Sponsored
Home
/
Sport

Curhat Pelatih Timnas Sepak Takraw Usai Merasa Dicurangi

Curhat Pelatih Timnas Sepak Takraw Usai Merasa Dicurangi
Preview
Rossi Finza Noor21 August 2017
Bagikan :

Ajang SEA Games 2017 memunculkan beberapa masalah bagi kontingen Indonesia. Setelah persoalan terbaliknya bendera Merah-Putih, Indonesia juga harus dihadapkan kepada hal non-teknis di atas lapangan pertandingan.

Ya, kenyataan pahit harus diterima Tim Sepak Takraw Putri Indonesia. Mereka merasa dicurangi ketika berhadapan dengan tuan rumah Malaysia di Titiwangsa Indoor Stadium, Kuala Lumpur, Minggu (20/8/2017). Saat itu, wasit asal Singapura Muhammad Radi asal Singapura berulang kali membatalkan servis tim Indonesia.

Protes keras diajukan jajaran pelatih yang disusul dengan aksi walk-out (WO). Seluruh pemain pun langsung meninggalkan lapangan ketika unggul poin 16-10 di set II. Alhasil, Indonesia dinyatakan kalah dalam pertandingan nomor beregu itu, sehingga hanya mendapatkan perunggu.

Sedangkan, medali perak diraih Malaysia, dan Thailand menyabet medali emas. Pertandingan tersebut menggunakan sistem round robin, sehingga setiap tim akan bertemu. Pemenang akan ditentukan berdasarkan peringkat akhir.

Lantas, bagaimana kronologis dari aksi WO yang dilakukan Tim Sepak Takraw Putri Indonesia itu?

kumparan (kumparan.com) berkesempatan berbincang dengan pelatih Tim Nasional (Timnas) Sepak Takraw Indonesia, Asry Syam, usai mendampingi tim putra berlaga di Titiwangsa Indoor Stadium pada Senin (21/8). Berikut petikan wawancaranya.

Bisa Anda ceritakan bagaimana awal mula pertandingan tersebut sampai akhirnya memutuskan WO?

Saat pertandingan dimulai, saya sebenarnya sudah curiga. Karena saya perhatikan, ini wasit pada ke mana, kok tidak ada di lapangan. Apa jangan-jangan ada briefing tertentu dengan tuan rumah. Karena ini ‘kan partai penentuan perebutan medali perak.

Ketika wasit keluar dari ruangan, saya perhatikan ada beberapa wasit. Dan, ada satu orang wasit yang memang sudah saya tandai karena sering lakukan hal yang sama sebelumnya.

Harapan saya, bukan dia yang memimpin. Dan, ketika dibacakan nama-namanya, wasit yang saya tandai itu ternyata pegang microphone. Saya langsung bilang, “Wah, bahaya ini.”  

Tapi, saya tetap sabar dan menguatkan jiwa serta menenangkan hati. Memantau pertandingan sedetail mungkin. Dan, benar saja, servis pertama langsung dibatalkan.  

Seberapa penting sebenarnya servis dalam pertandingan sepak takraw?

Servis itu sudah menjadi program saya. Saya maksimalkan. Saya tahu pemain saya (kakinya) tidak boleh keluar melewati garis servis. Saya tahu aturan. Tapi, sejak set pertama sudah dibatalkan. Saya langsung berdiri, tidak benar ini.

Tekong (pemain yang bertugas melakukan servis) itu dinyatakan batal kalau melakukan servis keluar dari garis lingkaran. Saya jamin tekong saya kakinya tidak keluar garis. Itu sudah kita setting dalam program di pelatnas. Karena saya tahu itu akan sangat merugikan. Percuma servis keras, tajam, dan terarah, kalau kakinya keluar dari garis.

Ketika melakukan WO, posisi tim Indonesia sedang unggul. Mengapa melakukan hal demikian?

Dengan kondisi poin itu (unggul), biar mereka tahu. Kalau kita sedang kalah, saya WO, maka saya jadi pecundang. Tapi, kita sedang unggul, tinggal 4 poin lagi game set kedua.

Tapi saya tahu, ujung-ujungnya pasti Malaysia yang menang. Misalkan kita sudah sampai poin 20, mereka bisa saja menghentikan poin kita dengan segala cara. Akhirnya Malaysia bisa menyamakan kedudukan jadi 20-20 sehingga deuce. Lalu, Malaysia ambil poin dan mereka bilang Indonesia kalah tipis dari Malaysia, padahal kualitas di bawah kita.

Ya, kalaupun set kedua kita selamat (menang), set ketiga pasti kita dihabiskan. Makanya saya pikir saja jauh ke depan. Kita masih punya nomor lain (di putri). Saya coba maksimalkan di nomor itu.

Jadi, keputusan WO diambil secara spontan?

Ketika set I kita kalah, saya belum bicara apapun soal WO kepada pemain. Meskipun sudah ada indikasi kecurangan saat itu.

Saya hanya katakan kita harus berusaha fokus menekan skor. Harus bisa unggul jauh dan benar ‘kan kita bisa unggul. Saya amati, kalau skor jauh mereka enggan lakukan tindakan (curang) itu karena akan sangat ketahuan.

Preview

Tapi, pas kita sudah unggul dan tinggal berapa poin lagi menang, kejadian semakin parah. Yang ada di kepala saya saat itu, saya harus ambil keputusan. Set kedua tidak bakal selesai nih, pasti malaysia menang. Kalau selesai, set ketiga mereka pasti menang kalau memang caranya seperti itu.

Ketika itu, ada Menpora Imam Nahrawi juga di lapangan. Hal apa yang dikatakan kepada pemain?

Ya, Pak Imam langsung menghampiri pemain. Beliau mengakui bahwa pertandingan tadi berjalan tidak normal. Banyak kecurangan. Pemain saya sampai pada nangis.

Pak Imam kemudian menenangkan pemain. Beliau membesarkan hati pemain. Lalu, mengajak makan seluruh tim. Saya tahu tujuannya pasti ingin memulihkan kondisi mental pemain.

Saya berterima kasih kepada pemerintah dalam hal ini Kemenpora yang berada di belakang kami, mendukung kami di saat situasi seperti ini. Kami ke sini bukan bawa nama pribadi, tapi bawa nama bangsa. Indonesia tidak bisa diperlakukan seperti ini.

populerRelated Article