Sponsored
Home
/
Lifestyle

Studi: Sekali Berselingkuh Akan Kembali Berselingkuh!

Studi: Sekali Berselingkuh Akan Kembali Berselingkuh!
Preview
Liberty Jemadu18 August 2017
Bagikan :

Ada sebuah ungkapan populer dalam bahasa Inggris, "Once a cheater, always a cheater" atau jika diterjemahkan bebas ke bahasa Indoensia akan menjadi "sekali menjadi tukang selingkuh, akan selalu menjadi tukan selingkuh."

Dan ungkapan ini tampaknya benar semata, demikian ungkap para peneliti dari Princeton University, New Jersey, Amerika Serikat dalam sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Neuroscience.

Dalam studi bertajuk "The brain adapt to dishonesty" itu, para peneliti menemukan hubungan antara perilaku berselingkuh dengan sebuah bagian di otak yang bernama amygdala.

Amygdala adalah bagian otak yang memicu reaksi negatif ketika seseorang berbohong. Tetapi para ilmuwan menemukan bahwa setiap kali seseorang berbohong, maka respon dari amygdala akan terus berkurang.

Dengan kata lain, setiap kali seseorang berbohong maka perasaan bersalah yang dialaminya akan berkurang.

"Studi kami menunjukkan bahwa faktor utama yang mencegah kita berselingkuh adalah reaksi emosional kita sendiri terhadap perilaku itu, betapa bersalahnya kita, dan bahwa reaksi berupa rasa bersalah ini bisa berkurang akibat proses adaptasi," kata Neil Garrett salah satu peneliti dalam studi itu.

"Ketika kita berselingkuh untuk pertama kalinya, kita akan merasa bersalah. Tetapi ketika kita mengulanginya, maka rasa bersalah yang dirasakan akan berkurang dan alhasil kita akan mengulanginya lagi hingga ke tingkat yang lebih parah," imbuh Garrett.

Garrett dkk tiba pada kesimpulan itu setelah melakukan sebuah eksperimen terhadap sejumlah sukarelawan untuk mengukur kapasitas mereka dalam berbohong. Dalam eksperimen itu para sukarelawan diminta untuk terlibat dalam sebuah permainan dan kemudian otak mereka dipindai.

Dalam permainan itu para responden dibuat berpasangan-pasangan. Salah satu pasangan diminta untuk melihat sebuah stoples berisi beberapa koin dan diminta untuk membantu rekannya - yang tak diizinkan untuk melihat stoples itu - untuk menebak berapa jumlah koin di dalamnya.

Uniknya, ketika pasangan yang bisa melihat isi stoples dijanjikan oleh para peneliti bahwa mereka akan menerima hadiah jika rekannya salah menerka jumlah koin, maka mereka akan cenderung untuk berbohong.

Pada saat yang sama, hasil pemindaian di amygdala juga menunjukkan reaksi dan reaksi itu semakin lemah seiring semakin seringnya pasangan itu berbohong. (Elite Daily/Nature)

populerRelated Article