Steve Jobs, Apple, dan Revolusi Pengoperasian Komputer

01 April 2018 - by

Pada dekade 1950-an, antara San Fransisco hingga San Jose di Amerika Serikat banyak dibangun rumah-rumah bagi kaum urban yang bermigrasi selepas Perang Dunia II usai. Rumah-rumah tersebut dirancang dengan gaya sederhana tetapi merepresentasikan masyarakat modern. Secara umum, rumah dengan gaya demikian terinspirasi dari kerja arsitektur ternama AS bernama Frank Lloyd Wright. Josep Eichler merupakan salah satu developer perumahan yang mewujudkan visi Wright jadi nyata.

Sebuah hunian yang berlokasi di 2066 Crist Drive, Los Altos, merupakan salah satu bagian dari rumah-rumah itu. Bangunan tersebut merupakan rumah yang dihuni Steve Jobs di masa kecil.

“Eichler melakukan hal yang luar biasa,” kata Jobs pada Smithsonian Magazine. “Rumah yang dibangunnya cerdas dan murah dan baik. Mereka membawa desain bersih dan bercitarasa sederhana bagi kaum berpenghasilan rendah [...] Saya suka ketika Anda dapat menghadirkan desain yang sangat bagus dan sederhana tetapi tidak terlalu mahal.”

Rumah masa kecil Jobs di San Fransisco tidak sekadar menyimpan memori masa-masa bermainnya. Kesederhanaan, desain yang bersih, dan citarasa modern dari rumah yang ditinggalinya turut membentuk selera pribadi Jobs. Bahkan, melalui Apple, Jobs seakan-akan mentransformasikan citarasa arsitektural Frank Lloyd Wright ke dalam benda-benda teknologi.

Pendirian Apple

Apple didirikan oleh Steve Jobs dan Steve Wozniak pada 1 April 1976, tepat hari ini 42 tahun silam, di California, AS. Banyak yang percaya, perusahaan yang kini memiliki kapitalisasi pasar sebesar $851,32 miliar ini didirikan di garasi rumah Jobs. Wozniak membantah kepercayaan itu. Menurutnya, Apple tidak dibentuk di sebuah garasi.

“Garasi adalah sedikit mitos yang dimiliki Apple. Ini berlebihan. Garasi mewakili kita lebih baik daripada yang lain, tapi kami tidak mendesain Apple di sana. Kami hanya akan membawa produk jadi ke garasi, mencoba menjalankannya, dan kemudian akan kami antarkan mereka ke toko yang memberi kami uang tunai,” ucap Wozniak pada CNET.

Meski Job terlihat bagai "sosok pertama" Apple, awal mula penciptaan perusahaan itu justru datang dari Wozniak, sang “sosok kedua”. Kelahiran Apple merupakan buah dari keinginan Wozniak menciptakan komputer buatannya sendiri, yang semakin menjadi-jadi manakala mikroprosesor Altair 8800 meluncur di pasaran pada 1975.

Baca juga: Inovasi Omong Kosong Apple

Didorong oleh rekan-rekannya di sebuah klub komputer bernama Homebrew, seperti dicatat Encyclopedia Britannica, Wozniak lalu merancang mikroprosesor buatannya sendiri. Sayangnya, Hewlett-Packard (HP), perusahaan yang menaungi Wozniak magang, enggan merealisasikan rancangan mikroprosesor tersebut kala pemuda itu menawarkannya.

Steve Jobs, teman Wozniak semasa SMA, lalu jadi penyelamat mewujudkan rancangannya itu. Sebagai modal awal, Jobs menjual minibus VW miliknya. Sementara Wozniak, yang memang memiliki kemampuan teknikal lebih tinggi dari Jobs, menjual program kalkulator miliknya sebagai modal.

Tepat tiga bulan selepas Apple didirikan, produk pertama bernama Apple I diluncurkan ke pasaran. Apple I merupakan komputer berotak MOS 6502 dan memiliki RAM sebesar 4k. Komputer itu dirancang Wozniak untuk dapat bekerja pada bahasa BASIC.

Dalam standar awam, Apple I bukanlah komputer utuh. Ia lebih merupakan motherboard yang perlu dipasangi berbagai perangkat pendukung untuk dapat digunakan. Namun, sebuah toko komputer bernama Byte Shop tertarik untuk membeli 50 unit Apple I yang masing-masing dihargai $500.

Setahun kemudian, Apple merilis produk keduanya, yang merupakan pembaruan Apple I, bernama Apple II. Jika Apple I lebih layak disebut motherboard, Apple II lahir dalam wujud komputer sungguhan.

Dalam dua perilisan produk tersebut, Wozniak lebih berperan. Sayangnya, baik Apple I maupun Apple II bukanlah perangkat yang sederhana. Apple I misalnya. Hanya orang yang gila komputer yang akan membeli produk “sebatas motherbord” itu. Ini tak sesuai dengan angan-angan Steve Jobs, yang ingin menciptakan produk sederhana, mudah digunakan, tapi tetap modern.

Lisa dan Konsep User Interface

“Itu adalah visi asli Apple. Itulah yang kami coba lakukan dengan Mac pertama. Itu yang kami lakukan dengan iPod,” kata Jobs dengan tegas.

Visi asli Apple yang diutarakan Steve Jobs ialah merealisasikan nilai-nilai kesederhanaan, desain yang bersih, dan citarasa modern—sebagaimana yang ditampilkan rumah masa kecilnya—pada produk-produk Apple.

Jika Apple I dan Apple II lebih menonjolkan sisi teknis dan bahkan seakan-akan ditujukan bagi mereka yang benar-benar memahami komputer, Lisa alias Locally Integrated Software Architecture merupakan komputer yang hendak mewujudkan visi jobs tersebut.

Baca juga: Pelit Rilis Produk Baru, Strategi Apple Tak Jual Barang 'Sampah'

David T. Craig dalam papernya berjudul “The Legacy of the Apple Lisa Personal Computer: An Outsider's View” mengatakan bahwa proyek penciptaan Lisa mulai dilakukan pada 1979. Lisa merupakan proyek komputer yang dibuat agar mudah digunakan, bahkan oleh orang awam. 

Dalam penciptaan Lisa, Craig mengatakan bahwa Apple membutuhkan 200 pekerja dengan dana pengembangan sebesar $50 juta. Di awal, Lisa dikembangkan dengan pendekatan komputer pada umumnya, yakni komputer berbasis teks. Sayangnya, ini akan membuat orang-orang awam kesulitan menggunakan Lisa—sesuatu yang tidak diinginkan Apple.

Guna mengubah rancang awal tersebut, mengutip pemberitaan Vox, Steve Jobs memperoleh akses melihat demonstrasi teknologi yang dikembangkan Xerox di salah satu fasilitas penelitian mereka di Palo Alto, AS. Teknologi yang ditunjukkan Xerox itu ialah konsep graphical user interface (GUI), yang memungkinkan pengoperasian komputer hanya dengan klik dan klik sederhana (Microsoft mempopulerkan konsep ini dengan nama N2F—next, next, and finish), bukan menggunakan teks-teks pengkodean yang dibenci awam. Konsep windows, menu, ikon, dan konsep-konsep GUI lainnya, muncul dalam demonstrasi itu. 

Karena Xerox tidak memiliki keseriusan merealisasikan hasil penelitiannya menjadi barang konsumen, Apple mengambil ide itu. Beberapa mantan teknisi Xerox yang terlibat di penelitian tersebut direkrut Apple.

Lisa lalu dikembangkan. Pada 1 Januari 1983, Lisa muncul ke pasaran. Dari sisi perangkat keras, Lisa disusun atas komputer yang bekerja dengan prosesor 68000, memori berukuran 1 megabyte, dan monitor hitam putih 12 inci. Sebagai tambahan, Lisa memiliki dua port floppy disk, keyboard, serta temuan baru bernama “mouse”—komponen yang menjadi kunci penerapan GUI pada komputer.

Dari sisi perangkat lunak, terutama soal GUI, Lisa lahir dengan menu bar di bagian atas, yang terdiri atas “file”, “edit”, “view”, dan “special”. Jika diklik menggunakan mouse, masing-masing menu akan mengeluarkan submenu yang kemudian berubah menjadi perintah-perintah tertentu yang akan dijalankan komputer. Selain itu, Lisa juga menghadirkan kemampuan untuk menggerak-gerakkan file hanya dengan menggunakan mouse.

GUI milik Lisa membuat komputer menjadi bersahabat dengan orang awam. Dengan inilah Apple merevolusi dunia komputer.

Kekuatan Lisa dari sisi perangkat lunak tercipta atas 90.000 garis kode Pascal. Saat meluncur ke pasaran, Lisa hadir dengan aplikasi yang langsung dapat digunakan untuk kebutuhan perkantoran seperti LisaWrite, LisaDraw, LisaCalc, LisaGraph, LisaProject, LisaList, dan LisaTerminal.

Di awal kemunculannya, Lisa dijual seharga $9.995, nilai yang setara dengan $24.986,60 saat ini. Membeli komputer Lisa artinya membeli komputer secara keseluruhan. Pengguna tidak perlu disibukkan dengan pengaturan njelimet yang hadir pada komputer-komputer sebelum Lisa. Saat Lisa dibeli dan pertama kali dihidupkan, misalnya, pengguna langsung dapat menulis menggunakan LisaWrite.

Baca juga: Paradise Papers Mengungkap Kecurangan Pajak Apple

Meski merevolusi cara manusia mengoperasikan komputer, secara bisnis Lisa kurang sukses. Salah satu alasannya ialah harga yang mahal. Selama dua tahun ada di pasaran, Lisa hanya terjual sebanyak 200.000 unit. Atas kegagalan bisnis ini, Apple lalu mematikan Lisa.

Pada 24 Januari 1984, Apple merilis Macintosh (pertama kali disebut Macintosh XL atau X-Lisa). Produk ini kemudian menjadi seri komputer ikonik dari Apple.

Dalam urusan bisnis, Lisa boleh saja gagal. Tapi ia sebetulnya sukses mengubah bagaimana manusia berinteraksi dengan komputer. Kesederhanaan pengoperasian Lisa juga merupakan kesuksesan Jobs dalam merealisasikan nilai-nilai yang dipelopori Frank Lloyd Wright dalam dunia arsitektur.

Baca juga artikel terkait PERUSAHAAN TEKNOLOGI atau tulisan menarik lainnya Ahmad Zaenudin