Kelakar Prabowo: Sepak Bola Indonesia Masuk Piala Dunia Tahun 2135

01 September 2018 - by

Bakal capres Prabowo Subianto membeberkan kondisi Indonesia dari berbagai aspek yang menurutnya perlu mendapat perhatian dari pemerintah dan seluruh elemen bangsa, salah satunya mengenai olahraga sepak bola. 

Prabowo mengatakan, tim sepak bola Indonesia saat ini berada di rangking 164 dari 171 negara di dunia. Menurut Prabowo, peringkat tersebut tidak cukup baik, bahkan ia berkelakar Indonesia harus menunggu kurang lebih 100 tahun lagi jika ingin mengikuti piala dunia, tepatnya pada tahun 2135. 

Advertising
Advertising

“Ini untuk anak muda, sepak bola lumayan-lumayan, peringkat 164 dari 171 sepak bola, 7 besar dari bawah. (Masuk) piala dunia Indonesia mungkin 2135,” kata Prabowo dalam pidatonya di acara seminar nasional Paradoks Indonesia, di Hotel Sahid, Jakarta, Sabtu (1/9).

Tak hanya itu, sejumlah permasalahan lain yang dihadapi Indonesia seperti masalah perekonomian juga harus bisa segera diperbaiki. Menurutnya, hanya segelintir orang kaya yang hidup di Indonesia. 

“Indikator lainnya 4 orang lebih kaya dari 100 juta. Hampir semua indikator yang ada cukup tertinggal. Yang sangat menonjol adalah setelah 73 tahun merdeka, anak-anak kelaparan, di Indonesia tidak enak terus terang,” ujar Ketua Umum Gerindra itu. 

Sementara itu, di sektor kesehatan, Prabowo membeberkan jumlah penderita stunting yang masih cukup tinggi. Artinya, kata dia, 1/3 dari rakyat Indonesia tidak dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain.

“Stunting fisik anak-anak masih tinggi, sel otaknya tidak baik. Artinya 1/3 rakyat indonesia tidak dapat bersaing dengan bangsa bangsa lain,” papar dia. 

Belum lagi, permasalahan tanah atau lahan yang sampai saat ini belum digunakan sesuai amanat konstitusi. Berdasarkan data Walhi, 80 persen tanah Indonesia dikuasai oleh korporasi. Hal itu, menurut dia, terjadi karena adanya sistem keliru yang dipakai pemerintah saat ini. 

“Bahwa sistem yang kita anut berakibatkan mengalir keluarnya kekayaan Indonesia. Kekayaannya terus keluar dari Indonesia. Darah suatu negara adalah ekonomi,” tutupnya