icon-category Food

Menyusuri Lezatnya Jejak Kuliner Sabang

  • 06 Dec 2017 WIB
Bagikan :

Sabang terkenal berkat wisata baharinya yang indah. Tawaran menyelami keindahan 'taman laut' di Pulau Rubiah atau menikmati pemandangan Sabang dari ketinggian di tugu 0 kilometer selalu menjadi incaran wisatawan karena memanjakan mata.

Namun, tak hanya enak dipandang, Sabang juga memiliki sejumlah makanan khas yang tak kalah memanjakan lidah. Ada beberapa pilihan yang juga kerap jadi incaran para pencinta makanan, seperti kopi, mi dan lainnya yang melihatnya saja sudah menggiurkan.

Saat berada di Sabang, tak ada salahnya menjelajah rasa yang telah lama ada dan selalu menerbitkan selera, seperti berikut ini:

1. Kedai Kopi Pantai Jaya

Kopi Aceh memang dikenal nikmat. Pecinta kopi tentu tak akan melewatkan kesempatan untuk menyicipi kopi ini di daerah asalnya. Wisatawan tentu tak perlu menyeberang ke Aceh demi segelas kopi. Sabang juga punya tempat asyik untuk menikmati kopi.

Aroma kopi tak begitu terasa saat menginjakkan kaki di Kedai Kopi Pantai Jaya. Kedai ini terletak di Ie Muelee, kota Sabang. Sang pemilik, Sofian Zakaria sibuk meladeni pelanggan. Tangannya lincah memainkan saringan panjang berwarna putih, meletakkannya pada wadah silinder besi, menyiapkan gelas kemudian menuang kopi melalui saringan.

"Kedai buka dari tahun 1980, dari zaman kakek saya dulu," tutur Sofian pada CNNIndonesia.com, Rabu (30/11).

Ia bercerita bahwa biji kopi dipanggang sendiri. Hasil tumbukan mesinnya pun terbilang kasar karena jika terlalu halus, proses penyaringan bisa memakan waktu lama. Saat kopi jadi, aromanya sama sekali tak sesedap kopi Aceh biasanya. Sedikit nutty atau mirip kacang tapi samar-samar. Namun, sungguh aroma hanya tipuan. Pasalnya, rasanya begitu 'mengena' di lidah.

Menyusuri Lezatnya Jejak Kuliner Sabang Sofian Zakaria, pemilik kedai kopi Pantai Jaya saat meracik kopi untuk pelanggan. (Foto: CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari)

Kedai yang buka mulai pukul 06.00 - 21.00 WIB ini menyediakan tiga jenis kopi, yakni kopi hitam, kopi susu dan kopi sanger. Kopi sanger mirip dengan kopi susu, hanya saja ada tambahan gula selain susu tentunya. Jika menginginkan kopi lain, kedai menyediakan kopi sachet.

Di sini, pengunjung bisa menikmati kopi dengan pemandangan Pantai Jaya, sesuai memang dengan nama kedainya. Sofian berkata, kedainya menggunakan tiga jenis kopi dari tiga daerah yakni Takengon, Tangsi dan Sigli.

"Sehari bisa habis 10 kilogram. Memanggangnya dua sampai tiga hari sekali. Sekali panggang bisa 25 kilogram," katanya.

Tak hanya menikmati segelas kopi, wisatawan juga dapat membeli kopi hasil panggangan Sofian dengan harga Rp55ribu per kilogram.

2. Mi Sedap

Jangan salah sangka, karena mi sedap di sini bukan mengacu pada merk mi instan. Mi sedap merupakan warung mi yang terletak di Jalan Perdagangan, kota Sabang. Kedai ini selalu ramai apalagi saat hari raya.

Sembari menyiapkan mi rebus, Thomas Kurniawan bercerita bahwa warung ini berdiri sejak zaman kakeknya dulu. Ia sampai tak tahu persis tahun berapa. Thomas hanya ingat dia mulai ikut berjualan sejak usia 30 tahun. Mi ia buat dengan tangannya sendiri, tanpa bantuan mesin. Sekali membuat mi, ia menghabiskan 2 karung atau 50 kilogram tepung terigu. Jam buka warung mulai pukul 08.30 - 12.00 WIB dan pukul 19.00-22.00 WIB. Hari Minggu libur atau kadang ia hanya buka di malam hari.

"Mi tanpa pengawet. Buatnya hanya pakai tepung dan telur," katanya.

Kenampakan mi tampak biasa. Mi berwarna putih polos, plus taburan daging ikan olahan dan seledri. Rasa gurih kaldu ayam begitu terasa. Mi rebus begitu pas dinikmati di tengah dinginnya kota Sabang setelah diguyur hujan.

3. Rujak 0 Kilometer

Destinasi wisata biasanya bersanding dengan wisata kuliner. Jika mampir ke tugu 0 Kilometer, tak ada salahnya menyicipi rujak di sana. Mungkin rujak ini pun bisa ditemui di tempat lain, tapi tetap saja, suasana juga membuat rujak terasa nikmat.

Menyusuri Lezatnya Jejak Kuliner Sabang Buah rumbia yang membuat rujak di 0 Kilometer Sabang makin nikmat. (Foto: CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari)

Buah-buahan yang dipakai pun tak berbeda dengan rujak pada umumnya, hanya saja yang membedakan adalah sambalnya. Mengintip proses pembuatan sambal, sang penjual menambah buah rumbia. Rasanya agak sepat, tapi begitu dicampur dengan gula aren serta bumbu sambal rujak, rasanya jadi berbeda.

Selain warnanya jadi lebih gelap, rasa sambal rujak jadi sedikit mirip kecap. Suasana 0 Kilometer, apalagi jika dikunjungi saat siang, bakal menambah nikmat rujak. Mungkin pengunjung juga bisa berbagi dengan monyet-monyet yang kadang muncul dari pepohonan.

Berita Terkait

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Tags : wisata kuliner 

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini