Indonesia saat Ini Andalkan 9 Satelit, SATRIA-1 Meluncur 2023
Uzone.id - Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny G. Plate mengatahan bahwa pemerintah Indonesia menargetkan pembangunan lapisan middle mile berupa microwave link, fiberlink, dan satelit untuk pemerataan akses infrastruktur digital.
Kominfo pun telah menyusun Peta Jalan Satelit Indonesia dengan menyiapkan satu high througphut satelitte atau SATRIA-1.Johnny berharap SATRIA-1 bisa mengorbit pada kuartal ke-IV tahun 2023. Namun, itu belum cukup karena masih banyak kebutuhan satelit yang harus ditingkatkan.
BACA JUGA: Seri Xiaomi 12 Resmi Dirilis, Termurah Rp7 Jutaan
"Kita sendiri sedang menyusun dan menyiapkannya dengan harapan sampai dengan tahun 2024 nanti kebutuhan satelit kita menjadi lebih baik,” kata Johnny, saat berbicara di acara 'Mendigitalkan Indonesia: Retrospeksi 2021 dan Outlook 2022 Kementerian Kominfo' di Ballroom A Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (28/12/2021).
Semakin banyak kapasitas yang disediakan, kata Johnny, makin besar pula kapasitas satelit yang dibutuhkan.
Kemudian, terdapat dua keuntungan yang bisa diambil, yakni bisa memperlebar titik layanan dan meningkatkan kecepatan layanan satelit itu sendiri.
Pakai 9 Satelit
Saat ini, kata Johnny, Indonesia menggunakan 9 satelit. Lima di antaranya satelit nasional dan empat satelit asing.
"Untuk kebutuhan telekomunikasi nasional kita dengan kapasitas total sekitar 50 Gbps untuk seluruh komunikasinya. Tetapi dari 50 Gbps itu, Kominfo sendiri adalah pengguna 27 Gbps atau lebih dari setengah kebutuhan satelit nasional yang saat ini digunakan oleh Kominfo,” beber Johnny.
BACA JUGA: Mengenal CEO Baru Indosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha
Dalam Peta Jalan Satelit, Indonesia butuh sekitar 1 TBps atau 1000 Gbps yang akan dipenuhi melalui SATRIA-1.
Johnny menerangkan saat ini, SATRIA-1 sedang dalam proses produksi baik dari teresterial komponen di darat maupun luar angkasa. Proses itu berlangsung melalui kerja sama BLU BAKTI Kementerian Kominfo dan penyelenggara atau operator.
Satelit SATRIA-1 memakai satelit teknologi dari Prancis, Thales sedangkan rocket launch-nya memakai teknologi SpaceX (Space Exploration Corporation), perusahaan yang dipimpin Elon Musk.