Home
/
Digilife

DANA Khawatir Jumlah Unduhan Aplikasi Terhambat karena QRIS?

DANA Khawatir Jumlah Unduhan Aplikasi Terhambat karena QRIS?
Birgitta Ajeng11 March 2020
Bagikan :

Ilustrasi. (Kantor Pusat DANA)

Uzone.id - Bank Indonesia (BI) bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) telah meluncurkan sistem pembayaran berbasis QR Code Indonesia Standard (QRIS) pada 17 Agustus 2019.

BI mendefinisikan QRIS sebagai standar nasional QR Code pembayaran untuk memfasilitasi transaksi pembayaran retail di Tanah Air. Mulai 1 Januari 2020, BI sudah mewajibkan seluruh penyedia layanan pembayaran nontunai untuk menggunakan QR Code.

Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Luctor E. Tapiheru menyatakan, “QRIS mengintegrasikan satu yang sifatnya inklusif, jadi tidak ada lagi spesifik satu hanya untuk satu, jadi ini adalah satu untuk semua, semua untuk satu.”

Baca juga: 5 Fakta Wajib Tahu Tentang QRIS untuk Transaksi Digital

“Jadi, terutama milenial yang cenderung mencari diskon, kalau ada diskon baru kita download aplikasinya, kalau enggak ada diskon, enggak mau kita download. Bukannya kami melarang itu, silakan saja itu dilakukan, tapi tidak dengan cara yang sifatnya eksklusif,” imbuh Luctor dalam Media Briefing Pekan QRIS Nasional 2020 Bersama DANA di Jakarta Selatan, Selasa (10/3).

Dengan demikian, apakah keberadaan QRIS justru menghambat pertumbuhan jumlah unduhan aplikasi dompet digital di Indonesia?

Dalam kesempatan yang sama, Chief Legal and Compliance Officer DANA, Dina Artarini menjawab bahwa pihaknya tidak takut akan ada penurunan jumlah unduhan aplikasi DANA.

Baca juga: Dompet Digital DANA Sudah Menerapkan QRIS

“Jadi pada dasarnya kita sih enggak takut, ya, bahwa ini akan ada penurunan jumlah yang akan di-download,” ungkap Dina.

Alasannya, karena pengguna ponsel pintar di Indonesia sangat besar dan orang-orang yang menggunakan dompet digital baru tiga persen.

Ia menegaskan, “Karena pada dasarnya pengguna handphone sendiri di Indonesia itu sangat besar, mungkin sekitar 170 juta, pasar ini yang menggunakan itu (dompet digital) baru tiga persen, jadi ladangnya sangat luas.”

populerRelated Article