Sponsored
Home
/
News

Kesaksian Warga di Malam Mencekam Erupsi Gunung Agung

Kesaksian Warga di Malam Mencekam Erupsi Gunung Agung
Preview
Dias Saraswati29 November 2017
Bagikan :

Desa Sebudi, Kabupaten Karangasem, Bali menjadi salah satu wilayah terdampak abu vulkanik dari letusan freatik Gunung Agung. Lokasinya hanya berjarak sekitar enam kilometer dari Gunung Agung.

Sejumlah warga menceritakan bagaimana erupsi Gunung Agung yang membuat malam di desa tersebut mencekam dan membuat penduduk ketar-ketir.

Ketut Nuade, warga Desa Sebudi mengatakan hujan abu vulkanik pertama terjadi di desanya pada Jumat 24 November tengah malam. Dia tahu abu vulkanik menghujani Sebudi ketika keluar rumah.


"Saat keluar rumah bau belerangnya kuat, terus putih semua," kata Nuade, Selasa (28/11).

Nuade mengaku takut terjadi hal yang tak diinginkan saat mengetahui adanya hujan abu vulkanik tersebut. Nuade dan sekeluarga langsung memutuskan untuk mengungsi malam itu juga.

Nuade dan keluarga kemudian mengungsi ke posko pengungsian GOR Swecapura dengan mengendarai sepeda motor.

Untuk mengantisipasi menghirup abu vulkanik saat menuju tempat pengungsian, Nuade sudah menyiapkan masker. Selain bahaya untuk pernafasan, sepanjang perjalanan menuju posko pengungsian, abu vulkanik yang turun cukup tebal juga menganggu penglihatan.


"Mata itu perih, terus jalanannya jadi seperti berkabut gitu. Pandangan tidak jelas," tutur Nuade.

Hal serupa juga diungkapkan warga Desa Sebudi lainnya, Kardiasih. Kardiasih menceritakan dirinya baru mengetahui adanya hujan abu vulkanik sekitar pukul 01.00 WITA.

Mengetahui abu vulkanik itu membuatnya ketakutan. Ia dan keluarga pun memutuskan bergegas mengungsi.

"Takut, makanya pergi mengungsi," ucap Kardiasih.


Kardiasih mengatakan dirinya sudah memiliki persediaan masker, sehingga tidak terlalu khawatir abu vulkanik akan terhirup. Namun, meski telah menggunakan masker, ia merasa masih kesulitan untuk bernafas, sebab bau belerang yang amat menyengat.

"Itu bau belerangnya terasa sekali, susah buat nafas, mata juga perih sekali," tutur Ketut Kardiasih.

Kardiasih juga mengakui, sepanjang perjalanan menuju ke GOR Swecapura jalanan benar-benar tertutup abu vulkanik. Jarak pandang pun menjadi terbatas.

Namun, karena sudah diliputi rasa khawatir akan bahaya erupsi Gunung Agung, dia tetap tancap gas menuju posko pengungsian.


"Tetap lanjut ngungsi karena sudah takut," kata Kardiasih.

Warga lainnya, Gede mengaku panik malam itu. Dia khawatir malam itu dan langsung meninggalkan rumah untuk pergi mengungsi bersama keluarganya.

"Lihat di sekeliling rumah putih semua saya panik, langsung saya ajak ngungsi semua," ujar Gede.

Menurut Gede, banyak juga warga Desa Sebudi yang merasa khawatir di malam jelang dini hari itu akan letusan Gunung Agung. Maklum, jarak desa mereka sangat dekat dari Gunung Agung. Karenanya mereka memilih mengungsi demi keamanan dan keselamatan.

"Banyak itu yang mau ngungsi juga, mereka panik. Pas sudah sampai lega, sudah aman," ujar Gede.

Berita Terkait

populerRelated Article