icon-category News

Proyek MRT Jakarta Fase 1 Rampung

  • 23 Feb 2017 WIB
Bagikan :

Ujung bor yang diberinama Mustikabumi 2 itu masih berputar pelan ketika Presiden Joko Widodo meninjau terowongan bawah tanah Stasiun Setiabudi, Kamis 23 Februari 2017.

Kedatangan Presiden yang didampingi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Presiden Direktur Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta William Sabandar memang untuk memastikan kelarnya proyek MRT Jakarta Fase I.

Selain Ahok dan William, Jokowi juga didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri BUMN Rini M Soemarno, dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

Fase I adalah pengerjaan pembuatan terowongan bawah tanah yang berakhir di Stasiun Setiabudi. Di lokasi ini keempat bor yang digunakan untuk membangun terowongan bertemu. Baik dari arah Patung Pemuda ke Setiabudi, dan dari arah Bundaran Hotel Indonesia (HI) ke Setiabudi.

Keempat bor tersebut; Antareja 1, Antareja 2, Mustikabumi 1, dan Mustikabumi 2.Bertemunya keempat bor ini juga menandakan pengerjaan MRT Jakarta struktur bawah tanah telah selesai 80 persen.

MRT-3

Secara garis besar, kata William, pengerjaan MRT Jakarta sampai saat ini mencapai 65 persen. Struktur layang sendiri telah selesai hingga 50 persen. “Upaya percepatan penyelesaian proyek dilakukan agar MRT Jakarta dapat beroperasi pada tanggal 1 Maret 2019," ujarnya.

Bor Antareja 1 dan Antareja 2 bekerja sejak September 2015 dari arah Patung Pemuda ke Setiabudi. Sedangkan bor Mustikabumi 1 dan Mustikabumi 2 dari arah Bundaran HI ke Setiabudi sejak awal Maret 2016.

Keempat bor ini, menurut William, bekerja selama 24 jam, kecuali hari Minggu untuk perawatan. Dengan kecepatan hampir 1 rotasi per menit, total panjang terowongan yang dikerjakan oleh bor-bor tersebut sekitar 1.400-2.600 meter, berdiameter 6,69 meter.

Presiden Jokowi optimistis proyek MRT Jakarta akan selesai tepat waktu. "Hari ini kita sudah bisa menyampaikan bahwa seluruh terowongan yang dibangun untuk MRT sudah tersambung," ungkapnya.

Presiden mengatakan proyek MRT ditargetkan sudah beroperasi pada Maret 2019, tapi harus sudah siap saat Jakarta menjadi tuan rumah ASIAN GAMES 2018. Karenanya, ia meminta semua pihak yang terlibat dalam proyek ini untuk memastikan semuanya berjalan sesuai jadwal. “Agar selesai tepat pada waktunya,” Jokowi menegaskan.

alt-img

Stasiun Setiabudi

Stasiun Setiabudi berada persis setelah Stasiun Dukuh Atas. Dan Stasiun Dukuh Atas akan menjadi lokasi transit bagi MRT, Light Rail Transit (LRT), Transjakarta, dan KAI Kommuter Jabodetabek. Dengan demikian, menurut William, konsep transportasi publik yang terintegrasi akan dirasakan pengguna.

Selain itu, kawasan Sudirman akan ramah pejalan kaki dan difabel karena akses menuju pintu masuk MRT Jakarta memungkinkan pedestrian dibuat lebih lebar dengan alternatif tangga, eskalator, dan elevator. Seperti halnya Stasiun Dukuh Atas, keseluruhan 13 stasiun MRT akan dilengkapi dengan fasilitas publik dan komersial.

Pada Fase I, panjang jalur Lebak Bulus-Bundaran HI adalah 16 kilometer dan akan melayani 173.400 penumpang setiap hari menggunakan 16 set kereta; 14 set kereta operasi dan 2 kereta cadangan. Total tempuh Lebak Bulus-Bundaran HI 30 menit dengan jarak antar kereta 5 menit sekali.

Proyek MRT Fase II menghubungkan Bundaran HI-Ancol Timur sepanjang 13,5 kilometer. Rencananya akan mulai dibangun pada 2019 dan beroperasi pada 2021. Sementara Fase III menghubungkan Cikarang-Balaraja sepanjang 87 kilometer yang akan dibangun 2020. Diharapkan pembangunan di fase ini akan selesai pada 2024-2027.

MRT mulai dibangun pada 2013, yang membentang sepanjang kurang lebih 110 kilometer dari Utara-Selatan dan Barat-Timur. Moda transportasi ini merupakan terobosan baru bagi transportasi publik di Ibukota.

Tidak hanya akan meningkatkan mobilitas, MRT Jakarta juga diharapkan dapat memberikan manfaat tambahan. Misalnya, perbaikan kualitas udara dan solusi kemacetan. Dengan begitu, masyarakat Jabodetabek dapat mengubah gaya hidup dengan beralih dari penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi publik.

alt-img

Pendanaan proyek

Proyek Pembangunan MRT dibiayai oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta didukung oleh Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA). Dukungan JICA diberikan dalam bentuk penyediaan dana pembangunan berupa pinjaman. Komitmen yang telah diberikan JICA terhadap pembangunan MRT ini sebesar 125,2 miliar yen.

Pelaksanaan pembangunan MRT melibatkan sejumlah instansi, baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan PT MRT Jakarta. Pemprov DKI Jakarta, sebagai implementing agency, menunjuk PT MRT Jakarta sebagai sub implementing dari program pembangunan MRT ini.

MRT Jakarta merupakan proyek pertama di Indonesia yang mengimplementasikan skema three sub level agreement antara JICA (lender) dan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan BUMD (PT MRT Jakarta).

Menurut Presiden Jokowi, pendanaan tak jadi soal dalam proyek ini karena terdapat banyak kombinasi sumber dana yang bisa diciptakan. Kombinasi pendanaan antara lain didapat dari APBN, APBD, pemerintah dan badan usaha. "Bisa juga dari investasi," ujarnya.

Kombinasi pendanaan tersebut, kataJokowi, perlu diupayakan untuk mempercepat proyek-proyek infrastruktur di Tanah Air. "Masalah pembiayaan sampai saat ini belum ada keluhan. Baik dari kementerian maupun dari BUMN," tandasnya.

MRT-4

Konstruksi bawah tanah (underground) MRT Jakarta membentang sepanjang lebih kurang 6 kilometer. Terdiri dari terowongan MRT bawah tanah dan enam stasiun MRT bawah tanah, yang terdiri dari Stasiun Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, Bundaran HI.

Metode pengerjaan konstruksi bawah tanah menggunakan Tunnel Boring Machine (TBM) tipe Earth Pressure Balance Machine (EPB). TBM merupakan mesin buatan Jepang yang berbentuk bor raksasa dengan diameter sekitar 6,7 meter dan panjang 90 meter. Mesin bor ini tak ubahnya pabrik kecil yang bisa dioperasikan secara semi-otomatis dengan sistem komputer yang modern.

Rangkaian mesin tersebut dapat melakukan beberapa pekerjaan sekaligus, dari mengebor, menyedot, hingga menampung tanah untuk kemudian dibuang. Dalam proses pengeboran, 'grouting' (penggalian) dilakukan dengan menahan tanah sekitarnya agar tidak longsor saat pengeboran.

Proses konstruksi

Membangun sistem jaringan MRT bukanlah semata-mata urusan kelayakan ekonomi dan finansial saja, tetapi lebih dari itu membangun MRT mencerminkan visi sebuah kota. Kehidupan dan aktivitas ekonomi sebuah kota, antara lain tergantung dari seberapa mudah warga kota melakukan perjalanan (mobilitas) dan seberapa sering mereka dapat melakukannya ke berbagai tujuan dalam kota.

Tujuan utama dibangunnya sistem MRT adalah memberikan kesempatan kepada warga kota untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas perjalanan (mobilitasnya) menjadi lebih andal, terpercaya, aman, nyaman, terjangkau dan lebih ekonomis.

MRT-1

Kota Jakarta telah berkembang dengan sangat pesat, sehingga warga—terutama mereka yang tergolong dalam pekerja produktif—harus tinggal diluar kota.Setiap hari, lebih dari 20 juta penglaju dari daerah-daerah di sekitar DKI Jakarta (Jabodetabek) keluar dan masuk wilayah ibukota.

Kecenderungan perluasan kota Jakarta-Jabodetabek yang begitu tinggi dan kurang terkontrol secara signifikan meningkatkan biaya transportasi, mengurangi tingkat mobilitas dan menurunkan kualitas hidup.

Sebagai megapolitan yang terus tumbuh, isu transportasi menjadi masalah yang tidak terelakkan. Diperkirakan bahwa pada 2020, tanpa adanya terobosan berarti dalam sistem transportasi, Jakarta akan terbelenggu kemacetan luar biasa yang menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp 65 miliar.

Pakar lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) Dr Firdaus Ali MSc bahkan menghitung kerugian ekonomi akibat macet jauh lebih besar. “Bisa mencapai hingga sekitar Rp 28 triliun per tahun,” ujarnya seperti dilansir Antaranews beberapa waktu lalu.

Total kerugian tersebut dapat dibagi atas menjadi beberapa sektor seperti kerugian akibat bahan bakar, kerugian waktu produktif warga, kerugian pemilik angkutan umum, dan kerugian kesehatan.

Jumlah kerugian yang paling besar adalah sektor kerugian bahan bakar yang bisa menghabiskan hingga Rp 10,7 triliun per tahun. Kerugian bahan bakar dihitung dari banyaknya BBM yang terbuang karena kendaraan terjebak kemacetan.

"Sedangkan jumlah kerugian terbesar kedua adalah kerugian waktu produktif warga yang diperkirakan mencapai Rp 9,7 triliun per tahun," paparnya.

alt-img

Namun, yang paling mencemaskan adalah kerugian di sektor kesehatan yaitu sebanyak Rp 5,8 triliun per tahun. Kerugian kesehatan antara lain karena stres atau faktor polutan asap yang keluar saat kemacetan dan terhirup oleh warga ibukota lainnya yang sedang melintas.

Sedangkan kerugian yang diderita pemilik angkutan umum bisa mencapai Rp 1,9 triliun per tahun karena berkurangnya jumlah rit yang bisa ditempuh akibat macet.

Saat ini, moda transportasi publik yang ada di Jakarta didominasi oleh kendaraan pribadi, dan hanya menyisakan 2 persen saja bagi transportasi berbasis rel. Pertumbuhan Kota Jakarta yang tidak terkendali juga telah menyebabkan habisnya persediaan lahan yang sebagian besar berwujud pemukiman dan gedung-gedung berlantai rendah.

Sebagai dampak dari fenomena pertumbuhan ini, saat ini Jakarta tidak memiliki cukup ruang untuk pembangunan di masa depan. Untuk dapat memenuhi tuntutan kebutuhan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial yang berkelanjutan, salah satu cara yang paling masuk akal adalah dengan menyusun secara seksama rencana integrasi dengan kawasan sekitar proyek MRT Jakarta.

Selain itu, peremajaan kawasan urban secara komprehensif. Inisiatif peremajaan kota ini harus dapat secara efektif memadukan antara tata guna lahan yang cerdas dengan pengembangan jaringan transportasi massal.

alt-img 

Kontraktor Proyek MRT Jakarta Fase I

- Kontraktor CP 101 dan CP 102: Tokyu - Wika JO

- Kontraktor CP 103: OSJ JV (Obayashi - Shimizu - Jaya Konstruksi)

- Kontraktor CP 104 & CP 105: SOWJ JV (Shimizu - Obayashi - Wijaya Karya - Jaya Konstruksi)

- Kontraktor CP 106: SMCC-HK JO (Sumitomo Mitsui - Hutama Karya)

- Kontraktor CP 107: Metro One Consortium (Mitsui & Co. - Toyo Engineering Corporation - Kobe Steel, Ltd - Inti Karya Persada Tehnik)

- Kontraktor CP 108: Sumitomo Corporation

Sementara itu, Operation & Maintenance Consulting Services (OMCS) terdiri dari Japan International Consultants for Transportation Co. Ltd. (JIC), Nippon Koei Co. Ltd. (NK), Oriental Consultants Global Co. Ltd. (OC Global), dan Padeco Co. Ltd.

Padeco bekerjasama dengan East Japan Railway Company (JRE), Tokyo Metro Co., Ltd. (Tokyo Metro), PT Matra Rekayasa Internasional (MATRA), PT Dardela Yasa Guna (DARDELA), PT Perentjana Djaja (PD), dan PT Metro Transportama Consultant (MTC).

Keterangan:

• CP 101 - CP 103, merupakan paket pekerjaan sipil bagian layang (elevated).

• CP 104 - CP 106, merupakan paket pekerjaan sipil bagian bawah tanah (underground).

• CP 107, merupakan paket pekerjaan Railway Systems & Trackwork.

• CP 108, merupakan paket pekerjaan Rolling Stock.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini