icon-category Sport

Kenapa Timnas Indonesia Kesulitan Mendapat Lawan Tangguh?

  • 24 Nov 2017 WIB
Bagikan :

Timnas Indonesia kembali bersiap menguji kekuatan November ini. Tim asal Karibia, Guyana, menjadi lawan berikutnya skuat arahan Luis Milla, di Stadion Patriot Candrabhaga, Sabtu (25/11).

Tim-tim lawan yang didatangkan PSSI sebagai lawan tanding sejak awal-awal 2017 pun bisa dibilang hampir semuanya bukan tim 'kelas kakap'.

Pada 21 Maret 2017 skuat arahan Luis Milla kali pertama menjajal tim asal sekawasan Asia Tenggara, Myanmar. Timnas Merah-Putih yang kala itu semuanya diperkuat para pemain U-23, menderita kekalahan 1-3 dari skuat senior Myanmar.

Setelah menghadapi Myanmar, Garuda kembali menggelar uji coba pada Juni. Sebanyak dua laga persahabatan diagendakan pada bulan itu, yakni menjamu tim dari Asia Tenggara, Kamboja, dan dari zona CONCACAF, Costa Rica.

Hasilnya adalah menang 2-0 atas Kamboja di Phnom Penh pada 8 Juni, dan imbang tanpa gol melawan Puerto Rico pada 13 Juni lalu.

Timnas Indonesia kembali mendapat lawan tanding pada September menghadapi tim kawasan Oseania (OCA), Fiji. Pada pertandingan itu, tim Garuda kembali tertahan tanpa gol di Stadion Patriot Candrabhaga, 2 September 2017.

Selanjutnya, Timnas Indonesia kembali menghadapi Kamboja pada pertandingan persahabatan pada 4 Oktober. Ketika itu Indonesia menang 3-1, dan itu adalah kali terakhir Timnas Indonesia meraih kemenangan.

Timnas Indonesia juga sebenarnya melakukan uji tanding melawan Suriah pada awal November, namun tak masuk dalam kalender resmi FIFA. Sebab, Garuda tak menghadapi skuat senior, melainkan Suriah U-23.

Pada laga yang digelar di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Boaz Solossa dan kawan-kawan kalah tipis 0-1.

Timnas Indonesia belum pernah menjajal tim-tim bagus sepanjang 2017. (Timnas Indonesia belum pernah menjajal tim-tim bagus sepanjang 2017. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Berikutnya, calon lawan yang bakal dihadapi Garuda juga terbilang tidak spesial, bahkan memiliki peringkat di bawah Indonesia.

Jika menilik peringkat di FIFA per November ini, tim Merah Putih berada 10 tingkat di atas Guyana. Indonesia kini berada di posisi ke-154 atau naik 11 setrip.

Guyana yang merupakan anggota CONCACAF, berada di posisi ke-164 atau naik satu tingkat dari bulan lalu berdasarkan perhitungan FIFA.

Padahal, sebelumnya sempat berencana dari PSSI untuk mendatangkan tim profil kelas dunia seperti Argentina. Namun, rencana itu tak kesampaian. Albiceleste malah hanya sampai melawan timnas Singapura.

Masa transisi kepengurusan PSSI pun dianggap jadi salah faktor terkendalanya Timnas Indonesia mendapat lawan-lawan bagus pada uji coba internasional.

Timnas Indonesia arahan Luis Milla kali pertama menjajal Myanmar pada Maret 2017. (Timnas Indonesia arahan Luis Milla kali pertama menjajal Myanmar pada Maret 2017. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Seperti diketahui, tampuk pimpinan PSSI berganti dari La Nyalla Mattalitti ke Edy Rahmayadi pada 10 November 2016. Sementara roda organisasi baru mulai efektif empat bulan kemudian atau Februari.

Kondisi itu membuat PSSI harus berbenah dari awal lagi untuk urusan administratif, termasuk dalam hal mengatur uji coba untuk Timnas Indonesia.

Berdasarkan keterangan dari sumber lingkungan PSSI, butuh waktu setidaknya setahun sebelumnya untuk bisa mencari lawan-lawan timnas yang berkualitas mumpuni.

Untuk memastikan lawan-lawan yang berkualitas kelas atas, dibutuhkan lobi-lobi intensif dengan waktu yang panjang. Belum lagi, tim lobi yang juga harus solid di bawah Sekjen PSSI, harus mampu meyakinkan calon lawan soal keuntungan yang didapat jika melawan Indonesia.

Maklum, Timnas Indonesa memang secara kualitas tidak banyak dilirik tim-tim kelas dunia tersebut. Bukan mustahil pula Merah-Putih tak terlalu dikenal bagi tim sepak bola negara-negara minimal kelas menengah di level dunia.

Timnas Indonesia terus berupaya mencari lawan-lawan tangguh pada laga uji coba. (Timnas Indonesia terus berupaya mencari lawan-lawan tangguh pada laga uji coba. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Setiap tim juga sudah melakukan penjajakan dalam jangka waktu yang sama karena hal itu terkait dengan jadwal kompetisi di setiap negara dan kalender uji coba yang sudah ditetapkan FIFA dari jauh-jauh hari.

Selain administrasi yang masih berbenah, faktor keamanan juga kerap menjadi isu bagi sejumlah negara. Insiden-insiden serangan teroris yang terjadi hampir di setiap tahun, membuat negara-negara besar masih berpikir ulang untuk datang ke Indonesia.

Hal memungkinkan adalah bermain di luar Indonesia yang notabene tempat netral bagi lawan-lawan 'kelas kakap' untuk skuat Merah-Putih.

Belum kuat dan meluasnya jaringan di dalam PSSI ke federasi sepak bola di dunia juga bisa menjadi faktor lain sulitnya mengundang tim-tim bagus. Untuk itu, jaringan ke negara-negara penting di sepak bola harus diperluas dan diperkuat lagi.

Kemampuan finansial juga tak bisa dikesampingkan. Perlu kocek yang tak sedikit untuk mendatangkan tim sekelas Korea Selatan, Australia, atau Jepang misalkan.

Jika semua elemen itu bisa diperbaiki, bukan tidak mungkin ke depannya Timnas Indonesia bisa mendapat lawan-lawan tanding kelas dunia, setidaknya tim menengah di level internasional.

Berita Terkait

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Tags : Timnas Senior 

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini