Sponsored
Home
/
News

Lobster Bertato Pepsi Gemparkan Dunia

Lobster Bertato Pepsi Gemparkan Dunia
Preview
Liberty Jemadu30 November 2017
Bagikan :

Penemuan seekor lobster yang pada capitnya menempel logo Pepsi menggemparkan Kanada dan dunia. Temuan ini memantik kekhawatiran akan bahaya sampah di lautan, demikian ulas The Guardian, Rabu (29/11/2017).

Lobster itu ditangkap para nelayan di perairan Grand Manan, New Brunswick, Kanada. Logo Pepsi pada capit lobster itu pertama kali dilihat oleh nelayan bernama Karissa Lindstrand.

Lindstrand yang mengaku mengonsumsi 12 kaleng Pepsi setiap hari mengatakan ia dengan mudah mengidentifikasi logo berwarna biru dan merah itu ketika pertama kali menangkap lobster tersebut.

"Logo itu seperti dicetak pada capit lobster," kata Lindstrand yang juga mengaku belum pernah melihat hal seperti itu sebelumnya.

Lebih dari sepekan setelah ditemukan, perdebatan tentang bagaimana logo Pepsi itu bisa menempel di tubuh lobster menjadi semakin sengit. Ada yang bilang, lobster itu bertumbuh di sekitar kaleng Pepsi yang dibuang orang ke dasar laut. Yang lain mengatakan bahwa logo Pepsi tidak berasal dari kaleng tapi dari kotak yang kemudian menempel begitu saja di tubuh lobster.

Tetapi Lindstrand meragukan dua teori itu. Ia mengatakan gambar pada capit lobster itu buram, sehingga tak mungkin berasal dari kaleng Pepsi. Sementara logo pada kotak Pepsi jauh lebih besar dan berbeda dari yang dilihatnya pada capit lobster itu.

Temuan ini kembali memantik perdebatan tentang jumlah dan bahaya sampah di lautan saat ini. Diperkirakan ada sekitar 5-13 juta ton sampah plastik di lautan di seluruh dunia. Sampah-sampah itu dikonsumsi oleh burung, ikan, dan organisma lain di lautan.

Baru-baru ini para ilmuwan berhasil mendokumentasikan sekitar 38 juta keping sampah plastik, yang berbobot sekitar 18 ton, di sebuah kawasan pulau karang terpencil di Pasifik Selatan.

Di sekitar sampah-sampah itu ditemukan banyak kepiting yang menggunakan botol serta wadah plastik itu sebagai rumah mereka.

Tak lama kemudian, sebuah ekspedisi di kawasan Artik menemukan bahwa pantai-pantai di daerah terpencil itu penuh dengan plastik. Sampah-sampah itu diduga berasal dari Eropa dan Amerika Utara.

Preview

populerRelated Article