icon-category News

PKL Tanah Abang Tahu Salah, Tapi Tetap Langgar, Ini Sebabnya

  • 26 Oct 2017 WIB
Bagikan :
"Cepat pak, kamtib pak. Itu airnya masukin. Mas tolong dong itu keranjang buah itu mas," kata Nur sambil tergopoh-gopoh membereskan barang dagangan ketika melihat sejumlah anggota Satuan Polisi Pamong Praja datang ke pusat grosir Tanah Abang Blok A, Jakarta Pusat, Kamis (26/10/2017).

Situasi seperti itulah yang setiap hari dirasakan para pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang. Mereka berjualan dengan perasaan was-was, takut jikalau tiba-tiba Satpol PP datang dan langsung menyita barang dagangan.

Nur berjualan bersama suami dan anak. Mereka sudah berdagang sejak 15 tahun yang lalu.

Kucing-kucingan dengan anggota Satpol PP sudah biasa terjadi. Ia mengaku tak ada pilihan lain, demi membiayai hidup dan sekolah anak.
 
alt-img

"Ya beginilah bang, kalau ada Satpol PP datang ya kita langsung beres-beres. Nanti kalau mereka pergi lagi ya kita jualan lagi," ujar Nur kepada Suara.com, sementara suaminya di pinggir jalan bernegosiasi dengan seorang anggota Satpol PP yang hendak mengangkut keranjang berisi air mineral miliknya.

Sambil menggerutu, Nur mengakui situasi demikian berlangsung sejak zaman Jakarta dipimpin Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama.

"Pokoknya sejak Pak Jokowi, terus Pak Ahok, sekarang gubernur baru (Anies Baswedan), ya memang begini bang. Kami pasti jualan di trotoar ini kalau nggak ada petugas. Kalau mereka datang ya kami masuk lagi," tutur Nur.

Nur sebenarnya sadar berjualan di trotoar dilarang karena menyebabkan kemacetan. Tapi bagi dia tak ada pilihan lain.
alt-img
 
"Sebenarnya kita ngerti . Tapi yang namanya mencari rejeki, ya kita cari celah saja. Tapi kami minta jangan diambil jualannya ini. Karena ini kan dibeli pakai modal, bahkan sampai hutang supaya bisa jualan. Anak 2 orang sekolah, kalau saya nggak kerja ya nasib mereka gimana. Ya pokoknya jangan diangkutlah," kata Nur.

Hal yang sama juga dirasakan pedagang bernama Jalil. Sehari-hari dia berjualan minuman di depan Blok A. Jalil mengaku sudah sering kehilangan dagangan karena diangkut petugas.

"Kalau saya bang, nggak tahu sudah berapa kali kehilangan dagangan. Ya kadang kan saya tinggal ke dalam. Begitu keluar barangnya nggak ada. Ya dikasih tahu sama teman, 'no udah sabet sama kamtib,'" ujar Jalil.

Penjual nasi bernama Aini juga merasakan hal yang sama. Dibentak Satpol PP sudah menjadi makanan sehari-hari.

"Udah kenyang gue dibentak mereka. Bodo amat dah, yang penting bisa makan. Anak gue tiga orang kalau gue nggak kerja siapa yang akan biaya mereka? Suami udah hilang nggak tahu kemana," tutur Aini.

Aini berharap Anies Baswedan - Sandiaga Uno dapat menjadi pemimpin yang lebih bijak daripada sebelumnya.

"Ya harapannya, kalau memang kita dilarang jualan di trotoar, ya beri kita tempat yang layak. Bukan sekedar dilarang doang. Kasih kita solusi. Kita butuh hidup," kata Aini.
 
Duduk bersama
 
Sandiaga bertemu dengan Satuan Polisi Pamong Praja, pagi tadi, , untuk membahas penanganan kesemrawutan sekitar Pasar Tanah Abang.

"Salah satunya ia (membicarakan pengaturan Tanah Abang)," kata Sandiaga di Balai Kota, Jalan Medan Medeka Selatan, Jakarta Pusat.

Dalam pertemuan tersebut membahas penataan pedagang kaki lima di Tanah Abang akan dilakukan dengan pendekatan humanis.

"(Tindakan tegas) itu bukan solusi ya. Solusinya adalah duduk bersama kita dengar bersama," katanya.

Sandiaga berencana memanggil semua stakeholder yang berkaitan dengan Pasar Tanah Abang untuk rembugan.

"Kita dengarkan semua, dengar dari semuanya. Terlalu dini untuk mengambil keputusa. Kita harus lihat data-datanya. Semua kebijakan itu harus berbasis data," kata Sandiaga.

Jokowi Inspirasi

Kisah sukses Presiden Joko Widodo (ketika masih jadi gubernur Jakarta) menata pedagang kaki lima Pasar Tanah Abang perlawanan menginspirasi Sandiaga.

"Tadi disampaikan juga sama Pak Jokowi saat pembicaraan, soal penataan kampung kumis, kumuh miskin. Pak Jokowi sampaikan, orang Indonesia diajak makan aja, undang ke balai kota, pasti rapi. Nanti ada juga rencana seperti gitu (di Tanah Abang)," kata Sandiaga di gedung Koperasi dan UKM, Jalan Rasuna Said, Kuningan Jakarta Selatan, Rabu (25/10/2017).

Sandiaga mengatakan telah mempraktikkan strategi Jokowi ketika masih menjabat gubernur Jakarta dan hasilnya positif.

"Kemarin saya undang yang kampung Bayam, diajak makan senangnya minta ampun, dan langsung bilang, ya sudahlah, kita ikut aja pemprov maunya apa. Intinya sentuhan saja," katanya.

Tetapi Sandiaga juga ingin mengajak warga terlibat langsung dalam memecahkan masalah.

"Jadi ada instituional knowledgenya, bukan hanya didrive oleh kebijakan gubernur dan wakil gubernur. Nanti kalau gubernur dan wagub berganti, yang bawah nggak bisa menghadirkan solusi, nanti balik lagi seperti dulu," katanya.

"Maunya dari bawah, mereka sampaikan pemikiran dan pro kontranya. Saya bilang selalu bawa komunitas, jangan pernah mengambil posisi solusi terbaik datang dari pemerintah. Solusi terbaik datang dari sebuah pemikiran bersama," Sandiaga menambahkan.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Tags : tanah abang 

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini