Kembali ke Uzone News Portal

icon-category Games

Jatuh Bangun Nightspade

  • 06 Jan 2017 WIB
  • Bagikan :
    Jatuh Bangun Nightspade

    Nightspade adalah salah satu studio game yang bermarkas di kota Bandung. Didirikan oleh sekelompok jebolan jurusan Teknik Informatika ITB, Nightspade aktif sejak tahun 2010 dan telah menelurkan berbagai game mulai dari platform Flash hingga mobile.

    Beberapa karya mereka seperti Stack the Stuff dan Animal Pirates pun kerap mendapat rating tinggi di Google Play Store atau Apple App Store.

    Anehnya, sejak tahun 2015 Nightspade seperti menghilang. Meski bisnisnya jelas masih berjalan, studio yang pada awalnya bernama Nightclub Coders ini tidak pernah merilis publikasi tentang produk yang sedang mereka kerjakan. Hal tersebut tentu membuat kita bertanya-tanya, sebenarnya ada apa dengan Nightspade?

    Pada acara Bekraf Game Prime beberapa waktu lalu, Tech in Asia Indonesia berkesempatan mewawancarai CEO Nightspade, yaitu Garibaldy Wibowo Mukti alias Gerry. Gerry menjelaskan bahwa Nightspade masih aktif dalam dunia pengembangan game, namun dengan visi dan cara kerja yang berbeda dari sebelumnya. Simak hasil perbincangan kami di bawah.

    Introspeksi dari kegagalan

    Garibaldy Wibowo Mukti | Photo 1

    Gerry di acara Bekraf Game Prime 2016

    Nightspade termasuk developer yang jarang terlihat di hadapan umum dalam beberapa bulan terakhir. Acara-acara seperti Game Developer Gathering (sekarang Game Prime) dan Tech in Asia Conference juga tidak pernah mereka ikuti. Menurut Gerry, hal tersebut terjadi karena memang segmen pasar yang mereka targetkan sudah berubah.

    “Kami jarang ikut event seperti ini karena sekarang kami tidak berfokus pada produk tapi pada proses outsourcing,” ujar Gerry. Dengan kata lain saat ini Nightspade tak lagi mengembangkan game untuk dijual ke konsumen secara langsung, tapi murni menjadi developer yang menangani permintaan pembuatan game dari penerbit atau perusahaan lain.

    Keputusan untuk beralih dari produk ke outsourcing ini muncul setelah Nightspade melakukan evaluasi terhadap hasil kinerja mereka. Dari evaluasi tersebut, mereka menyimpulkan bahwa kekuatan Nightspade ada pada bidang development, namun mereka sangat lemah di bidang publishing.

    Nuclear Outrun | Screenshot 1

    Nuclear Outrun, salah satu game karya Nightspade

    Beberapa tahun mereka sudah mencoba untuk fokus pada produk, tapi sayangnya usaha tersebut belum bisa meraih hasil maksimal. Game yang dirilis, meskipun berkualitas dan mendapat rating baik, ternyata gagal di pasar. “Kalau terdengar kami merilis game seperti bagus atau sukses, mungkin secara publikasi terlihat bagus tapi sebenarnya secara angka tidak bagus,” demikian jelas Gerry.

    Peluang datang dari luar negeri

    Sekitar setahun lamanya Nightspade menjalani model bisnis outsourcing, dan menurut Gerry, hasilnya cukup memuaskan. Sayangnya, sebagai tenaga outsourcing, tidak semua game tersebut bisa dipublikasikan sebagai karya Nightspade. Namun Gerry meyakinkan bahwa game buatan mereka mampu bersaing di pasar.

    Ada tiga game keluaran Nightspade yang menduduki peringkat lima puluh besar di App Store, bahkan mereka juga pernah mendapat predikat featured game. Sementara itu salah satu judul yang bisa dipublikasikan adalah Heroes Unite!, sebuah RPG hasil kerja sama dengan perusahaan DeNA asal Jepang.

    Heroes Unite | Screenshot 1

    Klien-klien Nightspade hampir semuanya berasal dari luar negeri, termasuk salah satunya kementerian luar negeri Jerman. Dunia developer outsourcing di Indonesia belum begitu ramai, tapi di luar negeri praktik ini sudah lumrah dan merupakan bagian besar dari industri. Kanada bahkan memiliki event tahunan bernama External Development Summit (XDS) tempat para pemain besar seperti EA dan Ubisoft berburu tenaga outsourcing.

    Dari ikan hiu menjadi ikan remora

    Sebenarnya bila dibandingkan membuat produk sendiri, pemasukan yang didapat dari outsourcing lebih kecil. Tapi pemasukan hasil outsourcing lebih stabil, sementara membuat produk sendiri kemungkinan gagalnya lebih tinggi. “Ibarat ikan hiu dan ikan remora, kalau ikan hiu itu sebesar pohon pisang, maka ikan remora itu pisangnya,” kelakar Gerry.

    Rezeki kecil inilah yang ditelateni oleh Nightspade, dan Gerry berharap ke depannya Nightspade bisa menjadi developer spesialis outsourcing yang terlibat dalam pembuatan game AAA atau film Hollywood. Mereka tidak menutup kemungkinan kembali menciptakan produk sendiri suatu saat nanti, tapi untuk sekarang Nightspade ingin fokus pada bidang yang ditekuninya.

    External Development Summit 2016 | Photo 1

    Saat ini, porsi “kue” di bidang outsourcing masih sangat besar. Pengalaman yang didapat dari kerja outsourcing juga akan membantu ketika membuat produk sendiri, sebab kita jadi tahu game seperti apa yang berkualitas serta laku di pasaran. Oleh karena itu, outsourcing bisa menjadi pilihan bagi developer game lokal yang ingin berkembang dan mengincar sustainability.

    Sayangnya event game lokal khusus untuk outsourcing saat ini masih belum ada. Klien di dalam negeri pun masih sedikit, sehingga perusahaan outsourcing masih harus berburu proyek di luar negeri. Semoga saja ke depannya pasar outsourcing terus berkembang, hingga menghasilkan ekosistem di mana “ikan-ikan hiu” dan “ikan-ikan remora” bisa hidup berdampingan saling melengkapi.

    The post Jatuh Bangun Nightspade, dari Developer Produk Menjadi Spesialis Outsourcing appeared first on Tech in Asia Indonesia.

    Beli voucher games yang mudah dan murah di uzone store

    Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini