Ajang Seni dan Budaya Printemps Français 2016

21 April 2016 - by

Dalam rangka menyambut Festival Printemps Français 2016, Institut Prancis di Indonesia (IFI) menggelar jumpa pers pada 20 April di Auditorium IFI Jakarta. Menyuguhkan 50 pertunjukan seni dan budaya yang beragam; musik klasik dan kontemporer, wayang, tari, sastra hingga arsitektur, Printemps Français 2016 hadir di 10 kota di Indonesia; Jakarta, Bali, Balikpapan, Bandung, Makassar, Malang, Medan, Semarang, Surabaya dan Yogyakarta.

Advertising
Advertising

Jumpa pers digelar pada 20 April di Auditorium IFI Jakarta dengan pembicara antara lain Bottlesmoker, grup musik Indonesia dan Christophe Loviny, Direktur Festival Foto Yangon.

Sejak tahun 2004, Printemps Français (baca: prongtong frangsey) sudah digelar di Indonesia untuk menyambut musim semi nan ceria. Festival ini tidak hanya menampilkan pertunjukan dari seniman Prancis tetapi juga dari Indonesia serta mendorong berbagai bentuk kolaborasi, residensi dan konser bersama. Tahun ini, Printemps Français ditandai dengan kolaborasi intensif antara seniman Prancis dan Indonesia, terutama dalam pertunjukan wayang layang L’Oiseau (Sang Burung) yang akan membuka Printemps Français ke-12 di Yogyakarta (28 April), Jakarta (30 April), Surabaya (4 Mei), Bandung (7 Mei) dan Bali (10 Mei).

'Sang Burung', Wayang Layang yang Membuka Printemps Français

Dalam proyek ‘Sang Burung’, Les Rémouleurs yang beranggotakan Gallia Vallet, Olivier Vallet dan Anne Bitran berkolaborasi dengan seniman Indonesia yaitu Bob dari komunitas Marjinal Kolektif (Jakarta), Heri Dono, Rangga Jadoel dan Sugeng Utomo (Yogyakarta), Gepeng Dewantoro dan Wayang Motekar (Bandung). Pertunjukan wayang layang tersebut akan diiringi musik etnis kontemporer dari Senyawa (Rully Shabara dan Wukir Suryadi); band asal Yogyakarta yang pernah tampil di Melbourne International Jazz Festival 2011.

Les Remouleurs yang telah meraih berbagai penghargaan, antara lain Liquid Mirror, Arts Prize 2009, Cyclop/Camera Lucida dan Louis Jouvet Prize 2002, bersama tim seni Indonesia melakukan program kerja bareng (residensi) di Yogyakarta bersama IFI Yogyakarta pada tanggal 3-15 Maret 2016. “Sejak Oktober, kami bertemu banyak seniman antara lain Komunitas Marjinal dan Wayang Motekar, dimana kami beruntung bisa bekerja sama dalam pertunjukan Sang Burung dengan seniman hebat Indonesia seperti Heri Dono, Bob dan Gepeng yang membuat sketsa bersama Gallia, untuk diproyeksikan ke wayang layang. Sementara Wayang Motekar bersama Olivier Vallet dan seniman lain akan membantu sisi teknis dan produksi di lapangan,” jelas Anne Bitran, direktur artistik Les Rémouleurs.

Yang membuat pertunjukkan wayang layang ini istimewa adalah musik pengiring yang khusus diciptakan grup musik Senyawa untuk mengiringi 'Sang Burung' terbang di angkasa. Anne menambahkan,”Unsur lain yang tak boleh dilupakan dari 'Sang Burung' adalah musik. Kami beruntung bisa bekerjasama dengan Senyawa, musisi handal dengan sentuhan anggun di tiap instrumen yang mereka mainkan dalam pementasan 'Sang Burung' di Plasa Senayan, Sabtu 30 April 2016 pukul 19.00 dan gratis.

Bottlesmoker, Pertunjukan Musik nan Menggelitik

Beranggotakan dua sahabat, Anggung Suherman (Angkuy) dan Ryan Adzani (Nobie), Bottlesmoker telah mendapat nama di dunia musik internasional. Mereka tampil antara lain dalam Asian Festival 2010 di Filipina dan memenangi dua penghargaan dari AVIMA (Asia Pasific Voice Independent Music Awards) yaitu Juara I kategori Best Electro/Dance Act dan Juara III kategori Best Electro/Dance Song di tahun yang sama.

Penampilan Bottlesmoker di Printemps Francais bukanlah yang pertama. “Di Printemps Français 2013, kami berkolaborasi dengan grup sirkus kontemporer dari Prancis, Chabatz d’Entrar, sebagai penata kreasi musik. Sementara di Printemps Français 2014, kami pun menjadi penata musik dalam penampilan kelompok tari kontemporer Prancis, Kubilai Khan Investigation serta berkolaborasi dengan musisi elektronik Benoit Bottex,” jelas band yang merilis album mereka secara gratis lewat netlabel di Spanyol, Amerika Serikat dan Rusia.

Musik Bottlesmoker yang kaya dengan teknologi digital ataupun analog, juga instrumen audio yang membentuk karakter suara tersendiri seperti arcade game dan vintage synthesizer sert instrumen visual berupa 10 baris lampu yang akan menghipnotis penonton di tiap kilatannya. Saksikan keunikan musik dan penampilan Bottlesmoker dalam rangkaian Printemps Français di Auditorium IFI Jakarta, Jumat 3 Juni, 19.30, dengan tiket seharga 100.000 untuk konser dan juga album CD terbaru mereka.

Christophe Loviny, Fotografer Prancis yang Mencintai Asia

Christophe Loviny adalah seorang wartawan foto spesialis Asia Tenggara yang sejak 1983 bekerja di Myanmar sebagai koresponden untuk beberapa majalah. Pada 2008, bersama Institut Prancis di Myanmar, ia menggagas Yangon Photo Festival (YPF) dengan tujuan membentuk generasi baru wartawan foto dan membawa pameran foto internasional kepada publik Myanmar. Aung San Suu Kyi, sang tokoh oposisi junta militer bersedia menjadi duta YPF. Dari sinilah Loviny mendapat kesempatan bertemu dan memotret perjalanan sang peraih Nobel Perdamaian tersebut serta menerbitkan buku yang bertajuk Aung San Suu Kyi, a portrait in words and pictures.

Dalam rangkaian Festival Printemps Français 2016, Loviny berkolaborasi dengan jurnalis foto Indonesia, Oscar Motuloh dalam sanggar kerja fotografi yang digelar pada 18-24 April di Galeri Foto Antara. Selain di Jakarta, Loviny juga menjumpai para jurnalis foto muda di Bandung, Surabaya dan Yogyakarta. Pelatihan digelar untuk melatih jurnalis foto profesional agar dapat mengangkat cerita dan pesan yang kuat serta bermakna dalam karya mereka, baik untuk media cetak maupun media sosial.

M83, Musisi Prancis Pengisi Soundtrack Film Box Office

Band yang baru saja merilis album nuansa pop 80-an bertajuk Junk ini dibentuk pada tahun 2001 di Antibes, Prancis Selatan oleh duo Anthony Gonzalez dan Nicolas Fromageau. Dipengaruhi dream pop dan shoegaze, musik elektro pop M83 mencitrakan emosi yang psychedelic. Anthony Gonzales yang berkreasi pertama kali dengan alat synthetizer pada umur 17 tahun itu mendapatkan inspirasi untuk karyanya baik solo maupun bersama M83 dari nama besar seperti band rock asal Irlandia My Bloody Valentine, band psychedelic dan progressive rock legendaris dari Inggris Pink Flyod dan Tangerine Dream yang didirikan sang pelopor musik elektronik Edgar Froese.

Kini M83 telah berkembang menjadi band dengan lima personel; Anthony Gonzalez, Jordan Lawlor, Loïc Maurin, Kaela Sinclair dan Ian Young. Album ke-6 mereka, Hurry Up, We’re Dreaming yang dirilis 2011 sukses masuk dalam nominasi Grammy Awards untuk kategori Best Alternative Music Album dan masuk peringkat 22 dalam Top 100 Albums of the Decade versi Pitchfork yang berbasis di Amerika Serikat.

M83 membuat score I Need You untuk film sains-fiksi yang dibintangi Tom Cruise dan Morgan Freeman, Oblivion (2013). Karya-karya M83 juga menjadi soundtrack film dan serial televisi, antara lain lagu Wait dalam film The Fault in Our Stars (2014). Dua track dari album Hurry Up, We're Dreaming yaitu Another Wave from You dan Outro menjadi score film The Gambler (2014). Bersama grup band indie Haim, M83 juga merilis lagu Holes in the Sky yang menjadi soundtrack film The Divergent Series: Insurgent (2015).

Jangan lewatkan konser M83 pada 21 Mei di GBK Jakarta dalam rangkaian Printemps Français 2016 bekerja sama dengan Kiostix dan Kiosplay.

Berikut link lebih lanjut  www.ifi-id.com/printemps/