Kisah Dian Sastrowardoyo Menenun Kain Bersama Ibu-ibu di Sumba
Aktris Dian Sastrowardoyo baru saja pulang dari Sumba, Nusa Tenggara Timur. Dian pun bercerita soal perjalanannya di sana, terutama keteika ia belajar menenun kain tradisional Sumba Timur.
Pemain film 'Kartini' ini senang saat bisa terlibat dalam proses pembuatan kain tenun tersebut. Dian sampai ikut nongkrong dengan ibu-ibu yang sibuk menenun kain."Jadi dengan nongkrong bareng sama ibu-ibu itu, saya rasanya betah aja gitu. Kita berapa jam (membuat kain tenun tradisional) enggak berasa itu. Saya asik aja ikut," katanya saat ditemui di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa (8/8).
Usaha pertama Dian menenun kain tentu gagal. Benang yang ia pintal putus berkali-kali. Tapi, hal itu tidak membuat ibu dua anak ini menyerah. Malah, warga yang tinggal di sana senang dengan kehadiran Dian saat itu.
Dian juga bercerita pengalamannya pertama kali makan sirih. Bagaimana ya, reaksinya?
"Ceritanya waktu itu kita datang memang sama tim. Kita datang ya bertamu, dan sama Ibu Raja juga dikasih sirih. Aduh, saya belum pernah makan sirih. Dan saya enggak tahu rasanya kayak gimana. Tapi senang banget," ujarnya diikuti gelak tawa.
Perjalanannya ke Sumba membuat aktris berusia 35 tahun itu menggelar pameran foto, video, dan instalasi kain tenun tradisional Sumba Timur bertajuk 'Lukamba Nduma Luri - benang yang memberi ruh, kain yang memberi hidup'.
Inisiasi tersebut kali pertama tercetus dari dirinya dan manajernya, Wisnu, yang sama-sama jatuh cinta pada Sumba.
"Kami berdua sama-sama jatuh cinta sama Sumba dan saya personally jatuh cinta banget sama kain tenunnya. Karena emang saya suka banget 'kan, kain-kain tradisional. Tapi, tenun Sumba itu bener-bener berbeda dan menurut saya, saya pengin banget kasih apresiasi ke Sumba Timur," ungkapnya.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap keindahan Sumba, Dian pun ingin menyejahterakan kehidupan warga di sana. Menurutnya, kehidupan mereka kurang layak. Sulitnya akses air bersih, contohnya.
Maka, ia mencoba untuk membuat kain tenun Sumba Timur sebagai sebuah tren yang dapat dikenakan sehari-hari oleh masyarakat modern, terutama anak muda.
"Akhirnya, saya tergerak untuk bisa memberdayai para pengrajin tenun di Sumba Timur itu dengan menggunakan kain Sumba sebanyak-banyaknya dan menjadikan kain Sumba sebagai bagian dari saya berbusana sehari-hari gitu. OOTD (outfit of the day) gitu. Karena semakin banyak anak-anak di Indonesia ini pengin mengapresiasikan kain Sumba," katanya seraya menutup perbincangan.