Home
/
News

Joanna Palani, Wanita yang Ditakuti ISIS

Joanna Palani, Wanita yang Ditakuti ISIS
TEMPO.CO22 December 2016
Bagikan :

TEMPO.CO, Kopenhagen - Seorang wanita keturunan Kurdi-Denmark yang mengundurkan diri dari universitas pada 2014 untuk melawan ISIS, rupanya  cukup menggetarkan kelompok ekstremis di Suriah dan Irak tersebut.

Joanna Palani saat ini berada di balik jeruji besi dan akan menghadapi pengadilan di Kopenhagen karena meninggalkan negara itu setelah larangan perjalanan 12-bulan dijatuhkan pada Juni 2015.

Ironisnya, jika terbukti bersalah dia akan dihukum hingga dua tahun penjara di bawah undang-undang baru yang dirancang untuk membendung aliran pejuang ISIS dari Denmark ke Timur Tengah.

"Bagaimana saya bisa menimbulkan ancaman bagi Denmark dan negara-negara lain dengan menjadi seorang prajurit dalam tentara resmi yang Denmark latih untuk memerangi ISIS?" ungkapnya dalam postingan di Facebook tak lama setelah paspornya disita.

Palani menjadi populer akhir-akhir ini di media sosial, setelah dilaporkan menjadi salah satu individu yang paling diincar ISIS. Bahkan dia dihargai sangat mahal oleh ISIS melalui beberapa unggahan kelompok itu di media sosial untuk kematiannya.

Kelompok teroris itu bahkan menawarkan hadiah sebesar US$ 1 juta (Rp 13 miliar) bagi siapa saja yang mampu membunuh Palani.

Wanita berusia 23 tahun, yang keluarganya berasal dari Iran, lahir di sebuah kamp pengungsi di Ramadi, Irak, selama Perang Teluk pertama. Keluarganya mendapatkan suaka di Denmark ketika dia masih kecil.

Dia secara mengejutkan memutuskan keluar dari kampusnya saat tengah berjuang untuk mendapatkan gelar sarjana di bidang politik untuk bergabung dengan pasukan revolusi Kurdi melawan ISIS pada tahun 2014.

Palani berjuang dengan baik bersama Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) di Suriah utara dan pasukan Peshmerga di Irak. Dalam posting Facebook, Palani mengatakan ia terinspirasi "untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan demokrasi berdasarkan nilai-nilai yang ia pelajari di Eropa sebagai seorang gadis Denmark.

Dia kemudian mendapat ancaman pembunuhan dari ISIS setelah kembali ke Denmark.

Sekembalinya dari Irak, polisi Denmark pada 2015 menjatuhkan larangan perjalanan ke luar negeri selama 12 bulan baginya dalam upaya untuk menghentikan dia kembali berperang melawan ISIS.

Tapi setelah mengakui bepergian ke Qatar tahun ini, Joanna ditahan dan dikurung di penjara terbesar Denmark, Vestre Fængsel di Kopenhagen.

Seperti yang dilansir Independent pada 19 Desember 2016, persidangan dirinya dijadwalkan akan dimulai pada Selasa, 20 Desember 2016.

INDEPENDENT | THE SUN | YON DEMA

Berita Terkait:

populerRelated Article