Bukan Cuma Elite Politik, Revolusi Mental Dimulai dari Mahasiswa

29 September 2016 - by

Revolusi mental, adalah sebuah gerakan yang digagas untuk mengubah karakter bangsa agar bisa berprilaku lebih baik. Bukan cuma kalangan elite politik dan pejabat saja, gerakkan ini juga mulai ditanamkan sejak duduk di bangku kuliah.

Universitas Brawijaya adalah satu perguruan tinggi yang sudah menerapkan nilai-nilai revolusi mental. Hal ini diakui langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani yang beberapa hari lalu berkunjung ke sana.

“Gerakan Nasional Revolusi Mental harus dimulai dari diri sendiri dan diawali dari hal-hal yang kecil dan ringan, selanjutnya berkembang ke suatu yang besar dan menjadi gerakan sosial yang luas oleh segenap rakyat”, jelasnya.

Dibidang pendidikan tinggi, salah satu bentuk nilai Revolusi Mental adalah penyaluran beasiswa oleh pemerintah kepada mahasiswa kurang mampu yang berprestasi. Dengan program ini, maka akses ke pendidikan tinggi semakin merata dan mengurangi ketimpangan.

Di Unbraw, Puan Maharani hadir dalam kuliah umum bertajuk Peran Perguruan Tinggi dalam Mewujudkan Revolusi Mental. Dalam acara ini, Menko PMK didampingi Kepala BKKBN, Surya Chandra Surapaty, Anggota DPR R.I. Ahmad Basarah, Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf, Deputi Menko PMK Bidang Pendidikan dan Agama Prof. Dr. R. Agus Sartono beserta rombongan lainnya.

Dalam kesempatan tersebut, Puan juga menjelaskan betapa pentingnya generasi muda yang memiliki norma-norma dalam revolusi mental. Bahkan menyitir pidato Bung Karno yang mengatakan “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia”.

“Sebagaimana Bung Karno, saya pun yakin akan peran dan kemampuan pemuda dalam membawa bangsa ini pada perubahan kehidupan yang lebih baik. Pemuda yang akan mewujudkan Indonesia yang berdaulat, berdikari dan berkepribadian. Mahasiswa adalah bagian dari pemuda yang dimaksudkan oleh Bung Karno. Perguruan Tinggi berperan membentuk dan mengasah karakter calon pemimpin bangsa tersebut”, katanya.

Di perguruan tinggi penerapan revolusi mental memang tak bisa sama persis dengan kalangan elite politik atau pejabat, namun para mahasiswa bisa menerapkannya dengan mewujudkan kampus yang bebas dari Korupsi, Bebas dari Narkoba, Bebas dari Radikalisme, Bebas dari Plagiarisme. Kampus yang memiliki karakter Pancasila, akan menanamkan karakter itu kepada para mahasiswa. Bila itu terwujud, Perguruan Tinggi akan melahirkan generasi penerus yang memiliki karakter yang dibutuhkan untuk membangun dan mensejahterakan bangsa.

Sebagai penutup kuliah umumnya, Puan menyampaikan pula harapannya terhadap peran perguruan tinggi sebagai agen revolusi mental. “Jadilah agen perubahan pikiran, sikap, dan perilaku yang berorientasi pada kemajuan. Mari bersama mewujudkan Indonesia yang lebih baik, menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain”, pungkasnya.