Listrik Mati, Operator Telekomunikasi Rugi Lebih Dari Rp100 M

05 August 2019 - by

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara memperkirakan operator telekomunikasi menelan kerugian di atas Rp100 miliar akibat padamnya listrik PLN di sebagian Jawa Barat dan Jawa Tengah pada Minggu (4/8) kemarin. Proyeksi ini berasal dari jumlah dan durasi infrastruktur telekomunikasi nirkabel (Base Transceiver Station/BTS) yang nonaktif selama listrik mati.

Rudiantara menjelaskan operator telekomunikasi setidaknya bisa menikmati pendapatan sebesar Rp60 triliun sampai Rp70 triliun per tahun. Angka itu merupakan nilai pendapatan yang didapat dari pelayanan akses telekomunikasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Artinya, operator setidaknya bisa mendapat pendapatan sekitar Rp200 miliar per hari ketika akses listrik berjalan normal. Namun, pada Minggu kemarin, akses listrik mati hampir 12 jam.

"Kalau sehari Rp200 miliar, katakan 12 jam ada mati (kemarin), tinggal dikali setengahnya, di atas Rp100 miliar sih ada," ungkap Rudiantara di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (5/8).

Lihat juga:
Listrik Mati, Istana Sebut Tidak Ada Sanksi untuk Bos PLN

Selain berasal dari hitung-hitungan pendapatan, pria yang akrab disapa Chief RA itu juga meramal nilai kerugian operator dari jumlah BTS yang tidak berfungsi selama listrik mati. Perhitungannya, ada sekitar 25 persen BTS yang tidak aktif pada Minggu kemarin.

"BTS di gedung, mal, itu tidak mati. Tapi yang di ujung-ujung mati karena hanya dilengkapi UPS yang kalau listrik mati, maka daya tahannya hanya tiga sampai empat jam," terangnya.

Walhasil, ketika UPS tidak bisa digunakan BTS tidak bisa menyalurkan sinyal telekomunikasi kepada pengguna paket data.

"Dampaknya tidak hanya aplikasi yang mati, sudah pasti seluler mati. Banyak industri juga yang mati," katanya.

Lihat juga:
Masih Ada Listrik Mati, Kemenperin Harap Tak Ganggu Produksi

Berdasarkan catatannya, jumlah BTS yang ada di Jabodetabek mencapai 137 ribu unit. Kepemilikan BTS didominasi oleh Telkomsel yang mencapai 51.382 unit, XL Axiata sekitar 34.953 unit, dan Indosat 30.882 unit.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 5.975 unit BTS sistemnya rusak pada Minggu kemarin. Kerusakan terdiri dari 5.263 unit BTS di Jabodetabek dan 712 unit di Jawa Barat.

Namun perbaikan kerusakan sistem kelistrikan dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN saat ini membuat jumlah BTS yang nonaktif berangsur-angsur menurun. Saat ini, setidaknya jumlah BTS Telkomsel yang tidak aktif hanya sekitar 1.667 unit, XL Axiata 993 unit, dan Indosat 781 unit.

PLN Perlu 'Saingan'

Berkaca pada kondisi listrik mati kemarin, Rudiantara menilai PLN perlu memiliki 'saingan' yang turut berperan menyediakan pasokan listrik kepada masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengkaji restu bagi perusahaan lain yang bisa menjadi distributor listrik di Tanah Air.

Tujuannya, agar beban perusahaan setrum negara tidak seberat saat ini. Selain itu, untuk mendukung kebijakan pusat data digital yang memiliki standar pemasok listrik lebih dari satu perusahaan.

Lihat juga:
Cegah Listrik Mati Lagi, PLN Tambah 500 kV

"Jadi seharusnya ada dua perusahaan yang berbeda, PLN masuk, Bekasi Power juga masuk misalnya. Dalam wilayah tertentu harus ada kesempatan untuk pemasok listrik selain PLN," tuturnya.

Kendati begitu, sambung ia, kajian ini memang tidak mudah untuk direalisasikan. Sebab, menurut Rudiantara, undang-undang yang berlaku saat ini hanya merestui PLN sebagai distributor listrik di negara ini.

"Kecuali PLN tidak sanggup, tapi mana mau mereka bilang tidak sanggup? Tapi bagaimana nanti, belum tahu. Policy maker-nya bukan saya, itu ada di Kementerian ESDM," tandasnya.

Berita Terkait