Indigo dan Mimpi Seribu Startup bagi Jokowi

17 March 2017 - by

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melontarkan mimpi untuk mencetak sekitar seribu startup dengan tiga masuk dalam kategori Unicorn (valuasi US$ 1 miliar) di 2020.

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) sebagai perusahaan milik negara pun tak tinggal diam untuk mewujudkan mimpi dari sang Presiden. (Baca: Gerakan seribu startup)

Accelerator Indigo.id yang menjadi salah satu andalan dari Telkom membangun ekosistem Startup langsung tancap gas memperluas koneksi global bagi binaannya. Salah satunya menggandeng PT Telekomunikasi Indonesia Internasional (Telin) yang beroperasi di empat benua.

Manager Accelerator Indigo.id Jeffri Irmawan mengatakan, Indigo.id baru saja hadir di  Bali Annual Telkom International Conference ( BATIC) 2017 belum lama ini.

Dalam ajang yang dihelat Telin tersebut, hadir pimpinan cabang perusahaan beserta mitra kerjanya di wilayah kerja Singapura, Hongkong, Timor Leste, Australia, Malaysia, Macau, Taiwan, Amerika Serikat, Myanmar, dan Saudi Arabia.

Mitra kerja Telin tadi bergerak di bidang teknologi informasi komunikasi (TIK), sehingga Indigo.id sebagai akselarator dan inkubator startup utama di Indonesia bisa memenuhi kebutuhan mereka, baik dalam kapasitas sebagai mitra usaha maupun menjadi venture capital.

"Dalam kesempatan itu, kami sempat bertemu dan berkenalan dengan beberapa mitra kerja terkait apa yang kami miliki, apa yang bisa kami sediakan, sehingga cakupan global bagi binaan kami bisa lebih luas ke depanya," katanya dalam  rilis yang diterima Kamis (16/3).

Diungkapkannya,  di ajang BATIC kala bertemu tim Telin Hongkong ditemukenali masyarakat Indonesia yang menjadi pekerja migran di sana sering memesan barang elektronik di toko kredit konvensional yang kemudian akan dipaketkan via agennya di Indonesia.

"Ini kan sangat tidak efisien, sebab startup di Hongkong belum ada marketplace yang fokus melayani pekerja migran kita di sana. Jadi, situasinya tak sebaik di tanah air yang startup-nya berkembang demikian dinamis," katanya.  

Dia melihat kondisi serupa terjadi di Jepang dan Singapura. Kalaupun ada pelakunya, mereka cenderung membawa sumber dayanya untuk pindah ke negara pusat startup sejak lama hingga sekarang yakni Amerika Serikat.

Untuk itu, Indigo.id melihat Indonesia relatif masih unggul dari sisi pasokan ide dan penggiat startup di kawasan Asia Tenggara bahkan benua Asia. Hanya beberapa negara yang sama aktifnya, khususnya Vietnam yang mampu mendunia dengan sejumlah game digital.

"Tindak lanjutnya adalah kami berencana segera temui manajemen Telin, agar masukkan Indigo sebagai salah satu layanan yang bisa diintroduksi mengingat hubungan baik mereka selama ini. Sehingga perwakilan Telin di manapun, bisa mensosialisasikan keberadaan startup anak bangsa," sambungnya.

Aliansi global semacam ini sebelumnya dilakukan Indigo.id dengan inkubator sejenis asal Malaysia, MAGIC (Malaysia Global Innovation and Creative Center), pada 30 November 2016 lalu.

Kala itu, kerjasama tersebut dilakukan Managing Director Indigo, Ery Punta dan Executive Director Entrepreneurship Developement MAGIC, Johnathan Lee di Block 3730, Cyberjaya, Malaysia, dengan turut disaksikan Director ASEAN Centre of Entrepreneurship MAGIC Yusnee Rahmat Yusof dan CEO Telkom Internasional (Telin) Malaysia Oki Wiranto.

Selain MAGIC, Indigo dengan konsep serupa bekerjasama pula dengan SVA Technology Alliance yang menyambungkan startup khusus kawasan Asia Tenggara dengan jejaring startup global langsung di Silicon Valley, Amerika Serikat.

Program spirit global ini sebelumnya diterapkan dalam program Indigo Immersion pada 9-16 April 2016 lalu, yang mana tiga binaan Indigo (Amtiss, Kakatu, dan Goers) bertemu startup mendunia seperti Uber, Facebook, Apple dan Google, dan juga venture capital ternama, Kleiner Perkins Caufield & Byers (KPCB).

“Indigo juga akan hadir di pameran Cebit dimana aka nada sekitar 3 ribu partisipan pameran dari 70 negara dengan target sekitar 200 ribu pengunjung dari 100 negara. Keikutsertaan di Cebit ini menjadi tahapan Indigo dalam menjalin Global Network ke Incubator- Accelerator digital startup dari berbagai negara,” ulas Ery Punta.(id)