Sponsored
Home
/
Technology

Tiga Modus Perampokan Iklan Ponsel di Indonesia

Tiga Modus Perampokan Iklan Ponsel di Indonesia
Preview
Kustin Ayuwuragil01 December 2017
Bagikan :

Sedikitnya ada tiga modus atau teknik yang paling sering digunakan penjahat siber untuk merampok uang pengiklan mobile di Indonesia. Hal ini diungkap oleh Paul Michio McCarthy, Director of Sales AppsFlyer.  

“Satu per sepuluh dari jumlah instalasi aplikasi dari aktivitas yang bersifat marketing-driven adalah hasil dari kecurangan (fraudulent). Kecurangan jenis ini terjadi di iOS dan Android dengan kesempatan setara,” jelas McCarthy saat ditemui dalam wawancara eksklusif di Jakarta Pusat, Rabu (29/11).

Perusahaan itu telah menghimpun data kejahatan iklan mobile di Indonesia hingga Oktober 2017.

Install hijacking jadi modus yang paling populer dilakukan dengan angka 42 persen. Modus itu disusul dengan deviceID reset fraud (39 persen) dan click flooding (14 persen).

AppsFlyer juga menyebut bahwa jumlah pengguna smartphone Indonesia yang besar telah menyebabkan pergeseran tren belanja iklan dari website ke mobile. Naiknya belanja iklan mobile ini mengundang kecurangan terhadap iklan mobile.

Instal hijacking

Install hijacking dilakukan dengan dengan memalsukan instalasi aplikasi. Teknik ini memanfaatkan malware yang ditanamkan di ponsel pengguna tanpa sepengetahuan pengguna itu sendiri.

Begitu sebuah aplikasi diunduh pengguna, malware ini akan mengirimkan laporan klik palsu yang membuat tagihan pembayaran iklan pada satu channel pengiklanan menggembung.

“Namun, pengguna tidak akan menyadari adanya malware ini. Sebab, malware tersebut tidak akan mempengaruhi performa ponsel sama sekali. Satu-satunya cara untuk menghindari malware ini adalah pengguna harus menginstal software antivirus,” sambung McCarthy.

Kecurangan ini terdeteksi karena AppsFlyer melihat adanya keanehan, lantaran waktu instal aplikasi tercatat hanya lima detik. Padahal rata-rata pengguna menghabiskan satu menit untuk instalasi aplikasi.

DeviceID Reset

Tipe kecurangan lainnya adalah DeviceID Reset yang 39 persen dialami oleh klien AppsFlyer di Indonesia. Penjahat siber akan mereset identitas pada ponsel setelah menginstal aplikasi pengiklan.

Ponsel yang sama bisa digunakan untuk berbagai ID berbeda, sehingga mendatangkan trafik yang tinggi. Sebab tiap kali kriminal melakukan instalasi dengan identitas baru, hal ini dianggap sebagai instalasi oleh pengguna baru.

Click Flooding

Kecurangan berikutnya adalah click flooding dengan persentase 14 persen. Pada dasarnya kecurangan ini mirip dengan install hijacking, hanya saja para penjahat siber yang terus mengirimkan tautan dengan harapan pengguna menginstal aplikasi yang direkomendasikan.

Kecurangan jenis ini biasanya muncul sebagai pop up terus menerus yang cukup mengganggu pengguna. Hal itu tentu akan membuat pengguna kembali mencopot aplikasi karena tak membutuhkan layanan yang disediakan aplikasi.

AppsFlyer adalah perusahaan pelacak perilaku aplikasi. Ketika teknologinya diterapkan pada iklan, mereka bisa melacak bagaimana perlakuan pengguna atas iklan yang tampil di perangkat mobile. AppsFlyer mengklaim bahwa teknologinya telah ditemukan di lebih dari 98 persen ponsel di seluruh Indonesia.

Perusahaan ini telah menjadi rekanan media kampanye seperti Facebook, Google, Twitter, Pinterest, Tencent, HBO, Playtika, Waze, Alibaba, Kayak, Activision, Tokopedia, Go-Jek, dan lebih dari 10,000 brand dan partner lainnya. Dia memiliki 12 kantor global untuk membantu para app marketer di seluruh dunia.

Berita Terkait

populerRelated Article