icon-category Digilife

Awas! WhatsApp, Ponsel Android dan Driver Laptop Masih Jadi Incaran Hacker

  • 26 Feb 2020 WIB
Bagikan :

(Ilustrasi. Foto: Mika Baumeister / Unsplash)

Uzone.id -- Semakin canggih teknologi digital, maka semakin rentan juga keamanan data pengguna jika tidak dilindungi dengan baik. ‘Perantara’ yang kerap dimanfaatkan pihak hacker untuk mencuri data pengguna pun tak jauh-jauh dari hal yang digunakan sehari-hari.

Perusahaan keamanan siber Kaspersky memaparkan bahwa sepanjang 2019, Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi target hacker dengan jenis peretasan “lebih canggih” ketimbang menyebar malware semata.

Serangan siber ini diberi nama Advanced Persistent Threats (APT). Dijelaskan Dony Koesmandarin selaku Territory Channel Manager Kaspersky Indonesia para hacker melakukan serangan siber APT secara diam-diam dan tidak langsung menyebarnya seperti malware. Gak heran kalau APT ini tergolong sebagai cyberpionage.

Baca juga: Hacker Manfaatkan Corona Buat Sebar Malware

Smartphone itu sudah jadi bagian dari hidup, bukan lagi untuk lifestyle saja. Serangan APT itu serangan yang kompleks karena caranya berbeda, termasuk attack yang menyebarkan phising misalnya ke dalam email, WhatsApp agar bisa mencuri data pengguna,” ungkap Dony saat berbincang dengan media di Jakarta, Rabu (26/2).

Dia melanjutkan, “bagaimana mereka mencuri informasi pribadi kita? Macam-macam, bisa melalui ponsel pintar kita secara langsung dan mengendap di situ, koneksi ponsel pintar kita yang dihubungkan ke WiFi kantor, melalui aplikasi messaging, sampai menyusupi driver hardware.”

Dari penjelasan Dony, hacker semakin getol memanfaatkan driver pada laptop dan komputer untuk menyusupkan si virus jahat tersebut. Jadi, ketika pengguna melakukan install dan inject, perangkat kita sudah terinfeksi APT.

Baca juga: TikTok Segampang Itu Diretas?

“Ini yang membedakan serangan APT dengan malware biasa, karena dia tak bisa dideteksi dengan antivirus biasa. Kalau sudah mendiami perangkat kita, dia bisa menetap di situ dalam waktu lama sembari mengumpulkan dan mencuri data pribadi kita,” ungkap Dony.

Kemudian ada juga jenis APT yang menyerang ponsel Android dan iPhone di Indonesia yang sifatnya spyware. Biasanya serangan ini bisa masuk ke dalam ponsel pengguna melalui aplikasi yang diunduh.

“Malware yang membobol ponsel Android atau iPhone pengguna itu biasanya sudah dikonfigurasi agar tak cuma membaca chat di dalam aplikasi WhatsApp, Telegram dan lain-lain saja, tapi juga merekam telepon dan rekaman suara,” lanjut Dony.

Diketahui selain Indonesia, negara-negara Asia Tenggara lain yang menjadi target serangan siber sejenis adalah Malaysia dan Vietnam.

Sementara dari laporan Kaspersky Security Network (KSN) tahun 2019, tercatat 36,1 persen pengguna diserang oleh ancaman yang ditransmisikan melalui web selama Januari-Desember 2019.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini