Sejarah Android: Dibuat untuk Kamera, Kini Mobile OS Terbesar Sedunia

03 October 2022 - by

Uzone.id - Sadar atau tidak, sudah lebih dari satu dekade sejak smartphone pertama berbasis Android 1.0 melakukan debut resminya secara global pada 2008 silam. Sejak awal kemunculannya, Google berkomitmen untuk menjadikan Android sebagai OS open source, dan itu terus dipertahankan sampai sekarang.

Advertising
Advertising

14 tahun kemudian, Android makin canggih saja dengan beragam fitur yang memudahkan pengguna melakukan berbagai aktivitasnya di ruang digital. Kini, sistem operasi tersebut sudah mencapai angka 13, tampil dengan UI (user interface) yang smooth dan UX (user experience) yang kian ditingkatkan.

Sepanjang perjalanannya, Android sudah ‘menumbangkan’ banyak sistem operasi pesaingnya. Paling terkenal tentu saja BlackBerry, Symbian, Palm OS dan Windows Phone. Semuanya menyerah atas kepopuleran Android yang kini tinggal ‘melawan’ satu-satunya kompetitor yang masih kuat berdiri, yakni iOS buatan Apple.

Sejarah Android merupakan topik yang tak membosankan untuk dibahas. Tentu buat kalian pengguna smartphone Android, jangan sampai lupa terhadap perjalanan panjang OS milik Google tersebut sampai sekarang. Berikut selengkapnya, Uzoners!

Baca juga: Kelebihan Infinix Note 12i 2022, ‘Kaum Mending’ Tertarik Gak?

Diciptakan 2003, dibeli Google dua tahun kemudian

 

Android sebenarnya tak diciptakan pertama kali oleh Google, melainkan oleh perusahaan berbasis Palo Alto, California, bernama Android Inc. Kalian tentu kenal dengan Andy  Rubin, bapak dari sistem operasi Android. 

Ia yang sempat membuat brand smartphone sendiri bernama Essential Phone itu menciptakan Android pada Oktober 2003 silam, bersama tiga orang lainnya bernama Rich Miner, Nick Sears dan Chris White. 

Di tahun itu, istilah smartphone masih belum masif seperti sekarang. Kalau kalian ingat PDA, nah di tahun itu perangkat dengan layar besar dan stylus tersebut merajalela di pasaran.

Di tahun itu juga, Apple mungkin belum kepikiran soal iOS. Untuk diketahui, sistem operasi untuk iPhone tersebut rilis pada 2007 atau 4 tahun setelah Android lahir.

Misi pertama Android Inc adalah menciptakan perangkat seluler yang lebih cerdas dan lebih mengetahui lokasi dan preferensi pemiliknya. Andy Rubin pernah mengatakan, pengembangan Android pada awalnya ditujukan untuk kamera digital, tapi berubah arah menjadi OS untuk smartphone dan perangkat mobile sejenisnya.

Dua tahun kemudian, babak penting dari sejarah Android dimulai. Raksasa pencarian Google resmi mengakuisisi Android Inc tanpa mengubah struktur organisasi yang ada. Andy Rubin dkk terus mengembangkan sistem operasi ini di bawah kepemilikan Google.

Baca juga: Ingat Lagi, Ini 5 Kesalahan Ngecas yang Bikin Ponsel Jebol

Di sinilah momen ketika perusahaan memutuskan untuk mengembangkan Android menggunakan basis Linux. Dengan ini, konsep open source dimulai, lantaran Linux memungkinkan OS untuk dikembangkan lebih lanjut secara gratis dan terbuka.

Hingga sekarang, Google terus menawarkan Android secara gratis ke OEM. Raksasa pencarian ini mengambil keuntungan dari menyediakan layanan lain, termasuk membawa aplikasi mereka sebagai software default dari OS Android.

Revolusi Android dimulai setahun setelah iPhone dirilis

HTC Dream, smartphone Android pertama. (Foto: Android Authority)

Tepatnya di tahun 2007 ketika Steve Jobs memperkenalkan iPhone untuk pertama kalinya, Google sedang mengerjakan ‘proyek rahasia’ untuk bisa bersaing dengan brand populer kala itu, seperti Nokia, Motorola, BlackBerry, dan sebagainya.

Google sampai menggandeng perusahaan teknologi besar, HTC, T-Mobile sampai Qualcomm untuk bersama-sama menciptakan smartphone Android yang pertama. Sejalan dengan pengembangan ponsel pertamanya, Google turut merilis Android 1.0 public beta pada 5 November 2007.

Pengembangan jangka panjang ini membuahkan hasil. Smartphone pertama berbasiskan Android 1.0 hadir pada September 2008, yaitu T-Mobile G1 atau populer dengan nama HTC Dream.

Smartphone ini mempertahankan tombol QWERTY fisik yang memang masih jadi idola pada masa itu. Namun, tombol ini ‘disembunyikan’ di belakang layar sentuh fullscreen berukuran 3,2 inci.

Inovasi ini sekaligus jadi solusi dari ucapan Steve Jobs kala itu yang menyindir ponsel bertombol QWERTY memiliki UI yang terbatas. Digunakan atau tidak, tombol fisik tersebut akan tetap ada.

Namun dengan konsep slide, saat pengguna tak ingin memakai tombol QWERTY, maka mereka bisa menyembunyikannya di belakang layar. 

Fitur smartphone pertama Android ini terbilang cukup canggih, apalagi beberapa layanan Google pun dijejalkan di sini, seperti Google Maps, YouTube, hingga browser dengan kemampuan HTML.

Baca juga: Bocoran Harga Google Pixel 7 dan Pixel 7 Pro, Pre-order 6 Oktober

Selalu bernama makanan penutup, sampai Android 9

Berawal dari ide Project Manager saat itu, Ryan Gibson, nama-nama tiap versi sistem operasi Android selalu relate dengan makanan penutup. Gak diketahui apa alasannya, namun penamaan ini bikin setiap update Android jadi berkesan.

Setahun setelah debutnya Android 1.0, Google merilis Android 1.5 dengan alias Cupcake pada April 2009. Peredarannya masih tak semasif sekarang, cuma beberapa ponsel saja yang mengimplementasi smartphone ini, termasuk Samsung Galaxy generasi pertama dan HTC Hero.

Kemampuan Android 1.5 Cupcake saat itu masih amat terbatas. Tapi pengguna sudah diizinkan untuk upload video ke YouTube, tampilan layar yang mengikuti orientasi landscape atau portrait secara otomatis, hingga penerapan keyboard dari pihak ketiga.

Gak seperti sekarang yang rilis sekali tiap tahunnya, upgrade versi Android di awal-awal cuma selang beberapa bulan saja. Tepatnya pada Desember 2009, Google mengumumkan Android 1.6 Donut yang kelihatan enak.

Sistem operasi ini membawa beberapa fitur baru, termasuk dukungan jaringan CDMA (jadul banget ya?). Selain itu, fitur-fitur seperti Quick Search Box yang masih bertahan sampai sekarang, toggle untuk menjalankan fungsi kamera atau mengakses Gallery, hingga widget untuk mengaktifkan WiFi, Bluetooth sampai GPS.

Di tahun ini, smartphone berlayar 5 inci merupakan perangkat berukuran besar. Bandingkan dengan sekarang, layar 5 inci seperti tidak ada apa-apanya.

Setahun setelah Google merilis Android 1.0, raksasa pencarian ini menghadirkan Android 2.0 dengan nama alias Eclair. Nah, di versi ini Google membekali banyak fitur baru yang bertahan sampai sekarang.

Baca juga: Daftar Smartphone Bertenaga Prosesor Snapdragon 8+ Gen 1

Ada live wallpaper, navigasi di Google Maps, login dengan beberapa akun Google, bahkan sampai text-to-speech. Boleh dibilang, fitur tersebut menjadi salah satu terobosan berpengaruh dalam pengembangan smartphone Android sampai sekarang.

Sistem operasi Android 2.0 atau 2.1 Eclair pertama kali diimplementasi oleh Motorola Droid. Ada hal menarik terkait penamaan ponsel Motorola tersebut.

Motorola Droid (Foto: Engadget)

Dikutip dari Android Authority, Google dengan Android-nya sama sekali bebas dari klaim merek dagang ‘Droid’ milik Lucasfilm yang mengacu pada robot ikonik di Star Wars. 180 dejarat dengan Motorola yang malah dimintai bayaran untuk mendapatkan izin menggunakan nama tersebut.

Setahun kemudian, tepatnya pada Mei 2010, sistem operasi Android 2.2 Froyo atau frozen yogurt diciptakan. OS ini kian menyuguhkan banyak fitur, sekaligus meningkatkan spesifikasi dari smartphone Android di masanya.

Fitur-fitur tersebut juga beberapa di antaranya masih dipertahankan sampai sekarang, utamanya seperti WiFi dan fungsi hotspot, push notification, dukungan untuk ‘install ulang’ alias flash dan kebolehan lainnya.

Hadirnya Android Froyo juga menjadi tanda bagi Google untuk merilis smartphone dengan branding sendiri. Bersama HTC, lahirlah Google Nexus yang memberikan pengalaman Android murni yang mulus.

Masih di tahun yang sama, tepatnya pada bulan September, Android 2.3 Gingerbread melakukan debutnya. Jujur, OS ini saya rasa menjadi salah satu sistem paling bagus yang diciptakan oleh Google.

Google Nexus S, ponsel Google yang dibuat bersama Samsung.

Alasannya, sistem operasi ini membuka banyak kemungkinan spesifikasi smartphone Android hingga sekarang. Sistem operasi ini ditambahkan dukungan NFC, pengambilan gambar lebih dari satu kamera, kualitas kamera selfie yang ditingkatkan, hingga video chat yang masih dipertahankan sampai sekarang.

Google Nexus S jadi ponsel pertama yang menggunakan OS ini, termasuk jadi smartphone pertama yang dibekali kemampuan NFC. Nexus S dibuat oleh Google dan Samsung.

Lahirnya Android Honeycomb, era tablet dimulai

UI Android Honeycomb

Awal tahun 2011, tepatnya pada bulan Februari, Google memperkenalkan sistem operasi pertamanya untuk tablet dan perangkat mobile dengan layar yang lebih besar. 

Google merancang ulang UI dari OS ini agar sesuai dengan layar berukuran besar. Ide awal pembuatan OS ini adalah keinginan Google untuk menawarkan lebih banyak fitur, tapi terbatas dengan kecilnya layar smartphone kala itu.

Hadirnya Android 3.0 Honeycomb juga menjadi jawaban Google dan OEM atas rilisnya iPad generasi pertama di tahun 2010. Tapi sayangnya, adopsi Android Honeycomb tidak sesuai harapan.

Alih-alih menggunakan Android versi 3.0, vendor tablet justru menggunakan Android versi 2.x, walau Google sudah menyarankan penggunaan OS yang baru. 

Baca juga: Bocoran Spesifikasi High-end Tablet Pertama Google

Alhasil, Google pun memutuskan untuk merilis Android 4.0 ICS atau ice cream sandwich yang mengintegrasi UI ponsel layar kecil dengan tablet berlayar jumbo. Ini pun menjadi sebuah terobosan yang tetap dipertahankan sampai sekarang. Google merilis satu versi OS untuk banyak pilihan perangkat mobile.

ICS sendiri debut perdana pada Oktober 2011. Sistem operasi ini pada dasarnya mengintegrasi fitur dari Android Gingerbread dan Honeycomb, sehingga bisa dipakai untuk tablet maupun smartphone.

Beberapa fitur terkenal yang dibawa OS ini adalah face unlock, lebih canggih ketimbang iPhone saat itu yang masih mengandalkan sistem pengenalan sidik jari.

UI dari Android Ice Cream Sandwich (Foto: Pocket-lint)

Di rentang Juni 2012 sampai Juli 2013, Google memperkenalkan Android Jelly Bean dengan versi 4.1, 4.2 dan 4.3. 

Di OS inilah, Google memberikan dukungan penuh pada browser Chrome untuk Android. Jelly Bean juga fokus untuk menambah pengalaman pengguna dengan meningkatkan animasi transisi menu dan responsivitas sentuhan pada layar.

Sektor fotografi juga ditingkatkan. Bayangkan, di tahun itu smartphone Android sudah bisa memotret foto berkualitas HDR. 

Pada September 2013, Android 4.4 KitKat diperkenalkan. Penamaan ini merupakan ide dari Direktur Android Global saat itu, John Lagerling yang meminta izin pihak Nestle untuk memakai nama KitKat.

Walau namanya ikonik, Android KitKat tak membawa banyak fitur baru. Kehadirannya hanya untuk memperluas pasar smartphone Android saja yang masih bertarung dengan sistem operasi lainnya.

Spesifikasi ponsel Android pun otomatis meningkat setelah kedatangannya. Minimal, ponsel dengan Android 4.4 KitKat wajib memiliki RAM 512 MB, di bawah itu ponsel tak akan mulus untuk menjalankannya.

Skema penomoran berubah, ada Android Go Edition juga

Ponsel dengan OS Android Go Edition. (Foto: Engadget)

Setelah KitKat, Google konsisten menggunakan nama makanan manis sebagai alias dari versi Android yang baru. Nomor dari tiap versi juga diubah, tak lagi 2.x atau 4.x, melainkan menjadi 5.0, 6.0 dan seterusnya.

Android 5.0 Lollipop menandai perubahan skema nomor ini dan berlaku sampai sekarang. Dilanjutkan dengan Android 6.0 Marshmallow, Android 7.0 Nougat, Android 8.0 Oreo yang lagi-lagi menggunakan produk dari Nestle, hingga Android 9.0 Pie.

Pada Android 7.0 Nougat, Google pun resmi membawa seri smartphone Pixel mereka ke pasaran. Sekaligus menjadi seri smartphone paling pertama yang selalu mendapatkan update OS yang baru.

Tapi sayangnya, skema penomoran yang berubah memberikan fakta yang bikin miris. Setiap Google meng-upgrade versi Android, pasti saja spesifikasi smartphone ikut meningkat dan membuat harganya semakin mahal.

Baca juga: Apple A16 Bionic vs Snapdragon 8+ Gen 1, Lebih Kencang Mana?

Google menyadari hal itu (untungnya), sehingga pada Android 8.0 Oreo, Google membawa versi ‘Go Edition’ yang konsisten sampai sekarang. 

Android Go Edition biasanya tampil dengan UI yang polos, tanpa bloatware yang memberatkan. Sistem operasi ini cocok untuk smartphone Android ‘spek kentang’ yang harganya murah-murah, sehingga membuat orang-orang tetap bisa merasakan teknologi baru dengan harga yang terjangkau.

Adanya Android Go Edition juga diiringi dengan aplikasi versi serupa di Play Store, seperti Google Go, YouTube Go, dan sebagainya.

Nama makanan manis berhenti di Android 9.0 Pie

Setelah 10 tahun selalu menggunakan nama dessert, Google mengumumkan pembaruan besar-besaran untuk merek Android. Sistem operasi Android tak lagi menggunakan nama makanan penutup untuk versi berikutnya.

Entah apa sebabnya, mungkin karena huruf ‘Q’? Padahal banyak lho pilihan makanan dari huruf ini, seperti Quaker Oats misalnya. Namun keputusan sudah dibuat, Android Q meluncur dengan nama Android 10 pada September 2019.

Selain tampil dengan logo yang baru, sistem operasi ini juga membawa banyak peningkatan, termasuk gestur navigasi, dark mode, smart reply dan yang terbaik, dukungan terhadap smartphone layar lipat.

Nama yang boring ini terus berlanjut sampai sekarang, Android 13. Kendati begitu, Google sebenarnya tetap menyertakan nama makanan pada setiap OS-nya. Bedanya, nama makanan ini disertakan sebagai kode saja saat developer preview.

Android 10 misalnya, bernama Queen Cake. Lalu Android 11 bernama Red Velvet. Android 12 juga dinamai sebagai Snow Cone, dan Android 13 disebut sebagai Tiramisu. 

Baca juga: Review Samsung Galaxy Z Flip4

Perjalanan panjang sistem operasi Android sejak tahun 2008 membuahkan hasil. Smartphone yang mengadopsi OS ini menguasai 70 persen market share di seluruh dunia. 

Tapi Google tak terlena dan terus mengembangkan sistem operasi ini. Apalagi, sekarang smartphone layar lipat sudah terbilang mainstream, sehingga Google pun wajib mengeluarkan versi OS yang mendukung tampilan layar fleksibel yang bisa ditekuk.

Sampai sekarang, smartphone Android masih berjaya bersama iOS buatan Apple. Sistem operasi ini menggerus ponsel-ponsel populer kala itu yang ‘keras kepala’ tak mau mengikuti perkembangan zaman, seperti BlackBerry, Windows Phone dan sebagainya.