Pernah Jadi Penjaga Warnet, CEO Tokopedia Bagikan Tips Sukses

02 February 2019 - by

Tokopedia adalah salah satu marketplace terbesar di Indonesia dengan valuasi yang disebut-sebut mencapai US$ 7 miliar atau sekitar Rp 102,2 triliun. Tapi, kesuksesan itu bukan hasil kerja instan. Pendiri sekaligus CEO Tokopedia William Tanuwijaya tidak terlahir kaya raya.

William yang lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara, 37 tahun lalu merantau ke Jakarta setelah lulus SMA bersama ayah dan pamannya. Baru dua tahun kuliah Universitas Bina Nusantara, ayahnya jatuh sakit sehingga William harus mencari pekerjaan sampingan.

"Jadi saya bekerja sebagai operator warnet (warung internet), bekerja hingga jam 9 malam," ujar dia dalam Indonesia Economic Day 2019 yang diselenggarakan oleh DBS dan Katadata di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (31/1).

Di warnet itulah ia menyadari bahwa internet bisa menghubungkan semua orang. Internet bisa memberi akses bagi seseorang sepertinya yang lahir di kota kecil untuk memulai bisnis. Ia pun ingin agar toko kelontong milik sang paman yang turut membiayai pendidikannya bisa berkembang lewat internet.

(Baca: Tak Mau Seperti Amazon, Tokopedia Pilih Rangkul UMKM)

Kondisi itulah yang memunculkan ide untuk mendirikan Tokopedia pada 2009. "Saya ingin platform seperti Tokopedia lahir, maka masyarakat Indonesia di manapun mendapat akses yang sama. Tokopedia bisa mengubah hidup masyarakat Indonesia," ujarnya.

Perjalanan William untuk membangun Tokopedia tidak mudah. Ia pun membagikan tips untuk memulai dan menjalankan bisnis meski banyak hambatan. Salah satunya, pola pikir (mindset) untuk mau terus berjuang.

Di Tokopedia, ia pun menekankan pola pikir ini kepada para karyawannya. "Fix mindset, percaya kecerdasan itu dari lahir. Tetapi, growth mindset, percaya kecerdasan bisa di bangun," ujar dia

Selain itu, setiap anak muda harus percaya diri. Caranya, belajar dan terus berusaha keras untuk mencapai target yang lebih tinggi. "Berusaha mengalahkan rekor diri sendiri. Terobsesi pada diri sendiri. Hari ini harus lebih baik dari kemarin," ujarnya.

Ia melanjutkan, bahwa impian akan bisa dicapai jika kita yakin hal itu bisa dicapai. "Di Tokopedia setiap cabang (pilihan kebijakan), ada pilihan bisa atau tidak bisa. Dua-duanya benar. Tapi, kami selalu memilih bisa. Hanya caranya belum tahu," kata dia. Dengan begitu, Tokopedia akan terus melangkah maju.

(Baca: Wapres JK Minta Pelaku E-Commerce Bina UMKM)

William pun menyadari, kegagalan adalah keniscayaan dalam meraih mimpi. Hal itu pula yang dialaminya ketika membangun Tokopedia. Pada awal mendirikan Tokopedia, ia kesulitan mencari investor.

Bahkan, setelah mendapat investor, ia masih kesulitan mencari pegawai dan mitra yang mau bergabung dengan Tokopedia. "Tapi kegagalan itu bukan ujung perjalanan. Kegagalan itu modal," kata dia.

Kesulitan ia dapat karena tidak adanya pengalaman sebagai pengusaha. Untungnya, saat itu, salah seorang investor berpesan agar William tidak menyia-nyiakan masa mudanya. "Dia bilang, orang-orang yang lahir dari Silicon Valley itu spesial, sedangkan kamu tidak. Carilah yang realistis, jangan mimpi siang bolong," ujarnya.

Mengacu pada pesan tersebut, ia ingin membangun Tokopedia dengan realistis atau bertahap namun sangat mungkin untuk dilakukan. "Saya ingin bermimpi dengan mata terbuka," ujarnya.

(Baca: Disuntik Dana dari Softbank dan Alibaba, Tokopedia Perkuat Logistik)