Gametalk #1 – Langkah Awal Mendukung Laju Industri Game Indonesia

27 January 2017 - by

Rabu tanggal 25 Januari 2017 lalu, Tech in Asia Indonesia menyelenggarakan acara Gametalk perdana di tahun 2017 dengan dukungan dari Asosiasi Game Indonesia, Komunitas Game Dev Jakarta, serta LYTO. Acara yang bertempat di kantor LYTO, daerah Kebon Jeruk Jakarta Barat, ini merupakan bagian dari inisiatif Tech in Asia Indonesia untuk mendukung laju pertumbuhan industri game dalam negeri.

Untuk acara Gametalk pertama, Tech in Asia Indonesia mengundang pengarah game dari Touchten Games, Frederick Tirta, sebagai pembicara dengan topik pengenalan jenis desainer game. Selain Frederick Tirta, hadir juga David Yin selaku manajer Business Development Google Play Australia yang membagikan tip seputar optimalisasi pengembangan aplikasi dan game di platform Google Play Store.

Selain sesi berbagi ilmu bersama para pelaku industri game tanah air, beberapa developer game juga berkesempatan untuk memamerkan dan mempresentasikan karya mereka secara langsung.

Acara Gametalk juga disiarkan langsung melalui akun Facebook dan Instagram resmi dari Tech in Asia Indonesia, sehingga siapa pun dan di mana pun bisa menimba ilmu serta bertanya langsung kepada para pakarnya. Seperti apa kemeriahan acara Gametalk pertama kami? Berikut reportasenya.

Mengenal lebih jauh karakteristik individu seorang desainer game

Setelah dibuka dengan kata sambutan dari Andi Suryanto selaku CEO LYTO dan Narenda Wicaksono sebagai ketua Asosiasi Game Indonesia, acara Gametalk langsung dimulai bersama pembicara pertama, Frederick Tirta dari Touchten Games, dengan topik mengenali jenis desainer game.

Di depan puluhan pasang mata yang memadati ruangan kantor LYTO, pria yang akrab dipanggil dengan sapaan Erick ini menyampaikan materi tentang memahami kepribadian dan kecenderungan bagaimana model game yang dihasilkan oleh tiap jenis desainer.

Penjelasan materi untuk sesi pertama ini cukup penting guna mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing jenis desainer game. Sebagai bentuk profesi yang menopang hasil akhir sebuah game, desainer memiliki fokus dan gayanya masing-masing sehingga diperlukan pendekatan khusus agar hasil akhirnya bisa optimal.

Detail lebih lanjut soal penjabaran materi desainer game ini akan ditulis dalam artikel terpisah dari reportase acara Gametalk. Namun jika kamu tertarik untuk mengetahui apa saja penjabaran dan juga slide materi yang dibawakan Erick, kamu bisa mengunduhnya (beserta slide milik pemateri lainnya) lewat tautan berikut ini.

Gametalk Demoajang untuk pitching game di hadapan audiens

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sesi Gametalk Tech in Asia Indonesia juga menyediakan kesempatan bagi para developer untuk mempresentasikan game buatan mereka di depan panggung. Baik itu presentasi game yang masih dalam proses pengerjaan, laporan post mortem, dan lain-lain.

Lewat sesi bernama Gametalk Demo ini, Tech in Asia Indonesia mengundang tiga developer game untuk memamerkan karya mereka. Siapa pun boleh mengikuti sesi Gametalk Demo asalkan sebelumnya telah mendaftar dan bersedia untuk dikurasi terlebih dahulu.

Untuk Gametalk pertama, sesi Gametalk Demo dibawakan Henri Halim (GiN Terractive), Dominikus Putranto (Rolling Glory), dan Adam Ardisasmita (Arsanesia).

Sesi Gametalk Demo perdana diawali dengan presentasi game Ethernia Universe yang masih dalam proses pengerjaan GiN Terractive (sebelumnya dikenal sebagai G.U.I.L.D. Entertainment, kreator Guild of Souls). Henri Halim selaku co-founder dan CEO GinTerractive menceritakan dua tahun pembuatan Ethernia Universemulai dari konsep pertama dan alasan perubahannya dari yang awalnya game MMORPG menjadi MOBA.

Ethernia Universe bisa dibilang sebagai proyek yang ambisius. Kita awalnya ingin membuat mobile MMORPG dengan gaya semirealistis,” ungkap Henri. Namun setelah melihat pertimbangan pasar, Ethernia Universe lalu berubah haluan menjadi game MOBA yang tak menutup kemungkinan bakal juga dirilis untuk PC.

Henri juga mengakui dirinya terbuka dengan pihak investor untuk membantunya merampungkan penggarapan Ethernia Universe. Dengan konsepnya yang unik, Ethernia Universe berpotensi menjadi MOBA pertama buatan developer Indonesia untuk perangkat mobile.

Setelah Ethernia Universe, Gametalk berikutnya dilanjutkan presentasi Dominikus Putranto, salah satu anggota inti dari tim developer Rolling Glory asal kota Bandung. Lewat sesi Gametalk Demo, pria yang akrab dipanggil dengan nama Damas ini mempresentasikan Rage in Peace, game platformer “super sulit” yang belum lama ini berhasil menembus Steam Greenlight.

Kepada pengunjung Gametalk, Damas menjelaskan bahwa Rage in Peace adalah game yang berangkat dari konsep sederhana namun menyimpan pesan personal cukup mendalam. “Game ini dikembangkan berdasarkan ide awal apa yang akan kamu lakukan seandainya hari ini adalah hari kematianmu? Cerita keseluruhan Rage in Peace sendiri adalah jawaban dari pertanyaan itu berdasarkan perspektif si Timmy (karakter pemain).”

Rage in Peace pertama kali dikembangkan tiga tahun lalu dalam acara game jam bertajuk Indies VS PewDiePie tahun 2014 silam. Setelah demo game ini rampung dikerjakan akhir 2016, tim Rolling Glory lalu mengampanyekan Rage in Peace di Steam Greenlight dan sukses meraih status Greenlit per 25 Januari 2017.

BACA JUGA

Simak kisah pembuatan Rage in Peace selengkapnya di sini

Terkait dengan keberhasilannya melalui kampanye Steam Greenlight, sesi pertanyaan untuk Rage in Peace sendiri tak jauh dari tip bagaimana agar developer bisa lolos melalui proses kurasi Greenlight. Damas berpesan agar developer perlu mempersiapkan segala sesuatunya sebaik mungkin, mulai dari demo, video trailer, screenshot, dan lain-lain. “Jangan ada yang dicicil, karena akan berdampak pada kesan game buatanmu di awal,” ungkap Damas.

Berbeda dengan kedua presentasi sebelumnya, untuk sesi Gametalk Demo terakhir, Adam Ardisasmita dari Arsanesia justru memberikan wejangan menarik berupa post mortem pencapaian game Roly Poly Pinguin. Game puzzle buatannya yang dirilis tahun 2014 lalu.

Sepanjang sesi Gametalk Demo berlangsung, Adam mengungkap beberapa hal menarik seperti kiat mengonversi pemain gratisan menjadi berbayar, play testing, dan strategi update konten agar game tetap dimainkan hingga waktu lama.

Sesi Gametalk Demo berlangsung cukup interaktif karena sesi tanya jawab yang ada tidak hanya dilontarkan pengunjung acara Gametalk saja, tetapi juga dari penonton yang mengisi halaman Sli.do Gametalk Tech in Asia Indonesia. Jadi bila kamu tak bisa hadir di lokasi acara Gametalk, kamu tetap bisa berpartisipasi aktif dengan memanfaatkan fitur ini di kesempatan berikutnya.

Google dorong laju industri game lewat kompetisi Game Indonesia

Usai kegiatan Gametalk Demo, sesi Gametalk Tech in Asia Indonesia dilanjutkan pemateri berikutnya yaitu David Yin dari Google Play. Pria yang berkecimpung dalam pengembangan bisnis Google Play untuk wilayah Indonesia, Australia, dan Selandia Baru ini mempresentasikan beragam bentuk dukungan Google terhadap developer dalam pengembangan produk aplikasi mobile.

Bentuk dukungan Google ini meliputi berbagai macam fase pengembangan, mulai dari eksekusi ide, pembuatan prototipe, soft launch, dan optimalisasi produk yang semuanya bisa diakomodasi melalui beragam fitur Google Play. Beberapa fitur yang disinggung antara lain fungsi Google Play Games, fitur Early Access untuk keperluan tes beta tertutup bereksperimen dengan halaman aplikasi Google Play (store listing), user acquisition, halaman Featured di Google Play Store, dan Analytics.

Di hadapan pengunjung, Yin juga membagikan tip agar karya developer bisa hadir di halaman utama Google Play. Untuk bisa tampil muncul di etalase ini, Yin menjelaskan bahwa kualitas sebuah game jelas menjadi tolak ukur utama agar mendapat kesempatan istimewa tersebut.

Tak ketinggalan, dalam kesempatan Gametalk ini, Yin juga mempromosikan program Kontes Game Indonesia, sebuah kompetisi yang dibuat untuk menggiatkan developer game tanah air. Kompetisi yang dibuka hingga tanggal 19 Maret 2017 ini terbuka untuk umum, dengan syarat game yang didaftarkan harus dirilis dan tersedia di Google Play setelah 1 Januari 2016. Informasi lebih jelas seputar kompetisi tersebut bisa kamu lihat di sini.


Dengan rampungnya kegiatan Gametalk pertama serta reaksi positif yang kami terima,  Tech in Asia Indonesia semakin optimis untuk ikut maju bersama ekosistem dan industri game tanah air menuju arah yang lebih baik. Sampai jumpa di acara Gametalk di bulan berikutnya.

(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)