Strategi OVO Menjadi Unicorn Kelima di Indonesia

20 October 2019 - by

Kolom oleh: Setyo Budianto - Director & Chief Digital Consumer Officer, PT Metranet   Saya pengguna digital payment baik itu GoPay, OVO, DANA dan LinkAja. Yang sering saya gunakan adalah GoPay dan OVO. Maka saya tidak heran, ketika minggu lalu tepatnya, pada event Tech In Asia di Jakarta, CEO OVO Jason Thompson secara resmi mengumumkan menjadi Startup Unicorn kelima asal Indonesia, menyusul Gojek, Tokopedia, Traveloka dan Bukalapak.

OVO merupakan salah satu produk aplikasi finansial yang awalnya dimiliki grup Lippo. Saat ini investor OVO selain Lippo adalah Tokyo Century Corporation, Grab, dan Tokopedia. Valuasi OVO menurut laporan CB Insights telah mencapai US$2,9 miliar

Menurut data Bank Indonesia, jumlah Total Payments Volume (TPV) OVO mencapai 56,1 trilyun rupiah di semester 1 tahun 2019, ini merupakan jumlah tramnsaksi terbesar untuk pembayaran digital di Indonesia.

OVO menjalankan strategi open ekosistem atau open platform yang membuka kerja sama dengan berbagai partner strategis. Saat ini OVO telah menjalin kerja sama dengan Grab, Kudo, Alfamart, Moka, Tokopedia, dan beberapa partner lainnya.

OVO juga tersedia di lebih dari 300 kota di seluruh Indonesia dan menjadi platform dengan pembayaran yang paling banyak diterima di toko-toko ritel offline, platform O2O dan e-commerce. OVO telah hadir di 90% mal di Indonesia, termasuk hipermarket, department store, kedai kopi, bioskop, operator parkir dan jaringan rumah sakit terkemuka.

Kolaborasi merupakan faktor yang utama untuk bisa menggantikan transaksi tunai yang masih sangat mendominasi di Indonesia. Yang menjadi pesaing utama dari perusahaan financial technology (fintech) penyedia layanan pembayaran digital seperti OVO bukanlah antar pemain fintech, melainkan dengan uang tunai. Sekitar 90 persen transaksi pembayaran saat ini masih menggunakan uang tunai.

OVO juga fokus pada pengembangan QR Code untuk mendukung pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Saat ini pengguna OVO dapat melakukan pembayaran di sekitar 200.000 merchants UMKM di berbagai wilayah di Indonesia menggunakan QR code.

Untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan tingkat inklusi keuangan nasional, OVO juga akan memperluas layanannya, tidak hanya sekedar menjadi alat pembayaran saja. Beberapa layanannya antara lain working capital loan, asuransi, hingga layanan PayLater untuk yang berbelanja di Tokopedia.

Saya melihat kedepannya, prospek OVO masih terbuka lebar, namun demikian dengan pemberlakuan QRIS (QR Code Indonesia Standart) yang wajib digunakan mulai Januari 2020, dimana memungkinkan Merchant bisa menerima apapun alat bayarnya, maka akan dapat mengubah peta persaingan di industri digital payment.