icon-category News

Bayi Debora Meninggal di IGD RS Mitra Keluarga, Uang Muka Jadi Kendala

  • 10 Sep 2017 WIB
Bagikan :

Tiara Debora Simanjorang, bayi mungil berusia 4 bulan ini meninggal di IGD RS Mitra Keluarga Kalideres. Nyawa Debora tak tertolong lantaran telat mendapat perawatan karena terkendala masalah uang muka atau down payment (DP).

Kisah pilu bayi Debora diunggah oleh Birgaldo Sinaga di akun Facebooknya. Ibunda Debora, Henny Silalahi mengatakan sudah menceritakan semua kisahnya kepada Birgaldo.

"Semua yang dituliskan Bapak Birgaldo itu benar cerita tentang anak saya, silakan kutip dari sana. Saya masih shock belum bisa bicara banyak," ucap Henny saat dikonfirmasi kumparan, Sabtu (9/9/2017).

Kisah ini bermula pda Minggu dini hari, 3 September 2017 sekitar pukul 02.30 WIB, Bayi Debora sesak nafas. Nafasnya tersengal. Sebelumnya Debora batuk-batuk berdahak. Henny segera membangunkan suaminya Rudianto Simanjorang. Mereka memutuskan membawa bayinya segera ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres.

Pukul 03.30 WIB, motor dihidupkan. Pagi buta mereka menembus dinginnya malam membawa bayi mungil Debora yang tampak pucat tertidur pulas. Diboncengan Henny melihat tiba-tiba bayi Debora sesak nafas. 

Bayi Debora segera dilarikan ke IGD RS Mitra Keluarga Kalideres. Dokter jaga yang sedang bertugas waktu itu, Dokter Iren langsung mengambil tindakan pertolongan pertama. Debora dicek suhu tubuhnya, lalu diberikan penguapan untuk mengencerkan dahaknya. Sambil dilakukan pemeriksaan, ayah Debora Rudianto diminta mengurus administrasi pasien.

"Pukul 04.10 WIB, kedua orang tua Debora dipanggil Dokter Iren. Hasil diagnosa dokter Iren mengatakan si bayi Debora harus segera dibawa ke ruang PICU. Kondisinya memburuk. Pasien harus dimasukkan segera ke ruang PICU untuk memberikan pertolongan maksimal," kata Birgaldo seperti dikutip dari akun Facebooknya.

Orang tua Debora diminta untuk membayar uang muka Rp 19.800.000 agar anak mereka bisa segera masuk ruang PICU. Namun saat itu keduanya tidak punya cukup uang. Mereka hanya memiliki uang sebesar Rp 5 juta.

"Di kertas daftar harga itu tertera angka Rp. 19.800.000,- untuk pelayanan PICU," tulis Birgaldo.

Rumah sakit tetap menolak bayi Debora dan meminta agar segera dilunasi uang DP. Rudianto, ayah Debora mengatakan dia memiliki BPJS dan memohon agar bayinya diselamatkan lebih dulu. Dia akan berusaha mencari kekurangan uangnya.

Namun ternyata pihak rumah sakit mengaku belum bekerjasama dengan BPJS dan meminta untuk tetap melunasi uang muka.

Orang tua Debora hanya bisa menangis melihat anaknya kesakitan di ruang IGD. "Tolonglah Mbak, anak saya kritis. Dia kedinginan, perlu segera masuk PICU. Mohonlah mbak, mohon," ucap ayah Debora kala itu.

Tak ada jawaban. Petugas administrasi hanya menjawab datar. "Ini aturan rumah sakit, silahkan bayar uang muka sesuai daftar harga PICU,"

Pukul 06.00 WIB, kondisi Debora terus menurun. Ia masih diruang IGD. Bayi Debora terus berjuang bertahan hidup tanpa bantuan medis yang optimal. Ia dibiarkan kedinginan tanpa inkubator. Sementara kedua orang tuanya terus berusaha mencari rumah sakit yang punya ruang PICU.

Henny sudah coba mengontak teman-temannya untuk mencari Rumah Sakit lain yang memiliki layanan ruang PICU dan berencana dipindah ke RS Koja.

Pukul 09.39 WIB bayi Debora akan dievakuasi ke RS Koja. Dokter di Koja juga sudah berkordinasi dengan dokter RS Mitra. Pukul 10.00 WIB, perawat memanggil kedua orang tua Debora, mereka mengabarkan kondisi bayi Debora memburuk. Mereka memberikan tindakan CPR karena jantung bayi Debora berhenti. Henny memegang tangan anaknya. Dingin sekali. Kedua mata bayi Debora hanya nampak putihnya. Nyawa Debora sudah tidak bisa diselamatkan.

"Ia terus mengguncang tubuh Debora. Mencoba membangunkannya. Henny terus menjerit, Ia menangis kencang, matanya sembab. Ia terus menjerit tidak terima bayi mungilnya mati di IGD," kata Birgaldo.

"Ayah Debora terguncang. Dadanya bergetar. Ia menjerit memeluk bayi mungilnya. Kedua orang tua Debora tidak menyangka bayinya meninggal dunia hanya karena uang muka yang diminta rumah sakit tidak bisa mereka cukupi," tambah Birgaldo.

kumparan sudah mengontak pihak RS Mitra Keluarga Kalideres. Di ujung telepon, seorang perempuan menjawab dan meminta kumparan memberikan nomor HP, karena nanti pihak humas rumah sakit akan mengontak memberikan keterangan.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini