Ketika Bisnis Startup Berlomba-lomba ke Luar Angkasa
Rabu pagi (10/7), ada aktivitas berbeda di Edward Air Force Base, Southern Carolina, Amerika Serikat, ketika Boeing 747 bercat “Virgin” yang telah dimodifikasi melakukan uji coba.
Kala itu, Boeing 747 yang dimiliki Virgin Galactic terbang di sekitar Southern Carolina. Setelah 30 menit mengudara dan berada di ketinggian 35 ribu kaki, pesawat yang dikemudikan Kally Latimer ini melepaskan roket yang panjangnya lebih dari 21 meter dan terpasang tepat di bagian bawah bodinya.Roket yang diklaim bermesin itu dibiarkan jatuh bebas. Sebagaimana dilaporkan Wired, aktivitas uji coba itu dilakukan untuk “mengetahui performa roket dan pesawat saat roket baru dijatuhkan beberapa saat dari pesawat”.Prosesi uji coba ini ialah bagian dari pengembangan sistem peluncuran roket bernama Air-Launch System. Virgin Galactic, anak usaha maskapai Virgin milik konglomerat Inggris Richard Branson, merupakan salah satu startup yang mengembangkan sistem peluncuran ini. Air-Launch System dipercaya dapat menghemat biaya peluncuran roket, yang dengan cara konvensional (peluncuran vertikal) harus sekuat mungkin melawan gravitasi dengan bahan bakar yang tak sedikit. Baca juga: Ambisi Cina Menapaki Bulan dan Menjelajah Luar Angkasa Air-Launch System membawa roket berpesawat dan kemudian meluncurkannya dari ketinggian tertentu. Kuatnya perlawanan gravitasi dapat ditekan. Menurut hitung-hitungan Virgin, hanya dibutuhkan biaya sekitar $12 juta untuk meluncurkan roket ke orbit dengan mekanisme tersebut.Dalam segala aspek yang berhubungan dengan luar angkasa, persoalan biaya memang sensitif. Biaya pengangkutan satelit, manusia, dan barang melalui roket memang sangat mahal. Dikutip dari The Motley Fool, United Launch Alliance (ULA)—perusahaan patungan antara Boeing dan Lockheed Martin yang pernah mengangkut 4,75 metrik ton barang milik NASA menggunakan roket Atlas V—membebankan biaya per ton sebesar $25 juta hingga $34,5 juta untuk mengangkut muatan ke luar angkasa. Selain ULA, ada pula Arianespace dan SpaceX. Arianespace mematok harga US$20 juta per ton. Sedangkan SpaceX mematok $11,3 juta per ton.Sayangnya, karena diangkut 747, roket luar angkasa yang dikembangkan Virgin tak bisa mengangkut banyak muatan. Roket LauncherOne milik Virgin Galactic baru sanggup menerbangkan beban tak lebih dari 300 kg.Namun, meskipun kemampuan angkut Virgin Galactic terhitung kecil, Virgin dan perusahaan angkasa luar lainnya diprediksi akan mampu memboyong pundi-pundi yang besar. Mengapa demikian?Ke Bulan Lagi, Lalu ke Mars
Ketika Donald Trump terpilih sebagai presiden AS setelah berkampanye tentang perlunya membangun tembok pemisah antara Paman Sam dan Meksiko, membalikan "kejayaan Amerika". Caranya dibeberkan melalui akun Twitter resminya. Salah satunya dengan mengembalikan kejayaan NASA, "kembali ke Bulan, lalu berlanjut ke Mars". Untuk itu Trump berjanji mengalirkan dana tambahan senilai $1,6 miliar kepada NASA.
Kicauan Trump didukung oleh ditandatanganinya Space Policy Directive 1 memerintahkan NASA untuk cepat-cepat kembali menjajaki bulan.