti di pinggir jalan di kawasan Pauh, Kuranji, Kalawi, Anduring, Andalas, Parak Gadang, dan Lubuk Begalung bermunculan pedagang daging sapi sehari sebelum Ramadhan.

Salah satu pedagang sapi dadakan di Kuranji, Bayu (30) mengatakan sudah tiga hari berjualan di tepi jalan Kuranji dan sudah tiga ekor sapi yang disembelih. Terkait harga, sebut dia, tetap sama dengan di pasar yakni Rp120.000 per kilogram. "Saya sengaja berjualan daging untuk memudahkan masyarakat sehingga tidak perlu ke pasar apalagi puasa sudah dekat," ujarnya.

Apinya kecil Sementara pemilik usaha Rendang Minang Culinary Dian Anugerah menyampaikan rahasia kelezatan rendang sebenarnya adalah memasak dengan api kecil namun dalam waktu yang lama sehingga masakan matang dengan sempurna dan bumbu benar-benar meresap.

"Ketika rendang dimasak dengan api kecil terjadi proses karamelisasi, minyak santan akan keluar, bumbu meresap dan daging matang dengan sempurna sehingga diperoleh sensasi perpaduan rasa bumbu dan daging yang lembut dan spicy," kata dia.

Ia mengatakan saat ini banyak rendang yang dimasak dengan cepat, hanya dalam empat jam sudah selesai, rasanya akan berbeda dengan rendang yang dimasak dengan api kecil dan dalam waktu yang panjang. Rendang yang dimasak dengan api kecil akan menghasilkan rasa yang segar serta lebih awet karena minyak santan benar-benar sempurna keluar yang merupakan pengawet alami.

Rendang yang dimasak dengan api kecil akan menghasilkan rasa yang segar serta lebih awet karena minyak santan benar-benar sempurna keluar yang merupakan pengawet alami. Ia melihat rendang akan semakin populer dan bercita-cita menghadirkan rendang dengan resep yang benar-benar otentik.

Rendang dan Ramadhan adalah sesuatu yang tak dapat dipisahkan bagi warga Padang karena masakan istimewa itu menjadi salah satu menu rutin yang hadir di meja makan menyambut hari baik bulan baik bagi umat Islam. (Antara)

Ini Doa Nabi Muhammad SAW Ketika Melihat Hilal

Sebentar Lagi Ramadhan, Sudahkah Kita Tahu Apa itu Ramadhan?

Meneliti Sholat, Antropolog Nasrani ini Akhirnya Masuk Islam

Penjualan Pakaian Muslim di Pasar Mayestik Mulai Ramai

Jelang Ramadhan, Dinsos Kota Medan Lakukan Razia Gepeng dan PSK

Foto: Sidak Pasar Jelang Ramadhan 2017

FOTO: Ramadhan 2017 Tanpa Miras

Ramadhan, Bangkitnya Perajin Lentera Tradisonal Mesir

FOTO: Tradisi Nusantara Menyambut Ramadhan 2017

Jalan-jalan ke Sumatera Barat, Dulang Emas di Nagari Sisawah

Masjid Unik Berwarna Pink di Filipina

Video: Mereka yang Mengenal Tuhan Tanpa Kata

VIDEO: Masjid Tertua di Tiongkok Ini Jadi Saksi Sejarah

Video: Masjid Tertua di Inggris Ternyata Dibangun oleh Profesor

Masjid Lautze, Bukti Tumbuhnya Islam di Kalangan Tionghoa

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini