Hati-Hati, Me-retweet Bisa Bikin Pikun

02 May 2016 - by
| May 2, 2016 4:46 pm

Dalam dunia digital segala informasi ada di ujung jari Anda. Berpeganganlah yang kuat sebelum kemudahan ini menjerumuskan Anda.

Penelitian di Cornell University dan Beijing University menunjukkan me-retweet menciptakan “overload kognitif” yang mengganggu ingatan Anda. Jika ini terus terjadi, maka bisa mengganggu kinerja Anda di dunia nyata.

“Kebanyakan orang jadi tidak mengunggah ide original lagi, mereka hanya membagi apa yang mereka baca,” kata Qi Wang, profesor Ekologi Manusia di Cornell University. Lebih buruk lagi, kata dia, orang-orang ini tak sadar berbagi seperti ini punya dampak buruk.

Eksperiman Wang dan timnya dilakukan di Beijing University dengan sekelompok mahasiswa di Cina. Di sebuah komputer dengan setelan laboratorium, dua kelompok mahasiswa dihadapkan dengan beberapa seri pesan dari Weibo. Weibo adalah media sosial Cina yang serupa dengan Twitter.

Setelah membaca setiap pesan, anggota kelompok pertama diberi pilihan untuk me-retweet atau membaca pesan selanjutnya. Kelompok kedua hanya diberi pilihan membaca pesan berikutnya.

Setelah membaca, para mahasiswa diberi tes secara online yang mengenai pesan-pesan sebelumnya. Kelompok pertama, dua kali lebih banyak salah menjawab dibanding kelompok kedua.

“Keputusan me-retweet atau tidak, telah menggunakan daya kognitif seseorang,” kata Wang.

Penelitian selanjutnya adalah memperlihatkan beberapa seri pesan Weibo dengan pilihan yang sama pada dua kelompok. Kemudian mereka diberikan artikel yang tak ada hubungannya dengan pesan tersebut. Sekali lagi, kelompok kedua mengungguli kelompok pertama.

“Di dunia nyata, pelajar yang melakukan surfing di dunia maya dan berbagi informasi, kemudian menghadapi tes, hasilnya akan lebih buruk,” kata Wang.

Peneliti mencatat orang lebih memperhatikan elemen desain situs seperti “repost” atau “like” ketimbang isinya. Wang menyarankan desain situs sebaiknya lebih mempromosikan sesuatu ketimbang mengganggu kognitif seseorang. “Desainnya harus lebih sederhana dan relevan dengan fungsinya,” kata dia.

SCIENCE DAILY | TRI ARTINING PUTRI

Berita Terkait: