icon-category Sport

Timnas Indonesia U-19 2013, Momen Euforia Tim Usia Muda

Bagikan :

Timnas Indonesia yang kering prestasi dalam dua dekade terakhir tiba-tiba dapat kejutan luar biasa dari ajang Piala AFF U-19 2013. Indonesia mampu tampil sebagai juara dan gelar itu membuat geger rakyat Indonesia.

Evan Dimas dan kawan-kawan berhasil menaklukkan Vietnam lewat drama adu penalti pada 22 September 2013. Sukses ini makin terasa heroik lantaran sejumlah hal yang ada di belakangnya.

Alasan pertama tentunya adalah rentetan kegagalan Indonesia di turnamen-turnamen yang diikuti. Setelah sukses di SEA Games 1991, Indonesia kesulitan jadi tim terbaik di Asia Tenggara.

Beberapa tahun sebelum 2013, Indonesia juga harus bertekuk lutut di hadapan Malaysia pada Piala AFF 2010 dan SEA Games 2011.

Alasan kedua adalah cara Indra Sjafri mengumpulkan pemain-pemain yang ada di tim ini. Indra Sjafri blusukan ke berbagai daerah untuk memantau pemain-pemain berbakat. Aksi Indra ini tak ubahnya seperti cerita-cerita film yang menambah kuat rasa keberhasilan Timnas U-19.

Timnas U-19 diyakini sebagai gambaran ideal wajah Indonesia karena para pemain dari berbagai daerah berkumpul di sana.

Evan Dimas adalah salah satu bintang jebolan Timnas U-19 2013.Evan Dimas adalah salah satu bintang jebolan Timnas U-19 2013. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww/17)

Alasan ketiga, Timnas U-19 muncul beberapa saat setelah federasi sepak bola Indonesia dilanda kisruh. PSSI sempat berseteru dengan KPSI (Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia) yang berujung pada dualisme liga di Indonesia dan bahkan pelarangan pemain dipanggil ke Timnas Indonesia.

Kemenangan Timnas Indonesia U-19 kembali menyadarkan bahwa seharusnya fokus utama induk organisasi memang ada pada prestasi.

Alasan keempat, gaya main Timnas Indonesia U-19 yang menawan. Gaya bola-bola pendek ala Barcelona bisa diperagakan dengan baik oleh Maldini Pali dan kawan-kawan di Sidoarjo.

Meskipun masih berusia muda, para pemain Timnas U-19 bisa memeragakan gaya main yang sederhana namun efektif. Fakta tersebut membuat Timnas Indonesia U-19 menjadi menarik untuk ditonton.

Kehebohan Timnas U-19 2013 makin terasa lantaran ada lagi turnamen yang mereka jalani beberapa pekan setelah jadi juara Piala AFF 2013. Berlokasi di Jakarta, Timnas U-19 kembali unjuk gigi jadi yang terbaik di Grup G kualifikasi Piala Asia 2014 yang berisikan Korea Selatan, Filipina, dan Laos.

Laga terakhir lawan Korea Selatan menjadi laga yang berlangsung sangat menarik. Di bawah guyuran hujan, hattrick Evan Dimas mengantar Indonesia mengalahkan Korea Selatan dengan skor 3-2.

Terbang Tinggi Lalu Jatuh

Dua sukses dalam waktu singkat benar-benar mengangkat pamor Timnas Indonsia U-19 ke angkasa. Gerak-gerik mereka lalu jadi 'santapan' yang ditunggu-tunggu publik.

Nama-nama seperti Ravi Murdianto, Hansamu Yama, I Gede Putu Juni Antara, Zulfiandi, Hargianto, Evan Dimas, Paulo Sitanggang, Maldini Pali, Ilham Udin, hingga Muchlis Hadi Ning terus meroket dan jadi pembicaraan saat tahun berganti memasuki 2014.

Popularitas Timnas U-19 yang makin meningkat membuat PSSI berinisiatif menggelar Tur Nusantara yang terbagi pada dua periode yaitu Februari dan Juni 2014. Dalam tur tersebut, Evan Dimas dan kawan-kawan berkeliling Indonesia dengan menghadapi tim-tim lokal.

Hansamu Yama berhasil menembus timnas senior beberapa tahun kemudian dan tampil apik di Piala AFF 2016.Hansamu Yama berhasil menembus timnas senior beberapa tahun kemudian dan tampil apik di Piala AFF 2016. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Dalam tiap laga yang dimainkan, stadion selalu terisi penuh. Siaran televisi pun begitu dinanti oleh publik.

Timnas Indonesia U-19 saat itu benar-benar tenar dan menanggung harapan besar untuk bisa lolos ke Piala Dunia U-20 2015 yang berlangsung di Selandia Baru.

Namun, segala persiapan yang penuh kehebohan dan kemeriahan itu berujung anti klimaks. Pada Piala AFC U-19 2014 yang juga merupakan kualifikasi Piala Dunia U-20, Timnas U-19 benar-benar tak berdaya.

Indonesia berturut-turut menelan kekalahan dari Uzbekistan (1-3), Australia (0-1), dan Uni Emirat Arab (1-4). Indonesia pun tersingkir sebagai juru kunci grup B.

Setelah Indonesia gagal lolos ke Piala Dunia U-20, barulah muncul berbagai asumsi mengapa Maldini Pali dan kawan-kawan gagal tampil apik di Myanmar saat itu.

Ada yang menganggap Timnas U-19 terlalu terbebani target besar dan tingginya harapan publik, ada yang menilai Timnas U-19 sudah kelelahan karena menjalani rangkaian tur nusantara dan banyak pertandingan sejak awal tahun, dan ada pula yang menganggap level Timnas U-19 saat itu memang belum sampai ke level Asia.

Sukses Timnas Indonesia U-19 ketika itu merupakan momen euforia publik Indonesia terhadap Timnas di level kelompok umur. Setelah itu Timnas di bawah level senior mulai mendapatkan perhatian publik, dengan contoh terakhir Timnas Indonesia U-16 asuhan Fakhri Husaini.

Berita Terkait

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini