icon-category Digilife

5 Hal yang Dipetik Mahasiswi IPB Ini Saat Jadi CEO Telkomsel Sehari

  • 28 Oct 2021 WIB
Bagikan :

Ilustrasi foto: Unsplash

Uzone.id -- Nama Putri Gayatri memang tidak sementereng Hendri Mulya Syam. Yang satu mahasiswi, satunya lagi seorang pucuk pimpinan perusahaan telekomunikasi besar, Telkomsel. Tapi, keduanya punya kemiripan: sama-sama CEO di perusahaan yang sama.

Bukan, Telkomsel bukan mendadak merekrut CEO baru. Bagi yang masih ingat, Kementerian BUMN memiliki program bernama Girls Take Over di mana ribuan perempuan yang masih berkuliah terbuka mendaftarkan diri dan berkesempatan memegang jabatan tertinggi di enam perusahaan BUMN di Indonesia pada awal Oktober 2021.

Putri, mahasiswi jurusan Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat di IPB, Bogor iseng mendaftar dan ternyata ia lolos sampai enam besar.

“Aku nggak nyangka bisa lolos sampai di tahap akhir. Lalu para peserta ke Jakarta untuk bertemu Pak Erick [Thohir], di sana ngobrol dan kemudian secara tiba-tiba beliau mengumumkan peran tiap peserta. Dan lagi-lagi nggak nyangka bisa ditempatkan jadi CEO Telkomsel,” terang Putri saat berbincang di Uzone Talks.

Baca juga: Ketika Kursi CEO Telkomsel Diambil Alih Perempuan Sehari

Dari kisahnya, di hari yang sama ia langsung berangkat menuju Telkomsel Smart Office (TSO) dan berkenalan dengan Hendri, alias CEO sungguhan Telkomsel, serta beberapa stafnya.

Putri juga langsung menjalani sesi mentoring dan perkenalan mengenai bisnis perusahaan, karena esok harinya ia harus benar-benar take over, atau mengambil alih peran CEO tersebut selama seharian.

“Aku antara tegang, deg-degan gitu, tapi juga excited banget. Aku sebelumnya nggak terlalu mengikuti perkembangan industri teknologi, khususnya telekomunikasi. Ternyata sepenting itu, ya,” sambungnya sembari tertawa.

Selama satu hari itu, banyak hal berharga yang dipetik oleh Putri. 

Pertama, telekomunikasi harus selalu dijaga.

Yup, ini termasuk respons awal Putri ketika kecemplung di lingkungan kerja Telkomsel. Sebagai mahasiswi yang fokus di jurusan komunikasi dan proyek sosial, ia mengaku belum pernah memperhatikan seberapa pentingnya teknologi, terutama di telekomunikasi.

“Saat ketemu Pak Hendri, beliau humble dan mau menerangkan banyak hal. Ternyata dari teknologi telekomunikasi itu perannya krusial banget. Katanya, kalau tiba-tiba koneksi Telkomsel mendadak lemot, pengaruhnya bisa besar, mulai dari abang ojol yang susah balas pelanggan, online shop susah berbisnis, dan lain-lain. Aku dulu seperti nggak terlalu memikirkan sampai ke situ,” ungkapnya.

Dan bagi Putri, memegang peran pemimpin di perusahaan telekomunikasi besar pun sangat menantang karena harus terus-menerus mencari inovasi agar teknologinya terus berkembang namun tetap terjaga agar jutaan pengguna terlayani.

Girls Take Over_1

Kedua, 5G menyentuh banyak sektor.

“Gara-gara jadi CEO Telkomsel ini, aku juga baru sadar kalau industri telekomunikasi ini sedang gencar-gencarnya mengembangkan 5G dan kecepatannya ternyata luar biasa,” terang Putri.

Ia menyambung, “aku paling amazed ketika Pak Hendri bilang kalau 5G yang lebih kencang dari 4G ini bisa dipakai di sektor kesehatan, seperti melakukan operasi dari jarak jauh. Aku sama sekali nggak pernah kepikiran dan ternyata secanggih ini. Selain operasi, 5G juga bisa dipakai untuk sektor perikanan, pertanian, dan lain-lain. Ini tanggung jawabnya luar biasa.”

Ketiga, belum banyak perempuan di sektor teknologi.

Putri menyadari nyatanya women in tech, atau kaum perempuan di sektor teknologi Indonesia masih belum banyak, bahkan tak sampai 20 persen.

Mahasiswi semester 7 ini mengakui bahwa anggapan mengenai sektor teknologi yang masih erat kaitannya dengan pekerjaan serba kaku, njelimet, dan sangat teknis itu masih layak diisi oleh kaum laki-laki. Sektor teknologi seakan industri serba maskulin.

Baca juga: Facebook Mau Singkirkan Orang Tua di Medsosnya

“Padahal ‘kan nggak seperti itu. Aku dulu mungkin melihatnya sektor teknologi isinya memang banyak engineer yang sibuk membuat mesin, software, dan lain-lain yang cuma dimengerti kaum lelaki. Nyatanya, perempuan bisa juga mengambil peran di dalamnya dan kultur pekerjaan di sektor teknologi seperti Telkomsel ternyata segar dan menyenangkan. Jadi harusnya sih perempuan tetap nyaman dan percaya diri,” katanya.

Keempat, berharap banyak perempuan di teknologi di jajaran pimpinan

Menyambung poin di atas, Putri kemudian jadi berharap nantinya banyak kaum perempuan yang mengisi jajaran kepemimpinan sektor teknologi.

Sejauh ini, mungkin di perusahaan teknologi kita melihat wajah perempuan berada di deretan resepsionis kantor, namun semakin ke atas, semakin sedikit.

Kemudian Putri merasa bahwa peran perempuan layak berada di jajaran kepemimpinan karena dalam sebuah leadership, keberagaman pemikiran, perspektif, hingga peranan sangat penting di dunia yang serba dinamis seperti sekarang.

Gender diversity menurutku bukan persoalan angka persentase antara kaum laki-laki dan perempuan saja, tapi tentang bagaimana menyatukan banyak pemikiran yang beraneka ragam untuk satu tujuan yang sama. Seharusnya sih sudah tidak ada lagi gap atau diskriminasi dalam pekerjaan hanya karena perbedaan gender,” tutur Putri.

Kelima, anak muda harus berani bermimpi.

Mungkin sebelum keikutsertaannya di program Girls Take Over ini, Putri belum pernah membayangkan seberapa menantangnya peran sebuah CEO dalam perusahaan. Namun, pemikirannya semakin terbuka, apalagi soal mimpi.

“Menurutku mimpi itu sebuah privilege bagi semua orang, khususnya generasi muda dan kaum perempuan. Ketika punya mimpi, rasanya hidup itu langsung penuh energi dan lebih terang arahnya. Aku sih berharap banyak anak-anak muda yang semakin berani untuk bermimpi dan tentunya berusaha keras untuk mencapainya,” tutup Putri.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini