Home
/
Lifestyle

Dulu Ramai, Kini Pasar Baru Sepi Tergerus Online Shop

Dulu Ramai, Kini Pasar Baru Sepi Tergerus Online Shop
Iwan Supriyatna06 December 2018
Bagikan :

Perkembangan zaman dan teknologi yang melaju dengan cepat saat ini bagi sebagian orang memiliki dampak yang positif. Hal tersebut lantaran menjadikan semuanya menjadi lebih mudah.

Namun, bagi sebagian orang kemajuan tersebut memberikan dampak negatif. Khususnya kepada para pedagang offline.

Bisnis online sekarang tengah jadi primadona di kalangan masyarakat di seluruh dunia. Hal ini terlihat dari maraknya toko online yang bermunculan dari yang kecil perorangan hingga perusahan korporasi besar yang professional.

Fakta ini semakin memojokkan bisnis offline atau konvensional yang telah lama menjadi keseharian dari rakyat Indonesia.

Seperti yang dirasakan Asep pedagang yang menjual berbagai pernak-pernik seperti kacamata, sandal, tas anak-anak di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat. Asep mengaku sangat merasakan penurunan penjualan lantaran e-commerce yang mulai menjamur.

“Penurunan ada ya pasti, sekarang orang lebih senang belanja online. Penurunannya hampir 60 persenan lah,” kata Asep saat berbincang dengan Suara.com.

Asep mengaku penurunan tersebut bukan hanya dirasakan ia saja, melainkan seluruh toko yang ada di kawasan Pasar Baru. Asep mengungkapkan, sejak menjamurnya toko online, kawasan Pasar Baru menjadi sepi pengunjung.

Benar saja, ketika Suara.com berjalan dari gerbang pintu masuk kawasan Pasar Baru hingga ke kawasan Metro dan Harco tidak banyak pengunjung yang berlaku lalang.

“Tadi mba lewat sini gimana, nggak padat kan. Padahal jaman dulu mah disini nggak kenal sepi, banyak yang pada belanja, sekarang online semua. Mau hari kerja atau libur same aje penuh,” ujarnya.

Asep mengungkapkan, penurunan penjualan diakuinya mulai terasa sejak tahun lalu. Penyebabnya disinyalir penetrasi dari penjualan elektronik melalui online.

Padahal, kata Asep, dulu sebelum e-commerce menjamur, ia bisa mengantongi pendapatan Rp 5 juta sampai Rp 10 juta per hari.

"Per hari waktu lagi ramai-ramainya bisa Rp 15 juta. Tapi sekarang pernah sama sekali nggak ada pemasukan. Orang malas juga ke sini, macet bayar parkir juga. Mending beli di online lebih murah. Makanya kita juga jual lewat online," katanya.

Kendati demikian, Asep mengaku tetap optimis dan yakin meski e-commerce menjamur, tokonya masih bisa meraup keuntungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Rezeki nggak kemana. Meski online banyak, tapi pasti ada juga kok yang datang ke kami beli barangnya. Pinter-pinter cari peluang bisnisnya aja pasti ada jalan,” kata Asep.

 

Berita Terkait:

populerRelated Article