icon-category Lifestyle

Memburu Cahaya Surga di Gua Jomblang

  • 09 Dec 2016 WIB
Bagikan :

Kota Jogja sudah pasti tidak asing lagi bagi para pelancong luar dan dalam negeri. Kota yang menyandang sebagai kota pelajar ini memang kerap dijadikan tujuan bagi para pecinta jalan-jalan.

Kota yang sarat akan nilai budaya serta keramah tamahan warganya memang tidak pernah gagal untuk selalu mengundang wisatawan datang.

Tapi tahukah Anda ada jenis wisata lain yang bisa dilakukan di Jogja? khususnya bagi mereka yang suka dengan wisata yang memacu adrenalin.

Sekitar satu setengah jam menggunakan mobil dari pusat kota, di daerah Wonosari kabupaten Gunung Kidul ada sebuah goa vertikal yang menjanjikan pengalaman mendebarkan sekaligus menakjubkan.

Gua Jomblang namanya, sejatinya gua ini adalah gua vertikal dengan pintu masuk berupa lubang besar di permukaan bumi yang membentuk jurang sedalam 80 meter. Lalu bagimana cara mencapai dasarnya?

Di sinilah letak ketegangannya, gua yang dikelilingi bebatuan ini memang tidak menyediakan tangga, satu-satunya jalan adalah turun ke kedalaman 60 meter mengandalkan seutas tali yang diulur dari atas bibir gua atau Rapelling.

Jangan khawatir, walaupun menakutkan bagi sebagian orang, tapi perjalanan ke bawah dijamin cukup aman. Tali yang digunakan adalah tali yang dirancang khusus dan bisa menggendong beban seberat 2,5 ton!

Tidak lupa para pengunjung juga akan dilengkapi dengan safety gear seperti helm, sepatu boots, dan harnest. Dan yang paling penting banyak sekali pemandu yang akan menjaga serta memastikan keselamatan Anda di atas dan di bawah gua.

Setelah mencapai dasar, penjelajahan dilanjut dengan berjalan kaki sejauh kira-kira 300 meter melintasi Lorong Gelap Abadi. Ya, seperti namanya, lorong ini memang sangat gelap, karena letaknya di dalam perut bumi dan tidak pernah terpapar sinar matahari.

Lorong ini juga yang menghubungkan gua Jomblang dan gua Grubug, tempat dimana atraksi utama berlangsung, melihat Cahaya Surga.

Cahaya Surga yang diburu ini adalah fenomena menerobosnya sinar matahari siang ke dalam gua Grubug yang menciptakan efek Ray Of Light.

Karena jatuhnya cahaya yang menyeruak secara vertikal dari atas ke bawah, membuatnya tampak seperti cahaya yang datang dari langit untuk menerangi kegelapan di bawahnya.

Uniknya, jatuh cahaya tergantung dari musim saat berkunjung, ketika musim hujan cahaya akan mengenai dinding sebelah kanan gua, sedangkan saat musim panas arah cahaya akan jatuh ke arah sebaliknya.

“Bahkan jika hoki, pengunjung bisa melihat dua arah jatuhnya cahaya secara bersamaan sekali berkunjung,” ujar salah satu pemandu yang menemani.

Sayang, ketika uzone.id berkunjung ke gua Jomblang, saat itu mendung menggelantung di atas langit Wonosari, sehingga harus menunggu cukup lama untuk melihat penampakan sang Cahaya Surga.

Penantian sekitar satu jam akhirnya terobati ketika sang Cahaya Surga menampakkan wujudnya.

Tidak dipungkiri, faktor cuaca membuat cahaya yang terbentuk tidak sedramatis yang digambarkan beberapa foto yang beredar di dunia maya.

Hal ini diamini juga oleh Inna dan Hana, dua pelancong asal Singapura yang bersama-sama uzone.id turun ke dalam gua.

“Sayang sekali cuaca tidak terlalu baik, jadi cahaya yang hadir tidak seperti yang kami bayangkan,” ujar Hanna, gadis yang mengaku pernah mengunjungi gua serupa di beberapa negara lain.

Setelah puas menikmati Cahaya Surga, sekarang saatnya kembali ke permukaan, sekali lagi dengan bergelantungan menggunakan seutas tali atau hauling.

Ada yang unik saat proses hauling para pengunjung ke atas permukaan. Sekitar 30 orang pria dari berbagai umur akan menarik tali yang dikaitkan ke harnest pengunjung di lintasan semen sepanjang 60 meter.

Para pria yang merupakan penduduk sekitar dan rata-rata adalah petani ini akan terdengar riuh saat menarik pengunjung ke atas permukaan.

Secara keseluruhan petualangan mengejar Cahaya Surga di gua Jomblang sangatlah menyenangkan, setidaknya kesan itulah yang diungkapkan oleh Inna.

“Pasti saya akan rekomendasikan ke teman yang lainnya untuk mengunjungi tempat indah ini,” ujar perempuan berkerudung ini saat ditanya kesannya tentang gua Jomblang.

Untuk paketnya para pengunjung akan dikenakan biaya Rp. 450.000. Paket ini sudah termasuk makan siang dan semua alat keselamatan.

[caption id="attachment_107111" align="alignnone" width="620"]Penampakan mulut atau pintu masuk gua Jomblang. (uzone.id/Dedy Maryanto) Penampakan mulut atau pintu masuk gua Jomblang. (uzone.id/Dedy Maryanto)[/caption]

[caption id="attachment_107113" align="alignnone" width="620"]Ekspresi seorang pengunjung ketika hendak diturunkan ke dalam gua Jomblang menggunakan seutas tali. (uzone.id/Dedy Maryanto) Ekspresi seorang pengunjung ketika hendak diturunkan ke dalam gua Jomblang menggunakan seutas tali. (uzone.id/Dedy Maryanto)[/caption]

[caption id="attachment_107115" align="alignnone" width="620"]Proses mengulur tali untuk menurunkan pengunjung ke dalam gua Jomblang.(uzone.id/Dedy Maryanto) Proses mengulur tali untuk menurunkan pengunjung ke dalam gua Jomblang.(uzone.id/Dedy Maryanto)[/caption]

[caption id="attachment_107117" align="alignnone" width="620"]Petugas yang bertugas untuk mengulur tali dari atas untuk menurunkan pengunjung ke dalam gua Jomblang.(uzone.id/Dedy Maryanto) Petugas yang bertugas untuk mengulur tali dari atas untuk menurunkan pengunjung ke dalam gua Jomblang.(uzone.id/Dedy Maryanto)[/caption]

[caption id="attachment_107119" align="alignnone" width="620"]Proses masuk ke dalam gua Jomblang dengan menggunakan seutas tali yang diulur dari atas mulut gua.(uzone.id/Dedy Maryanto) Proses masuk ke dalam gua Jomblang dengan menggunakan seutas tali yang diulur dari atas mulut gua.(uzone.id/Dedy Maryanto)[/caption]

[caption id="attachment_107121" align="alignnone" width="620"]Pintu masuk menuju Lorong Gelap Abadi yang merupakan penghubung antara gua Jomblang dengan gua Grubug. (uzone.id/Dedy Maryanto) Pintu masuk menuju Lorong Gelap Abadi yang merupakan penghubung antara gua Jomblang dengan gua Grubug. (uzone.id/Dedy Maryanto)[/caption]

[caption id="attachment_107123" align="alignnone" width="620"]Seorang pengunjung sedang menunggu proses terbentuknya Ray Of Light yang disebut juga Cahaya Surga di gua Grubug, Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta. (uzone.id/Dedy Maryanto) Seorang pengunjung sedang menunggu proses terbentuknya Ray Of Light yang disebut juga Cahaya Surga di gua Grubug, Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta. (uzone.id/Dedy Maryanto)[/caption]

[caption id="attachment_107125" align="alignnone" width="620"]Penampakan Ray Of Light yang disebut sebagai Cahaya Surga di gua Grubug, Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta. (uzone.id/Dedy Maryanto) Penampakan Ray Of Light yang disebut sebagai Cahaya Surga di gua Grubug, Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta. (uzone.id/Dedy Maryanto)[/caption]

[caption id="attachment_107127" align="alignnone" width="620"]Ray of Light yang disebut sebagai Cahaya Surga muncul di dalam gua Grubug, Wonosari, Gunung Kidul, Jogjakarta.(uzone.id/Dedy Maryanto) Ray of Light yang disebut sebagai Cahaya Surga muncul di dalam gua Grubug, Wonosari, Gunung Kidul, Jogjakarta.(uzone.id/Dedy Maryanto)[/caption]

[caption id="attachment_107129" align="alignnone" width="620"]Para pria yang merupakan penduduk sekitar gua Jomblang sedang menarik pengunjung dari dasar gua.(uzone.id/Dedy Maryanto) Para pria yang merupakan penduduk sekitar gua Jomblang sedang menarik pengunjung dari dasar gua.(uzone.id/Dedy Maryanto)[/caption]

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini