icon-category Digilife

2020, Kerugian Kejahatan Siber di Seluruh Dunia Capai Rp14.000 Triliun

  • 18 Feb 2021 WIB
Bagikan :

Uzone.id - Kejahatan siber sungguh memilik dampak yang besar bagi ekonomi global. Menurut laporan dari Atlas VPN, apabila jumlah kerugian dari kejahatan siber pada tahun 2020 ditotalkan, kerugiannya mencapai USD1 Triliun atau sekitar Rp14.000 triliun.

Jumlah luar biasa tersebut memiliki bobot yang sama dengan satu persen GDP global. Sepanjang 2020, USD945 miliar lenyap karena kejahatan siber, dan tambahan USD145 miliar terpakai untuk meningkatkan keamanan siber.

Angka ini menampilkan kenaikan lebih dari 50 persen apabila dibandingkan dengan tahun 2016, yang hanya menghabiskan USD600 miliar untuk mengurangi kejahatan siber.

Baca juga: Hati-hati Trojan Jenis Baru, Bazar

Gawatnya, walau angka kerugian terus meningkat, masih banyak perusahaan yang tidak siap apabila diserang secara siber. Atlas VPN menemukan bahwa sebanyak 20 persen perusahaan tidak memiliki cara melindungi perusahaan dari serangan siber.

Dari laporan yang sama, dinyatakan bahwa negara Jepang memiliki jumlah perusahaan yang tidak siap menghadapi kejahatan siber terbesar. Sementara di Amerika Serikat, tiap organisasi atau perusahaan telah memiliki setidaknya satu rencana keamanan.

Secara garis besar, terdapat dua pendekatan untuk menghadapi kejahatan siber. Pertama, dengan cara reaktif. Perusahaan dapat mencoba untuk mengidentifikasi penyebab serta jumlah kerugian dari sebuah insiden, berusaha mengembalikan data yang hilang, memperbaiki celah kelemahan dalam sistem, dan menghubungi pihak terkait mengenai serangan tersebut.

Kedua adalah dengan menerapkan cara preventif. Cara ini akan meminimalisir segala bentuk kerugian dari serangan siber. Tindakan preventif melibatkan analisis keamanan secara reguler, mengidentifikasi potensi serangan, mengalokasi sumber daya untuk memperbaiki keamanan siber, dan memberi edukasi terhadap karyawan.

Baca juga: Malware Paling Berbahaya Berhasil Dilumpuhkan

“Tidak ada perusahaan atau organisasi di dunia yang kebal terhadap serangan siber dan konsekuensi yang mereka hadapi bisa menghancurkan perusahaan," ujar Rachel Welch, COO dari Atlas VPN.

Maka dari itu, tindakan pencegahan dan strategi reaktif akan sangat penting untuk dilakukan. Itu wajib, apabila sebuah perusahaan ingin mengurangi risiko dari serangan siber, tambah Rachel.

Kurangnya persiapan atas serangan dan ancaman siber akan menguntungkan pihak penyerang. Organisasi dan perusahan harus bertindak cepat dan sigap untuk melawan kejahatan siber ini, sebelum mereka mengalami kerugian ekonomi dan reputasi.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini