icon-category Travel

Pengusaha Wisata Disarankan Amati Perubahan Karakter Turis

  • 20 Feb 2017 WIB
Bagikan :

Pengusaha pariwisata diminta untuk mencermati perubahan karakteristik wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia agar tercapai target kunjungan 20 juta pada 2019.

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementerian Pariwisata Dadang Rizki Ratman mengungkapkan perubahan karakteristik wisman dipengaruhi situasi ekonomi negara yang bersangkutan, budaya, perkembangan teknologi, dan kondisi geografis asal wisman.

Baca juga: Padangpariaman Tawarkan 5 Paket Wisata Petualangan

“Ada tiga komponen yang penting dalam pengembangan industri pariwisata yakni karakteristik wisatawan, destinasi, dan pelaku industrinya. Belakangan ini, tren yang terjadi misalnya di Bali, lama wisman menginap di Bali terus menurun. Nah, ini yang harus dipelajari lebih lanjut,” katanya kepada Bisnis di Jakarta, Jumat, 17 Februari 2017.

Secara nasional, lama wisman menginap di hotel berbintang mengutip Badan Pusat Statistik, masih menunjukkan fl uktuasi dengan capaian tertinggi pada 2006 yaitu 3,2 hari, sedangkan capaian terendah pada 2010 yakni 2,64 hari.

Jika dilihat dari asal wisman, BPS mencatat wisman yang paling banyak berkunjung ke Indonesia juga mengalami perubahan. Pada tahun lalu, wisman asal China (13,96%) menggantikan peringkat pertama yang dulunya dipegang oleh wisman asal Singapura. Secara umum lima besar negara asal wisman yang berkunjung ke Indonesia masih didominasi oleh China, Singapura, Australia, Malaysia, dan Jepang.

Khusus Jepang, dirinya mengungkapkan penurunan kunjungan dari 509.500 pada 2015 menjadi 468.107 tahun ini lebih banyak disebabkan oleh kondisi perekonomian Negari Sakura yang melambat. Menurutnya, China merupakan negara pemasok wisman potensial yang bisa digarap secara maksimal karena Indonesia merupakan negara kepulauan.

Sebaliknya, secara geografi s, Cina bukan negara kepulauan sehingga mereka sangat menyukai pantai dan laut.

Berdasarkan data Kemenpar, wisman yang berkunjung ke Indonesia rata-rata menghabiskan sekitar US$1.218 setiap kunjungan, sedangkan wisman China bisa menghabiskan hingga US$1.107. Dari US$1.107, wisman China lebih banyak berbelanja barang-barang bermerek di duty free. Dilihat dari daerah tujuan wisman, penurunan kunjungan terjadi di Bandara Internasional Adi Sumarmo Solo hingga -27% sepanjang Januari-Desember 2016 (year-on-year) diikuti oleh Tanjung Balai Karimun, dan Batam.

Sebaliknya, kenaikan kunjungan di Sam Ratulangi Sulut melesat 108,7%, Sepinggan 39,8%, dan Adi Sucipto Yogyakarta 37,87% pada periode yang sama. “Tingkat kunjungan wisman juga dipengaruhi kondisi ekonomi asal wisman, jadi kami memang tidak bisa memaksa mereka datang.

Khusus di Sulut, peningkatan yang tajam itu didorong oleh banyaknya penerbangan charter dari China.” Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ketua Umum Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Djohari Somad bahwa para pelaku pariwisata harus segera beradaptasi dengan perubahan tersebut.

“Strategi marketing tidak bisa dilakukan dengan cara konvensional dan seadanya. Mereka lebih banyak mengetahui mengenai destinasi melalui internet. Begitu juga dengan penyediaan paket menarik yang didukung dengan harga kompetitif,” ucapnya.

BISNIS

Baca juga:

Jadi Duta Pariwisata Purwakarta, Luna Maya: Saya Senang

Pemerintah Kembangkan Wisata Kapal Pesiar Sungai Mahakam

 

 

Berita Terkait:

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Tags : Wisatawan Turis 

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini