Kerjaan Apple Selama Pandemi: Buka-Tutup Toko Ritel

03 July 2020 - by

(Ilustrasi foto: Laurenz Heymann / Unsplash)

Uzone.id -- Dari sekian banyak hal yang terjadi selama pandemi COVID-19, Apple terlihat sibuk mengelola toko ritelnya. Mulai dari ditutup sementara, kemudian dibuka kembali karena merasa kondisi terlihat membaik, sampai akhirnya memutuskan untuk tutup lagi. Apple Store atau jalanan Puncak, Tim Cook? Buka-tutup mulu…

Advertising
Advertising

Setelah membuka kembali Apple Store di sekitar 30 lokasi di tujuh negara bagian di Amerika Serikat, Apple siap menutupnya lagi. Secara total, ada sekitar 77 Apple Store yang ditutup, atau 25 persen dari operasional di AS.

Awalnya, Apple melihat bahwa pandemi COVID-19 sempat mereda di AS, sehingga perusahaan memberanikan diri untuk membuka beberapa Apple Store. Tapi nyatanya tidak.

Baca juga: Pandemi Mulai Berkurang, Toko Apple Siap Dibuka Kembali

Beberapa negara bagian AS yang terdampak dari penutupan Apple Store adalah Alabama, California, Georgia, Idaho, Louisiana, Nevada, dan Oklahoma. Sementara Apple Store di negara bagian seperti Arizona, Florida, Mississippi, Carolina Utara, Carolina Selatan, Texas, dan Utah masih tetap ditutup dari awal pandemi.

“Karena kondisi COVID-19 di beberapa area komunitas, kami menutup kembali beberapa toko di area-area tersebut secara sementara. Kami mengambil langkah ini dengan sangat hati-hati karena kami memantau situasi ini dengan seksama dan berharap tim dan pelanggan kami bisa kembali secepat mungkin,” tutur perwakilan Apple kepada CNBC.

Baca juga: Gak Usah Ngarep Layar iPhone 12 Pro Punya Refresh Rate 120Hz

Menurut situs 9to5Mac, ada pula beberapa lokasi di luar AS yang terpaksa harus ditutup kembali setelah sempat dibuka. Sayangnya tidak dijelaskan negara apa saja.

Diketahui Apple mengoperasikan sekitar 271 lokasi toko ritelnya di AS, pasar terbesar dari bisnis ritel fisiknya. Apple kembali menjalani operasi Apple Store pada Mei kemarin sebagai bagian dari struktur rencana di tengah pandemi.

Hal ini terpaksa terganggu karena kasus COVID-19 yang meningkat di AS.