Analis: Nasib Apple Bisa seperti Nokia

06 January 2019 - by

Awal tahun 2019, industri smartphone dihebohkan dengan kabar penjualan iPhone yang melemah di 2018 dan menjadi tahun yang kurang bagus bagi Apple. Perusahaan teknologi tersebut memperkirakan akan mengalami penurunan pendapatan sebesar 9 miliar dolar AS atau sekitar Rp 130 triliun.

Menurut surat yang ditulis CEO Apple, Tim Cook, salah satu penyebab penurunan ini adalah akibat permintaan terhadap perangkat iPhone yang lemah. Cook mengatakan program ganti baterai yang diterapkan perusahaan juga menjadi penyebabnya.

Perang dagang antara AS dan China turut berperan menjadi salah satu penyebab lemahnya penjualan iPhone. Permintaan iPhone, khususnya di China, mengalami pelemahan yang tidak terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

"Ketika kami mengantisipasi beberapa tantangan di pasar kunci, kami tidak menyadari terjadinya perlambatan ekonomi, terutama di China," tulis Cook, yang menitikberatkan pada tensi tinggi perang dagang antara China dengan AS.

Pelemahan ini juga mengakibatkan Apple memangkas estimasi keuangan mereka, yang sayangnya juga menyebabkan jatuhnya harga saham Apple hingga kehilangan sebagian besar nilai pasarnya.

Menurut perusahaan finansial dan investasi Goldman Sachs, kejadian ini bukan hal yang diharapkan oleh para investor. Penurunan harga saham diperkirakan akan terus berlanjut dan Apple kemungkinan harus menurunkan angka target permintaannya untuk setahun penuh.

"Kami melihat potensi penurunan lebih lanjut ke angka FY19 tergantung pada lintasan permintaan China pada awal 2019," kata Managing Director Goldman Sachs, Rod Hall, dilansir CNBC.

Hall berpikir, cara yang dilakukan Apple saat ini akan membawa mereka menjadi brand Nokia berikutnya. Seperti Nokia di masa lalu, Apple juga sangat bergantung pada pelanggan yang terus meningkatkan permintaan perangkat mereka.

Nokia saat itu jatuh dan menjadi tergantung pada peningkatan pelanggan dalam menghadapi pasar yang jenuh lebih dari satu dekade lalu. Pelanggan menunda mengganti ponsel mereka lebih lama karena ekonomi melambat, menurut catatan Goldman Sachs.

Analis Hall melihat Apple berbeda dengan Nokia yang dulu. Pasalnya, beberapa tahun terakhir ini iPhone selalu rilis dengan harga fantastis, yang dinilai sebagain orang terlalu mahal untuk melakukan pergantian iPhone mereka sebelumnya.

Meski begitu, Hall mencatat ini belum tentu menjadi malapetaka dan kesuraman bagi Apple. Ia menyatakan bahwa di luar China, Goldman Sachs tidak melihat cukup bukti perlambatan atau penurunan konsumen pada 2019.

“Di luar China, kami tidak melihat bukti kuat dari pelambatan konsumen menuju 2019, tetapi kami hanya memberi tanda kepada investor bahwa kami percaya tingkat penggantian Apple kemungkinan jauh lebih sensitif terhadap makro sekarang karena perusahaan sedang mendekati pasar maksimum penetrasi untuk iPhone," katanya.

Apple sekarang menargetkan pendapatan kuartal pertama 2019 sekitar 84 miliar dolar AS, turun dari target awal yang diperkirakan antara 89 miliar dolar AS dan 93 miliar dolar AS, menurut laporan FactSet.

iPhone telah menjadi penghasil uang utama Apple selama bertahun-tahun. Terhitung hampir 60 persen dari total penjualan Apple berasal dari iPhone dalam periode tiga bulan yang berakhir pada September 2018.