icon-category News

Mencecap Gurihnya Bacem Kepala Kambing H. Sukirman

  • 14 Dec 2016 WIB
Bagikan :

[caption id="attachment_108291" align="alignnone" width="620"]Pintu masuk rumah makan Bacem Kepala Kambing H. Sukirman, di Jl. Kaliurang km. 7, gang Kenanga nomor 7, Yogyakarta (uzone.id/Dedy Maryanto) Pintu masuk rumah makan Bacem Kepala Kambing H. Sukirman, di Jl. Kaliurang km. 7, gang Kenanga nomor 7, Yogyakarta (uzone.id/Dedy Maryanto)[/caption]

Sekilas tidak ada yang istimewa dengan tempat makan ini, selain lokasinya yang berada di balik pasar Colombo, Yogyakarta, penampakan tempat ini pun tidak terlihat seperti sebuah rumah makan.

Pintu depannya hanyalah sebuah rolling door dengan tembok berwarna krem yang mengelilingi, seperti toko kelontong. Kalau tidak ada papan nama di atasnya, hampir saja uzone.id melewatkan tempat ini.

Penataan di dalam rumah makan ini pun biasa sekali, hanya bangku dan meja sederhana yang disusun seadanya, dan konon berfungsi juga sebagai ruang tamu si pemilik rumah makan ini.

Tapi siapa sangka, tempat yang bernama Bacem Kepala Kambing H. Sukirman ini adalah resto yang begitu diburu dan selalu dipenuhi oleh para penggila kuliner di saat sore sampai selepas Isya.

Para penggila kuliner yang mengunjungi Bacem Kepala Kambing H. Sukirman tidak hanya datang dari Jogja dan kota-kota di dekatnya, mereka bahkan datang jauh dari Jakarta atau Surabaya.

Memang agak unik, ketika kata bacem bersanding dengan kepala kambing, yang biasanya selalu bergandengan dengan tempe atau tahu.

Ada alasan khusus kenapa memilih kepala ketimbang organ kambing lain untuk dibacem oleh rumah makan ini.

“Awalnya coba-coba, dulu si Mbah jualan daging kambing di pasar, tapi kepala jarang sekali dibeli orang, nah lalu dibacem si mbah, eh ternyata banyak yang suka,” jelas salah satu anak lelaki H. Sukirman kepada uzone.id.

Dari bagian kepala ini para pengunjung dapat menikmati bagian pipi, lidah, otak, cingur, dan mata yang akan digoreng atau dibuatkan tongseng sebelum disajikan.

Khusus untuk yang digoreng, bagian kepala kambing akan disajikan dengan sambal cair dan mentimun demi menambah kesegaran dan rasa.

Sambal resep asli keluarga yang terbuat dari gula jawa bercampur rempah-rempah ini punya rasa manis, asam, dan pedas, membuat daging kepala kambing yang dibacem menjadi bertambah kaya rasa.

Walau cara penyajian yang sangat sederhana tapi perpaduan rasa yang diberikan begitu istimewa, dijamin akan membuat siapapun lahap menyantapnya.

[caption id="attachment_108293" align="alignnone" width="620"]Bagian daging kepala kambing yang baru saja selesai digoreng untuk kemudian disajikan ke pelanggan Bacem Kepala Kambing H. Sukirman (uzone.id/Dedy Maryanto) Bagian daging kepala kambing yang baru saja selesai digoreng untuk kemudian disajikan ke pelanggan Bacem Kepala Kambing H. Sukirman (uzone.id/Dedy Maryanto)[/caption]

[caption id="attachment_108295" align="alignnone" width="620"]Bagian dari kepala kambing yang sudah dibacem dan digoreng disajikan bersama sambal cair dan mentimun (uzone.id/Dedy Maryanto) Bagian dari kepala kambing yang sudah dibacem dan digoreng disajikan bersama sambal cair dan mentimun (uzone.id/Dedy Maryanto)[/caption]

Est 1967

Saat ini warung Bacem Kepala Kambing H. Sukirman dijalankan oleh para cucu dan cicit pendirinya, total ada sekitar 10 orang yang akan turun ke warung jika kondisi ramai.

Sejak pertama beroperasi di tahun 1967 sampai sekarang, tempat satu-satunya yang mengolah kepala kambing di Jogja ini memang dikelola sepenuhnya oleh anggota keluarga.

“Semuanya keluarga, ada adek-adek, anak, dan keponakan yang turun melayani,” ujar Siti Wahyuni salah satu anak perempuan bapak Sukirman.

Bapak Sukirman sendiri masih sering terlihat mondar-mandir di dalam warung, walau sudah tidak ikut turun menjalankan warung tapi ia masih kerap melayani permintaan memotong dan menyiangi kambing.

Saat uzone.id berkunjung lelaki yang murah senyum itu baru saja selesai menyiangi seekor kambing yang dipesan untuk acara aqiqah. Di usianya yang sudah masuk 76 tahun H. Sukirman memang masih tampak segar dan aktif.

“Dulu, sebelum krisis moneter biasanya bisa habis 25 sampai 30 kepala kambing dalam sehari,” jelas pria yang namanya digunakan sebagai nama warungnya ini.

[caption id="attachment_108297" align="alignnone" width="620"]H. Sukirman, pemilik rumah makan Bacem Kepala Kambing H.Sukirman di Jl. Kaliurang km. 7, gang Kenanga nomor 7 (uzone.id/Dedy Maryanto) H. Sukirman, pemilik rumah makan Bacem Kepala Kambing H.Sukirman di Jl. Kaliurang km. 7, gang Kenanga nomor 7 (uzone.id/Dedy Maryanto)[/caption]

Saat ini dalam sehari rumah makan ini bisa menjual sekitar 10 sampai 15 kepala kambing, dan mulai memasak di pagi hari sekali.

Pasokan kepala kambing sendiri datang dari para penjual daging kambing atau sate di sekitar Jogja. “Begitu ada kepala kambing yang datang kami mulai memasak, jadi sudah siap sebelum makan siang,” ucap Siti wahyuni.

Para pengunjung yang tidak mau menunggu sampai sore sebenarnya bisa makan sajian ini di jam makan siang, “ tapi telepon dulu,” ujar Siti Wahyuni sambil tersenyum lebar.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini