Sponsored
Home
/
Digilife

4 Prediksi Dampak Positif Bukit Algoritma di Sukabumi

4 Prediksi Dampak Positif Bukit Algoritma di Sukabumi
Preview
Birgitta Ajeng16 April 2021
Bagikan :

Apple Park, Cupertino, Amerika Serikat. (Ilustrasi. Foto: Unsplash)

Uzone.id - Indonesia berencana mempunyai pusat teknologi dan riset tanah air bernama Bukit Algoritma. Diharapkan mirip Silicon Valley di Amerika Serikat, Bukit Algoritma dikabarkan dikembangkan oleh PT Amarta Karya (Persero).

Proyek ini direncakan berdiri di atas lahan seluas 880 hektar di Sukabumi, Jawa Barat, dan diproyeksikan memakan biaya sekitar Rp18 triliun.

Jika sudah terealisasi, Esther Sri Asturi, Program Director di Institute of Development of Economics and Finance (INDEF) memprediksi Bukit Algoritma memiliki beberapa dampak positif.

1. Kesempatan lapangan pekerjaan

Bila diarahkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Bukit Algoritma bisa menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan.

“Bisa create lapangan pekerjaan yang lebih banyak, kalau sumber daya manusia (SDM) kualitasnya juga matching dengan pasar tenaga kerja yang dibutuhkan KEK industri yang ada di Sukabumi tersebut,” ujar Esther dalam diskusi online bertema Menyingkap Angan Silicon Valley ala Indonesia, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Indef Sebut Bukit Algoritma Berpotensi Mangkrak

2. Menarik investasi, terutama pada pengembangan teknologi

Pembangunan Bukit Algoritma sebagai high-tech zone dinilai dapat menarik banyak investor untuk bisa membangun pabrik-pabrik dengan teknologi tinggi.

3. Kenaikan kompetensi dan inovasi input output produksi

Bukit Algoritma diprediksi dapat meningkatkan kompetensi dan inovasi produktivitas Indonesia.

Baca juga: Ini Dampak Pembangunan Bukit Algoritma Sukabumi, Silicon Valley-nya Indonesia

4. Kemudahan sharing knowledge dan masifnya inovasi

Bukit Algoritma bisa menjadi wadah untuk sharing knowledge dan masifnya inovasi.

Lebih lanjut, Esther menyampaikan bahwa agar bisa mewujudkan KEK yang kaya dengan teknologi tinggi, perlu membentuk struktur ekologi industri dan platform yang mendukung kolaborasi antara industri, universitas, dan riset.

“Tahun 2010, saya pernah ada riset tentang special economic zone di Singapura, Malaysia, Thailand, China. Nah, itu tidak hanya industri, tetapi butuh kolaborasi antara universitas, pemerintah dan industri untuk bisa mendongkrak performa kawasan industri itu,” tutur Esther.

VIDEO: Review Realme 8 Pro Indonesia

populerRelated Article