‘Rahasia Dapur’ Tokopedia, dari Marketplace jadi Perusahaan Teknologi Indonesia

17 June 2020 - by

 (Foto: dok. Tokopedia)

Uzone.id -- Ketika mendengar nama ‘Tokopedia’, mungkin yang terlintas di benak banyak orang adalah sebuah perusahaan e-commerce/marketplace. Tapi, sebenarnya perusahaan yang didirikan William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison di tahun 2009 ini sudah bertransformasi jauh daripada sekadar perusahaan marketplace. 

Advertising
Advertising

Saat industri e-commerce di Indonesia mulai tumbuh dan diminati oleh pelaku usaha serta konsumen, William Tanuwijaya selaku CEO & Founder perusahaan pernah bilang, jika ada yang bingung apa itu Tokopedia, bahasa sederhananya adalah “mal online.”. Sederhana, karena layaknya mal saja, isinya banyak penjual dan kita sebagai pengunjung bisa membeli barang apa pun yang kita inginkan. Bedanya, semuanya dilakukan serba online.

Seiring berjalannya waktu, perusahaan lokal asal Indonesia ini sudah berkembang menjadi perusahaan teknologi. Di dalamnya, kita bisa melihat bahwa ada berbagai lini bisnis di luar marketplace, seperti fintech dan pembayaran, logistik dan fulfillment, serta bisnis New Retail (Mitra Tokopedia).

Bisa dibilang, transformasi Tokopedia sebagai perusahaan teknologi begitu besar sejak beberapa tahun silam.. Menuju usia 11 tahun, Tokopedia membuka ‘rahasia dapurnya’ bagaimana perusahaan berlogo burung hantu ini ingin mencapai misi besarnya dalam mendorong pemerataan ekonomi secara digital di Indonesia.

“Sejak berdiri hampir 11 tahun lalu, mendorong pemerataan ekonomi secara digital di Indonesia sudah menjadi misi panjang kami. Lewat inovasi produk dan layanan yang kami hadirkan, kami ingin memastikan bahwa Tokopedia bisa tetap relevan dalam menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia. Kami percaya, teknologi merupakan enabler bagi kita menciptakan solusi terhadap tantangan masa kini,” ungkap SVP of Engineering Tokopedia, Herman Widjaja saat berbincang dengan Uzone.id.

(Suasana lingkungan kantor Tokopedia/dok. Tokopedia)

Baca juga: Ada Fitur Baru di Tokopedia, Jualan dan Belanja jadi Lebih Gampang

‘Nafas’ utama dari Tokopedia adalah teknologi. Tokopedia  mengakui masif  inovasi dan transformasi secara teknologi terhadap kegiatan bisnis masyarakat Indonesia melalui marketplace, seperti kemudahan memiliki toko karena para penjual tidak perlu mengeluarkan biaya sama sekali untuk membuka toko online di Tokopedia. Serta besarnya potensi pasar hingga ke seluruh Indonesia yang dapat dijangkau dengan dukungan teknologi digital.

Dengan perkembangan zaman yang begitu pesat, Herman mengakui adanya perkembangan kebutuhan dan tantangan yang kemudian muncul setiap harinya. Melihat hal ini, Tokopedia memperluas lini bisnis dan layanannya di luar marketplace. Menurut Herman, ‘Focus on Consumer’ adalah salah satu DNA yang dipegang teguh oleh Tokopedia. Sehingga semua inovasi yang dihadirkan pun hadir sebagai respons terhadap saran dan masukan para pengguna.

Dengan kata lain, Herman mengaku roadmap alias peta jalan perusahaan bukan berasal dari asal jiplak layanan pesaing atau contek sana-sini, tapi berdasarkan diskusi dan masukan pengguna.

“Setiap hari kami mendengarkan masukan dari pengguna baik pembeli maupun penjual.Dari marketplace, ternyata banyak yang bilang, pasti bakal dimudahkan jika Tokopedia menyediakan opsi untuk isi pulsa hingga bayar listrik agar tidak usah repot keluar rumah. Saran dan masukan semacam itu yang kemudian menjadi peta kami dalam  membuat layanan yang lebih baik dan yang benar-benar dibutuhkan masyarakat. Dari sinilah kemudian  kami meluncurkan lini bisnis  fintech dan pembayaran sejak empat tahun belakangan di platform kami,” sambung Herman.

Singkatnya, Tokopedia bergantung kepada masukan yang diterima tim customer service perusahaan agar bisa belajar dari tiap laporan pembeli maupun penjual mengenai lini bisnis yang ada di dalamnya, sampai inovasi baru yang akhirnya dapat diwujudkan.

“Mungkin dulu tidak pernah terbayang bisa bayar pajak dari aplikasi, tapi sekarang kita bisa melakukan itu dari satu platform ini saja tanpa harus mengantre. Pembayaran token listrik, pembelian tiket pesawat, donasi juga begitu, tinggal klik,” tuturnya.

Transformasi menjadi Super Ecosystem

Saat ini, Tokopedia memiliki empat lini bisnis.  Pilar pertama adalah marketplace dan produk digital, pilar kedua yakni fintech dan payment. Pilar ketiga yaitu logistik dan fulfillment, dan pilar terakhir adalah New Retail (Mitra Tokopedia) untuk memajukan ekosistem warung di Indonesia lewat pemanfaatan teknologi. 

Secara singkat, pilar marketplace dan produk digital berisi platform bisnis C2C untuk penjual dan pembeli, serta dilengkapi oleh Official Stores untuk brand resmi dan 36 produk digital. Kemudian pilar fintech dan payment fokus pada pengembangan dompet digital, investasi terjangkau, hingga kredit modal bisnis dan kartu kredit virtual. Pilar ketiga yakni logistik dan fulfillment memberikan layanan pengiriman dengan sistem fulfillment dan logistik yang terintegrasi. Lalu, New Retail sebagai pilar keempat menyuguhkan aplikasi Mitra Tokopedia yang memberdayakan retailer tradisional agar lebih memanfaatkan sarana teknologi untuk berjualan.

Ekosistem Tokopedia yang semakin beragam ini semakin didukung dengan langkah akuisisi Bridestory dan Parentstory pada 2019. Sama-sama sebagai marketplace, Bridestory menawarkan layanan yang mempertemukan calon mempelai dengan puluhan ribuan vendor. Sedangkan Parentstory, sesuai namanya, marketplace ini menyasar pasar orang tua yang ingin mencari inspirasi aktivitas untuk anak.

Akuisisi Bridestory dan Parentstory oleh Tokopedia terbilang menarik, sebab ketiganya menargetkan segmen yang berbeda, namun sama-sama mengandalkan teknologi sebagai tulang punggung utama masing-masing layanan.

(Infografis transformasi Tokopedia/Ilustrasi: Uzone.id/Muhammad Widia)

Dari apa yang diungkapkan Herman, Tokopedia saat ini telah  bertransformasi menjadi sebuah Super Ecosystem melalui kolaborasi dengan berbagai mitra strategis dengan visi dan misi yang sama untuk bertumbuh dan mengakselerasi pemerataan ekonomi secara digital di Indonesia. 

“Dua sampai tiga tahun lalu ketika kami masuk ke lini fintech dan payment, dari sini kami langsung berpikir apakah fintech bisa membantu masyarakat mulai masuk ke pembayaran digital. Karena pada waktu itu, penetrasi finansial masyarakat Indonesia hanya 20 persen, dari sinilah kami ingin membantu digitalisasi dari segi pembayaran,” kata Herman.

Meski Herman mengakui infrastruktur Indonesia masih belum secanggih negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Tokopedia tetap optimis terhadap misi pemerataan ekonomi secara digital Indonesia. Dengan potensi yang dimiliki, Indonesia diprediksi menjadi negara keempat pasar digital terbesar di dunia setelah AS, China, dan India.

“Semua mata tertuju ke Indonesia agar bisa menjadi pasar digital keempat terbesar di dunia. Pemerintah, perusahaan semuanya sedang bergerak ke arah digitalisasi,” tutur Herman.

Eksperimen bisnis dan inovasi menurut Herman menjadi senjata utama dari Indonesia. Salah satu contoh kecilnya, e-commerce di AS sampai sekarang masih dalam tahap uji coba pengiriman barang same-day (satu hari), itu pun masih di kota besar saja seperti New York.

Beda dengan Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau, namun hingga hari ini, Tokopedia sudah bisa melayani pengiriman pada hari yang sama atau pengiriman satu hari untuk hampir 70% produk yang dijual di platform Tokopedia menggunakan jaringan 13 perusahaan logistik.

Baca juga: Tips Belanja Aman di E-commerce Tanpa Was-was Diretas

“Kesiapan infrastruktur Indonesia mungkin memang belum sematang Amerika, tapi dari sisi inovasi, kita bisa dibilang lebih maju. Kita bisa mewujudkan same-day delivery karena bekerja sama dengan perusahaan ojek online. Tokopedia sendiri merupakan perusahaan teknologi Indonesia pertama yang memperkenalkan instant delivery melalui kemitraan dengan perusahaan transportasi online. Di AS, tidak ada e-commerce yang pakai jasa ride-hailing. Di sana, pengiriman paling cepat dua hari,” terang Herman.

Melalui transformasi perusahaan sebagai perusahaan teknologi, Herman mengatakan Tokopedia akan mengedepankan pemanfaatan dana analytics, machine learning dan artificial intelligence sebagai bagian dari teknologi di setiap inisiatif Tokopedia, menjadi Tokopedia sebagai perusahaan teknologi yang AI-first. 

“Kami ingin menjadi perusahaan pertama yang mengandalkan Artificial Intelligence [kecerdasan buatan] dan machine learning untuk membantu kami mengoptimalkan pengalaman pengguna kami dengan rekomendasi yang lebih akurat dan personal,” ujar Herman. 

“Secara bisnis, dalam 10 tahun ke depan, Tokopedia akan fokus untuk membantu semua orang dan pemilik bisnis di Indonesia untuk menjadi perusahaan teknologi. Artinya, kami ingin membantu seluruh profesi termasuk petani, nelayan, pemilik warung, fotografer, pembuat kue, florist, dan profesi lainnya untuk bisa menjadi ‘perusahaan teknologi’ lewat ekosistem Tokopedia, sehingga mereka akan selalu relevan terhadap perubahan zaman,” ucapnya. 

“Selain itu, ‘rahasia dapur’ kami yang terbesar ada tetap fokus pada pengguna, dan tetap fokus melayani pasar Indonesia. Kami akan terus fokus investasi ke seluruh pelosok Indonesia, dibandingkan ekspansi ke regional. Seperti yang selalu dikatakan William Tanuwijaya, CEO & Founder Tokopedia, bagi kami di Tokopedia, Boyolali dan sekitarnya lebih penting dari Bangkok dan sekitarnya. Makassar dan sekitarnya lebih penting dari Manilla dan sekitarnya.” tutup Herman.