icon-category News

Jepang akan Blokir Situs Pemicu Bunuh Diri

  • 11 Nov 2017 WIB
Bagikan :

Pemerintah Jepang mengatakan akan melakukan pemblokiran  terhadap situs web di mana orang-orang yang rentan ingin melakukan bunuh diri, berbagi pemikiran melalui situs tersebut. Langkah tersebut dilakukan sebagai tanggapan atas dugaan kasus pembunuhan berantai, dimana pelaku menargetkan korbannya melalui situs media sosial.

Pada Oktober 2017, ditemukan sembilan potongan mayat di kotak pendingin dan peralatan di sebuah rumah yang disebut 'house of horror' atau rumah hantu di pinggiran kota Tokyo, Jepang. Penyidik menemukan sembilan kepala bersama dengan sejumlah besar tulang lengan dan kaki.

Pelaku pembunuhan bernama Takahiro Shiraishi (27), mengaku telah membunuh sembilan orang sejak akhir Agustus, dalam kasus yang mengejutkan masyarakat Jepang tersebut. Polisi mengatakan, Shiraishi menargetkan korbannya melalui media sosial, di mana para korbannya tersebut telah mengemukakan pemikiran untuk melakukan bunuh diri.

Shiraishi dilaporkan memikat para korbannya dengan mengatakan bahwa ia akan membantu korbannya untuk melakukan bunuh diri dengan cara mereka sendiri. setelah itu, ia akan mengundang korbannya ke apartemen miliknya dan melakukan aksinya di sana.

Sembilan korban Shiraishi, tiga diantaranya termasuk siswa sekolah menengah atas, yang salah satunya masih berusia 15 tahun. Korban lainnya seorang mahasiswi, empat wanita berusia dua puluhan dan seorang pria berusia 20 tahun. Media Jepang melaporkan, satu-satunya pria yang tewas dalam kelompok tersebut, dikabarkan meninggal setelah menghadapi Shiraishi dalam mencari keberadaan pacarnya.

Polisi pun menemukan mayat di apartemennya ketika mencari seorang wanita muda yang hilang. Polisi mengatakan bahwa wanita tersebut pergi untuk mencari seseorang untuk membantunya mengakhiri hidupnya yang sebelumnya ia temukan melalui media sosial.

Situs web bunuh diri dan kelompok media sosial dapat memberikan informasi kepada individu yang ingin melakukan bunuh diri. Situs semacam itu bisa mempromosikan dan mendorong orang lain untuk melakukan bunuh diri.

Kepala pusat pencegahan bunuh diri yang berbasis di Tokyo, Toru Igawa, mengatakan kepada the Japan Times bahwa internet dapat menjadikan suatu keadaan menjadi lebih buruk bagi anak muda di Jepang. Dia mengatakan bahwa sebelumnya beberapa orang telah terpancing untuk bunuh diri karena mereka tidak ingin mati sendiri, namun platform bunuh diri dan media sosial telah memperdaya mereka untuk melakukan hal tersebut.

"Sekarang mungkin lebih mudah untuk mengatasi rintangan setelah menemukan teman online," kata Igawa seperti yang dilansir dari BBC News, Sabtu (11/11).

Sebuah studi di Inggris tahun 2015, menemukan bahwa 20 persen orang dewasa yang memiliki riwayat bunuh diri, sebelumnya mengunjungi situs-situs yang berisi informasi tentang cara membunuh atau melukai diri sendiri.

Menanggapi hal tersebut, pemerintah Jepang berupaya untuk melakukan penekanan terhadap situs-situs yang berisi tentang informasi bunuh diri.

Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga telah menginstruksikan para menteri untuk meningkatkan penindakan terhadap apa yang disebut dengan situs bunuh diri dan media sosial yang berisi informasi mengenai cara untuk melakukan bunuh diri. Ia mengatakan, penggunaan Twitter dan media sosial lain yang membantu korbannya yang ingin melakukan bunuh diri, merupakan perbuatan yang tercela.

Suga juga telah meminta menteri untuk mempelajari penyebaran situs web bunuh diri dan bekerja sama dengan operator web serta pihak berwenang, untuk mengatasi hal tersebut. Dia meminta untuk meningkatkan langkah-langkah dalam menghapus atau menahan situs yang bermasalah.

sebelumnya, pihak berwenang Jepang telah berusaha mengatasi masalah ini untuk waktu yang lama. Sejak kasus bunuh diri di internet pertama kali dilaporkan pada 2003, pemerintah telah mengambil tindakan untuk mencoba mengurangi tingkat bunuh diri di negara tersebut, melalui program konseling dan memblokir situs web yang menawarkan tips bunuh diri.

Menurut statistik Organisasi Kesehatan Dunia, tingkat bunuh diri di Jepang pada tahun 2005 mencapai 19,7 persen dari 100 ribu orang yang melakukan upaya bunuh diri. Angka tersebut tidak menjadikan Jepang sebagai negara dengan angka bunuh diri tertinggi di dunia, yang terjadi di negara maju.

Di Korea Selatan, 28,3 dari 100 ribu orang melakukan bunuh diri pada tahun 2015. Sementara, di Inggris dan Amerika Serikat, angka ini masing-masingnya mencapai 8,5 dan 14,3 dari 100 ribu orang yang melakukan bunuh diri.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Tags : jepang 

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini