icon-category Entertainment

Balmain yang Memikat Bintang Hollywood

  • 19 Apr 2018 WIB
Bagikan :

“Saya duduk di lantai bersama  Beyoncé dan menggunting bahan pakaian. Blue (anak sulung Beyoncé) masuk ke dalam ruangan dan berlari menghampiri B. B memeluknya sembari berbincang tentang potongan dan siluet busana. Buat saya, momen tersebut sangat indah karena di sini kita tidak hanya sedang bersama seorang bintang ternama tetapi juga seorang wanita dan ibu yang mencintai sang anak,” kata Olivier Rousteing, direktur kreatif Balmain --rumah fesyen mewah asal Prancis-- kepada Vogue.

Bagi Rousteing yang tidak pernah mengenal ibu kandung, momen tersebut terasa emosional. Hal itu pun jadi sesuatu yang paling berkesan dari kerjasama dengan Beyoncé untuk festival musik Coachella 2018. Kolaborasi dengan Beyoncé membuat Rousteing harus bergadang berhari-hari dan terbang ke Los Angeles untuk mengikuti gladi bersih penampilan Beyoncé. Ia harus memastikan cahaya lampu panggung menyinari bagian baju yang tepat. Menurut Rousteing, Beyoncé sangat perfeksionis.

“Ia memberitahu saya musik yang harus ditekankan dalam setiap busana.”

Rousteing mendesain lima baju untuk panggung B --panggilan akrab Rousteing untuk Beyonce-- di Coachella. Salah satunya terinspirasi dari busana tradisional Yunani. Ia ingin Beyoncé tampil bagai seorang dewi yang berani. Terciptalah jubah dan hiasan kepala yang penuh dengan manik-manik. Selain itu, Rousteing menciptakan terusan mini, dua stelan kaus dan celana pendek, serta jaket hologram. Ia turut merancang busana bagi 200 penari latar Beyoncé. Billboard menyebut keseluruhan penampilan Beyoncé hari itu merepresentasikan budaya kulit hitam.  

Representasi budaya kulit hitam jadi salah satu hal yang diinginkan Rousteing dalam berkarya. Ketika memilih untuk jadi desainer, ia ingin menciptakan keragaman dan hendak mengubah kesan mode yang elitis menjadi hal yang bisa dinikmati oleh berbagai kalangan.

Salah satu caranya adalah kolaborasi dengan musisi. Rousteing memang mencintai musik. Dalam wawancara dengan New York Times ia bercerita bahwa musik adalah obsesi pertamanya. “Saya tidak bisa memilih antara musik dan mode. Dalam sehari, saya bisa mendengar musik sampai 10 jam. Semakin keras musik, semakin banyak hal yang bisa saya tuangkan dalam sketsa,” katanya.

Rousteing berkolaborasi dengan banyak musisi pop. Menurutnya, hal tersebut mampu membuat karyanya bisa meraih perhatian jutaan orang. Tujuan Rousteing sebagai direktur kreatif tak semata membuat busana laku. Ia ingin karyanya tertancap di benak banyak orang.

Dua tahun lalu Balmain berkolaborasi dengan Kanye West dalam proyek video klip "Wolves". Selain jadi video klip lagu West pada tahun 2016, video juga berfungsi sebagai kampanye koleksi terbaru Balmain. Untuk proyek ini Rousteing merekrut model-model favorit yang namanya sudah populer di ranah mode seperti Kim Kardashian, Joan Smalls, Jourdan Dunn, Alessandra Ambrossio, Kendall Jenner, Dilone, dan Jon Kortajarena.

Sebelumnya, Rousteing pernah menjadikan penyanyi Rihanna sebagai model untuk koleksi musim semi 2014. Dalam Hollywood Reporter Rihanna menyatakan rasa bangga karena bisa jadi model lini mode favoritnya. Bagi Rousteing, Rihanna cocok untuk menjadi model Balmain.

“Ia boyish, kuat, berkuasa, dan tahu bagaimana mengeksplorasi kecantikan. Ia adalah ikon baru,” kata Rousteing.

Dalam perjalanannya Rousteing tidak hanya menggandeng musisi ternama. Ia juga berkolaborasi dengan sosok-sosok yang telah familiar di media massa. Misalnya model-model lawas seperti Naomi Campbell, Claudia Schiffer, dan Cindy Crawford. Sosok mereka tampil dalam kampanye Balmain musim semi 2016. Alasan Rousteing menampilkan mereka karena tiga wanita tersebut membuat dirinya mencintai mode. Rousteing melabeli mereka wanita kuat. Sosok yang menurutnya inspiratif dan representatif bagi Balmain.

Infografik Balmain

Rumah mode asal Paris ini merekrut Rousteing pada 2011. Usianya masih 24 tahun. Ia menjadi direktur kreatif termuda dari label mode premium di Paris. Ia jadi orang kulit hitam pertama yang berperan sebagai direktur kreatif lini mode tersebut. Pihak Balmain menaruh harapan besar pada Rousteing. Sebagai milenial yang akrab dengan media sosial, tim Balmain berharap ia bisa membuat rumah mode lebih tersohor.

Namun tak selamanya jalan Rousteing mulus. Karyanya kerap dianggap vulgar dan kontroversial. Tapi Rousteing menepis kritik itu. Baginya, penampilan seksi adalah tentang rasa percaya diri seseorang dan bagaimana ia mencintai diri sendiri. "Mengapa wanita dilarang merasakan hal seperti itu? Tidak ada yang salah dengan seksi,” katanya pada New York Times.

Dengan menampilkan sosok Kim Kardashian, Kendall Jenner, Kylie Jenner, dan Justin Bieber dalam busana Balmain, Rousteing menyiratkan keinginan Balmain untuk meraih kaum muda. “Hari ini, orang yang bisa membeli busana premium ingin tampil lebih muda. Balmain itu pop sekaligus premium. Estetikanya mudah diterima tetapi harganya sangat tinggi,” tuturnya pada The Guardian.

Kritik itu tak jadi hal yang begitu mengganggu. Emmanuel Diemoz, mantan Chief Exevutive Balmain pernah menyatakan Olivier berhasil mencapai pasar pembeli baru. Ia mengubah citra Balmain sebagai lini mode Paris yang sangat eksklusif menjadi label mode yang terkesan demokratis, internasional, dan populer di Instagram.

Karya Rousteing membuat penghasilan Balmain meningkat. Peningkatan penghasilan tersebut membuat Balmain membuka toko di New York dan Los Angeles pada tahun 2017. “Ada ikatan kuat antara Rousteing dan Amerika Serikat sehingga Amerika adalah pasar di mana kami harus terlihat dan relevan baik di sektor retail maupun grosir,” kata Massimo Piombini, Chief Executive Officer Balmain. 

Baca juga artikel terkait MODE atau tulisan menarik lainnya Joan Aurelia

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini