Kalau Indonesia Sudah TV Digital, Isinya Tetap Sinetron Gak?

09 August 2021 - by

Ilustrasi foto: Nicolas J Leclercq/Unsplash

Uzone.id -- Membayangkan Indonesia bermigrasi dari TV analog jadi siaran serba digital tampaknya bakal keren. Minimal, kita tidak ketinggalan jauh dengan negara-negara lain. Lalu, bagaimana dengan nasib konten yang selama ini mengisi saluran TV analog seperti sinetron?

Migrasi dari analog ke TV digital yang sering disebut sebagai analog switch off (ASO) akan membuka peluang besar bagi konten berkualitas dengan gambar yang jauh lebih bagus dan jernih.

Advertising
Advertising

Salah satu hal yang mendukung kualitas gambar menjadi lebih bagus adalah pergantian sinyal yang dipancarkan dari TV digital.

TV analog selama ini mirip dengan sinyal radio, di mana sinyal video ditransmisikan dalam AM, sedangkan audio dalam FM. Sinyal ini ditentukan dari jarak dan lokasi geografis TV untuk menangkap sinyal tersebut. Ketika mengalami gangguan, biasanya gambar akan berbayang atau bentuk noise (bintik-bintik semut).

Baca juga: Apa Bedanya TV Analog dan TV Digital?

Sedangkan TV digital bisa meningkatkan kapasitas layanan melalui efisiensi pemanfaatan spektrum frekuensi radio. Ia bisa memproses sinyal digital dan analog sekaligus, sehingga kualitas gambar dan suara yang diterima jauh lebih baik.

Hal inilah yang disorot oleh pengamat telekomunikasi dan industri digital Indonesia, Heru Sutadi.

Menurutnya, jika Indonesia ingin bermigrasi ke TV digital, maka perlu juga menyiapkan konten variatif agar sesuai dengan kualitas yang ditawarkan TV digital.

“TV digital menawarkan gambar jernih dan tajam dibandingkan analog. Perlu kesiapan konten yang variatif dan sesuai dengan kualitas TV digital,” ungkap Heru kepada Uzone.id, Senin (9/8).

Ia menyambung, “jangan sampai nanti channel TV digital banyak isinya malah seragam dan tidak mendidik.”

Dengan kata lain, Executive Director Indonesia ICT Institute ini berharap pemerintah bisa mendorong pengembangan konten lokal yang berkualitas jika TV digital telah diterapkan.

Baca juga: Cerita Tifatul Sembiring Dijegal Saat Mau Migrasikan TV Analog ke Digital

Jika memang konten seperti sinetron akan tetap ada, semua kembali lagi pada moral yang ditunjukan di dalam tayangan tersebut, jangan sampai ‘merusak’ dan tidak mendidik para audiens.

“Hal penting lainnya, pemerintah perlu melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang program TV digital ini. Jangan sampai masyarakat tidak tahu program ini tapi tiba-tiba migrasi dilakukan,” kata Heru.

Beberapa waktu lalu, pemerintah telah mengumumkan bahwa pihaknya akan bagi-bagi alat penerima siaran TV digital berupa set top box (STB) kepada masyarakat yang kurang mampu.

Kegiatan bagi-bagi STB kepada masyarakat tertentu ini awalnya direncanakan mulai dilaksanakan mulai Juli 2021.

Terkait hal ini, meskipun migrasi TV analog ke digital ditunda, Heru tetap mengingatkan pemerintah agar tidak lupa untuk memberikan subsidi.

“Banyak masyarakat yang harus diberikan subsidi. Bukan hanya 6,7 juta jiwa, tapi lebih karena masyarakat miskin, rentan miskin, dan menuju menengah mencapai 80 persen. Jangan sampai migrasi atau ASO dilakukan sebelum STB [set top box] dibagikan,” tutup Heru.

VIDEO: Menanti Kabar 'Kematian' Galaxy Note, Ini Penggantinya?