Nasib Esemka: Bersaing dengan Gempuran Mobil China dan Kemapanan LCGC

09 May 2019 - by

 

Foto: istimewa - penampakan belakang SUV Garuda 1

Uzone.id - Kalau mobil LCGC aja sering dibully karena kualitasnya, juga mobil-mobil China yang masih diragukan, apalagi mobil yang mengklaim buatan nasional, si Esemka ini?

Tapi show must go on, cepat atau lambat, Esemka muncul juga ke pasaran.

Advertising
Advertising

Namun, tentu bermodal nasionalisme aja bukan jaminan sukses di pasaran. Sejumlah tantangan dan pekerjaan besar menanti mobil yang tadinya digarap anak-anak sekolahan ini.

Tonton video test drive Honda BR-V tipe termahal:

Setidaknya, Esemka akan langsung bersaing dengan serbuan mobil-mobil China dan kemapanan sebuah LCGC.

Dua jenis mobil Esemka itu tercatat dalam lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Tahun 2019.

Keduanya adalah Garuda1 berjenis SUV dan Bima berjenis pikap.

Klaimnya, setelah pabrik yang siap beroperasi, kedua mobil tersebut juga udah lulus searngkaian uji dan tes sehingga siap untuk diproduksi massal.

Model Esemka yang dinyatakan lulus uji tipe di Kementerian Perhubungan adalah BIMA 1.0 (4 × 2) MT, BIMA 1.3 L (4 × 2) MT untuk mobil barang. Dan tipe penumpangnya yaitu GARUDA I 2.0 MT.

 

Kenapa harus bersaing dengan mobil China dan LCGC?

Gue mau ngebahas yang Garuda, bukan Bima yang kategorinya komersial. garuda lebih menarik karena bakal jadi mobil pribadi, berjenis SUV dan secara spesifikasi, begitu banyak pesaingnya di pasaran.

Dengan kapasitas mesin 2.000cc, ada Hyundai Tucson, Mazda CX-3, hingga Nissan X-Trail 2.0.

Tapi semua jajaran mobil tersebut gue rasa bukan lawan sepadan dari Esemka, karenanya lebih tepatnya dan akan lebih bijak, biarlah Esemka belajar menghadapi serbuan mobil China dan LCGC dulu.

Karena mereka bertiga ini akan bersaing secara harga jual yang sama-sama miring.

Dalam daftar itu ada Esemka Garuda 1 2.0 M/T punya nilai NJKB Rp 209 juta. Harga tersebut statusnya offthe road, belum ditambahkan skema perpajakan.

Kemungkinan paling murah dari harga on the roadnya ada di kisaran Rp 250 jutaan.

Pertanyaannya? Maukah publik membeli mobil nasional yang baru lahir ini dengan banderol diatas Rp 200 jutaan?

Banderol tersebut aan sangat beda tipis dengan model terbaru dari DFSK, yakni Glory 560, dan sama-sama berjenis SUV pula.

Bahkan, mobil-mobil LCGC banderolnya belum ada yang melewati Rp 200 jutaan, namun punya kunggulan nama yang sudah mapan di pasaran.

Memang sebuah tantangan yang sulit untuk Esemka bisa berkembang. Bukan pesimis, tapi realistis, karena kita tau, nasionalisme gak bisa dipakai untuk membeli sebuah mobil.