icon-category News

Teladani Perjuangan Kartini Melalui Lima Fakta Ini

  • 21 Apr 2017 WIB
Bagikan :

Ibu kita Kartini, Putri sejati

Putri Indonesia, Harum namanya

Ibu kita Kartini, Pendekar bangsa

Pendekar kaumnya, Untuk merdeka

Wahai ibu kita Kartini

Putri yang mulia

Sungguh besar cita-citanya

Bagi Indonesia

Penggalan lirik tersebut menceritakan betapa mulianya sosok Kartini dalam mengangkat derajat kaum perempuan di Indonesia. Hingar bingar lagu tersebut semakin terasa saat peringatan Hari Kartini tiba yang jatuh pada hari ini.

Ya, setiap 21 April, masyarakat Indonesia memperingati hari kelahiran perempuan dengan nama lengkap Raden Adjeng Kartini. Beliau dikenal akan jasa-jasanya sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.

Berkat perjuangan Kartini-lah, perempuan memiliki hak untuk bersekolah dan mengejar cita-citanya setinggi bintang di langit. Nah, bagi Anda yang belum tahu bagaimana perjuangan Kartini semasa hidupnya, simak lima fakta berikut yang diolah berbagai sumber:

1. Anak bangsawan

Kartini lahir pada 21 April 1879 dari keluarga bangsawan di Jepara, Jawa Tengah. Ia anak ke-5 dari 11 bersaudara. Ibunya bernama M.A. Ngasirah dan ayahnya bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat.

2. Hanya bersekolah sampai usia 12 tahun

Hingga usia 12 tahun, Kartini menjalani pendidikan Bahasa Belanda di ELS (Europese Lagere School). Ayahnya melarang Kartini melanjutkan pendidikan, karena dianggap telah siap dipingit. Padahal Kartini telah memiliki rencana melanjutkan pendidikan Sekolah Guru di Belanda.

3. Rajin mengirim bertukar surat dengan teman-teman di Belanda

Tak ingin menghabiskan waktu di rumah hanya dengan sia-sia, Kartini mencari akal untuk terus memperluas wawasannya. Ia mulai menulis surat untuk teman-teman korespondennya di Belanda. Dari situlah ia mengenal Rosa Abendanon dan menemukan semangat berapi-api untuk memperjuangkan pendidikan kaum perempuan di Indonesia.

4. Menikah usia 24 tahun dan meninggal usia 25 tahun

Di tengah membaranya mimpi untuk memperjuangkan pendidikan kaum hawa di Indonesia, Kartini dipaksa menikah pada 12 November 1903 dengan Bupati Rembang bernama K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang telah memiliki 3 istri. Meski demikian sang suami mendukung keinginan Kartini mendirikan sekolah khusus perempuan. Sayangnya, Kartini meninggal empat hari setelah melahirkan putra pertamanya pada 13 September 1904.

5. Surat-surat Kartini Dibukukan dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang

Untuk melanjutkan perjuangan Kartini, rekan-rekannya di Belanda, membukukan surat-surat hasil pemikiran Kartini dengan judul Door Duisternis tot Licht.. Agar dimengerti masyarakat Indonesia, buku ini kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.

 

Berita Terkait:

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Tags : kartini 

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini