Bulan Ramadan, Penipuan Mengatasnamakan WhatsApp Makin Marak

05 May 2021 - by

Ilustrasi (Foto: Dimitri Karastelev / Unsplash)

Uzone.id - Di bulan Ramadan bukannya makin adem dari kejahatan, kondisi malah sebaliknya. Entah itu di online maupun offline, kejahatan biasanya memang semakin marak menjelang Lebaran.

Siber Polri memperingatkan pengguna smartphone agar hati-hati dan jangan terpancing untuk meng-klik pesan yang dikirim melalui SMS.

Advertising
Advertising

Pesannya memang sungguh menggoda karena bunyinya "WhatsApp Ramadhan No/WA Anda terpilih mendapatkan hadiah Rp 175.000.000 pin memenangnya WHA012. Silahkan cek pin klik. bit.ly/whatsappramadhan....,"  

BACA JUGA: Punya Harta Ribuan Triliun , Bill Gates Cuma Kasih Warisan ke Anak Rp145 M

"Hati-Hati Penipuan Berkedok WhatsApp Kembali Beredar," tulis Siber Polri.

Menurut Siber Polri, para penipu tak pernah kehabisan cara menjerat korbannya, termasuk melalui pesan penipuan yang dikirim dengan SMS. Salah satu bentuk penipuan SMS yaitu mengatasnamakan aplikasi pesan populer, WhatsApp.

"Sebagai tindakan pencegahan, jika kamu menerima pesan tersebut maka sebaiknya jangan meng-klik tautan yang dicantumkan," pesan Siber Polri.

Kemudian, lembaga ini mengingatkan pengguna smartphone bahwa pesan tersebut tidak dikirimkan langsung oleh pihak WhatsApp, ada kemungkinan tautan akan menjebak konsumen seperti kasus phishing yang banyak terjadi.

      View this post on Instagram      

A post shared by Siber Polri (@ccicpolri)

Apa itu phising?

Kalau kamu mendapat kiriman pesan yang berisi link yang mengatasnamakan sebuah institusi, bisa jadi anda sedang menjadi korban pelaku phising.

Patroli Siber menjelaskan bahwa phishing suatu metode peretasan yang dilakukan dengan cara mengelabuhi target dengan menyediakan halaman palsu yang "seolah-olah" berasal dari perusahaan terkenal.

Bagi kamu yang pernah mendapat surel berisi ajakan untuk mengakses link tertentu dengan iming-iming hadiah, maka anda perlu berhati-hati.

Ketika kamu mengakses link yang tersedia, maka kamu bisa saja mengisi berbagai data pribadi, seperti nama lengkap, alamat, nomor kartu kredit, nomor telepon, dan lain sebagainya.

Data-data itu dapat digunakan oleh para peretas untuk mengambil alih akun kamu dan bisa juga digunakan untuk melakukan praktik penipuan.

Sayangnya, korban penipuan itu bisa berpikir bahwa kamu yang melakukannya karena peretas bisa saja berpura-pura menjadi diri amu setelah berhasil mengambil alih akun media sosial kamu.