Sponsored
Home
/
News

Mengenal Sindrom Asperger dan Bedanya Dengan Autisme

Mengenal Sindrom Asperger dan Bedanya Dengan Autisme
Preview
Chairul Akhmad24 November 2016
Bagikan :
hellosehat-1
Preview


Jika Anda pernah menemui seseorang yang sangat cerdas dan berbakat tetapi pemalu dan sangat sulit berinteraksi dengan orang lain, bisa jadi dia mengidap sindrom Asperger. Sindrom ini pertama kali ditemukan oleh Hans Asperger pada 1941. Setelah itu sindrom tersebut resmi menjadi diagnosis medis yang berada dalam golongan gangguan spektrum autistik (GSA) pada 1981.

Di Indonesia sendiri belum ada data pasti yang bisa menunjukkan prevalensi sindrom Asperger. Namun, rata-rata di seluruh dunia ada 4 dari 1.000 orang yang mengidap sindrom ini dan kebanyakan pengidapnya adalah laki-laki. Untuk mencari tahu lebih lanjut seperti apa sindrom Asperger ini, simak terus penjelasan berikut ini.

Bedanya sindrom Asperger dan autisme


Sindrom Asperger berada dalam spektrum autisme. Ciri-ciri yang ditunjukkan oleh pengidap Asperger dan autisme sangat mirip, tetapi Asperger dianggap sebagai bentuk autisme ringan. Pengidap Asperger tidak memiliki kesulitan dalam belajar, berbahasa, maupun memproses informasi.

Mereka justru biasanya menunjukkan kecerdasan di atas rata-rata, cepat menguasai bahasa dan kosakata baru, serta mampu menghafal berbagai hal dengan detail. Tak seperti kebanyakan kasus orang dengan autisme, mereka yang mengidap sindrom Asperger umumnya bisa menjalani fungsi dan aktivitas sehari-hari dengan baik, meskipun membutuhkan penyesuaian tertentu.

Sindrom ini sudah bisa dideteksi gejalanya sejak anak menginjak usia 3 tahun. Namun, beberapa orang baru akan menunjukkan gejalanya saat memasuki usia sekolah, remaja, bahkan dewasa. Mereka yang mengidap sindrom Asperger mengalami gangguan perkembangan mental. Hal ini mengakibatkan persepsi dan pola pikir yang berbeda dengan orang kebanyakan. Penyebab pastinya belum ditemukan hingga saat ini, tetapi para ahli percaya bahwa pemicunya antara lain faktor lingkungan dan genetik.

Ciri-ciri dan gejala sindrom Asperger


Diagnosis untuk sindrom Asperger bisa ditegakkan setelah dokter atau spesialis melakukan serangkaian tes dengan instrumen tertentu. Namun, umumnya mereka yang mengidap Asperger akan menunjukkan ciri-ciri berikut ini.

Gangguan berkomunikasi


Orang atau anak yang memiliki gangguan Asperger akan menunjukkan kesulitan berkomunikasi. Meskipun kemampuan berbahasa mereka sangat piawai, mereka biasanya mengartikan segala hal secara harfiah atau makna sesungguhnya. Masalahnya, dalam berkomunikasi Anda tentu tak hanya bergantung pada kosakata saja.

Anda juga akan menggunakan berbagai ekspresi wajah, nada bicara, gestur tubuh, isyarat, perumpaan, lelucon, dan kode-kode tertentu. Inilah yang menjadi masalah bagi pengidap Asperger. Mereka kesulitan mengartikan serta mengekspresikan hal-hal yang sifatnya abstrak atau bermakna ganda. Orang yang mengidap Asperger juga cenderung memotong pembicaraan orang lain yang dia anggap berputar-putar atau bertele-tele. Dia sendiri biasanya akan berbicara secara lugas dan jujur, bahkan kadang terlalu jujur bagi orang-orang yang tidak memahami kondisinya.

Oleh karena itu, sering kali mereka dicap sebagai orang yang tidak peka. Ekspresi wajah mereka pun tetap datar meskipun mereka sebenarnya ingin mengungkapkan emosi seperti kesedihan, kegembiraan, atau rasa marah. Maka, kadang sulit juga untuk menangkap perasaan atau memahami maksud orang dengan sindrom Asperger.

Gangguan interaksi sosial


Selain masalah dalam berkomunikasi, orang yang mengidap Asperger juga bermasalah dalam interaksi sosial. Karena mereka kerap merasa berbeda dari orang lain dan kesulitan memahami atau dipahami dalam masyarakat, mereka cenderung menarik diri dari pergaulan. Ketika masih kanak-kanak, mereka sering mendapat teguran karena berlaku tidak sopan. Padahal, mereka tak bermaksud untuk menyinggung orang lain. Mereka hanya kesulitan untuk memahami norma sosial atau common sense yang biasanya tidak bisa dijelaskan dengan nalar.

Akibatnya, orang yang mengidap sindrom ini susah membangun relasi yang stabil dengan orang lain, meskipun bukan berarti mustahil. Kadang orang lain merasa tidak sabar atau tersinggung dengan kejujuran dan cara pikir pengidap Asperger yang terlalu ilmiah atau logis.

Rutinitas yang repetitif


Layaknya orang-orang dalam spektrum autisme, pengidap Asperger juga tidak menyukai kejutan atau hal-hal yang tak bisa diprediksi. Oleh sebab itu, biasanya orang dengan sindrom Asperger memiliki rutinitas yang sudah pasti dan tidak bisa diubah-ubah. Misalnya, setiap hari mereka akan sarapan dengan menu dan takaran yang persis sama. Untuk urusan berpakaian, mereka juga memiliki jadwal kapan harus memakai baju tertentu. Berangkat ke sekolah dan kantor pun harus melewati rute yang sama setiap hari. Jika ada perubahan tak terduga dalam jadwal harian seorang pengidap Asperger, ia akan langsung cemas, gelisah, dan panik.

Ketertarikan yang sangat intens terhadap hal tertentu


Orang yang mengidap sindrom Asperger biasanya memiliki ketertarikan dan hobi yang begitu digelutinya. Misalnya hobi mengoleksi dan merawat berbagai jenis miniatur mobil. Pengidap Asperger tak hanya senang mengumpulkan miniatur mobil tersebut, tapi menjadikan miniatur-miniaturnya sebagai passion. Ia hafal segala jenis spesifikasinya dan tahu banyak sekali fakta-fakta soal mobil. Ada juga yang hobi membongkar dan mengotak-atik alat-alat elektronik atau hobi mengumpulkan dan menghafalkan berbagai seri peta.

Indra yang sangat peka


Mirip dengan kasus orang dengan autisme, pengidap sindrom Asperger memiliki indra yang sangat peka. Mereka mudah merasa terganggu ketika melihat warna tertentu, mendengar suara bising, mengonsumsi makanan atau minuman yang rasanya kuat, atau menyentuh tekstur yang asing. Dalam beberapa kasus bahkan mereka akan merasakan pusing, nyeri, dan sakit di kelopak mata, telinga, kulit, atau kepala. Setiap orang akan menunjukkan tingkat kepekaan yang berbeda-beda sehingga kadang sulit untuk menentukan apa saja yang aman bagi seorang pengidap sindrom Asperger.

Pengobatan sindrom Asperger


Kondisi ini bukanlah penyakit atau disabilitas yang sudah pasti akan memengaruhi kualitas hidup pengidapnya secara negatif. Tak berarti jika seseorang didiagnosis dengan sindrom Asperger maka dirinya tak akan bisa berkembang dan hidup secara penuh layaknya orang lain. Banyak orang dengan Asperger tumbuh dewasa, membangun karier, serta hidup berkeluarga seperti orang pada umumnya. Namun, sindrom ini memang akan terus melekat seumur hidupnya.

Tak ada obat yang bisa menyembuhkan gangguan ini. Biasanya pengidap sindrom Asperger akan dianjurkan untuk menjalani terapi guna melatih kepekaan sosial serta pengelolaan emosi. Jika pengidapnya mengalami gangguan kecemasan atau depresi, dokter akan meresepkan obat penenang atau antidepresan.

BACA JUGA:

The post Mengenal Sindrom Asperger dan Bedanya Dengan Autisme appeared first on Hello Sehat.
populerRelated Article