icon-category Lifestyle

Mahasiswa Ini Buat Spageti dan Milkshake Berbahan Singkong

  • 12 Apr 2016 WIB
Bagikan :
alt-img | April 12, 2016 4:29 pm

Mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) memanfaatkan singkong sebagai bahan untuk membuat spageti, milkshake, dan coffee latte. Inovasi tersebut telah memperoleh First Runner Up National Business Plan Competition EURECA Entrepreneur Creative Challenge 2016, di Jakarta, pada Februari 2016.

Para mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Bisnis tersebut yakni Agatha Audiana Soesilo, Hagi Pranata, dan Jonny. Awalnya, ide pembuatan makanan dan minuman tersebut karena adanya keinginan untuk menciptakan makanan yang lebih sehat dengan memanfaatkan bahan-bahan alami, bebas pengawet, dan bebas bahan kimia sintesis.

Ide tersebut bermula saat mereka mengikuti kuliah brand & product management yang dipandu oleh Hendro Susanto. Ketiganya kemudian belajar membuat konsep hingga pengemasan dan logo produk. Mereka beberapa kali berkonsultasi dengan para peneliti di Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian agar produk yang dihasilkan layak dan lolos uji.

Menurut Agatha, bahan baku singkong sangat melimpah, bahkan menjadi produk hasil tani terbesar kedua di Indonesia. Namun, selama ini pemanfaatan singkong hanya sebatas dijadikan keripik, singkong rebus, atau yang paling modern singkong keju. Oleh sebab itu, Agatha dan dua rekannya berinisiatif memanfaatkan singkong lebih variatif agar menciptakan nilai tambah (value added).

“Kalau dimanfaatkan untuk spageti dan milkshake, singkong akan mengalami peningkatan nilai yang signifikan, bahkan bisa masuk ke dalam bisnis kuliner yang lebih luas,” kata Agatha saat ditemui di kampus UKWMS Dinoyo, Surabaya, Selasa (12/4).

Para mahasiswa yang tergabung dalam Tim OWL ini membuat spageti dengan tiga rasa, yakni, carbonara, bolognese, dan aglio olio. Saus pelengkap spageti juga diracik sendiri dengan menggunakan bahan-bahan alami. Selain itu, mereka juga membuat variasi rasa spageti dengan pewarna alami, yakni wortel untuk warna kuning, bit untuk warna merah, dan bayam untuk warna hijau. Ketiga sayuran tersebut dibuat sari sebelum dicampur dengan adonan spageti.

Jonny menambahkan, proses pembuatan spageti sangat sederhana. Singkong yang telah direbus kemudian ditumbuk halus, dicampur dengan tepung terigu untuk mengikat adonan. Setelah itu, adonan diremas-remas sampai halus, kemudian digiling dan dicetak menjadi mi.

Untuk membuat milkshake, singkong yang sudah direbus diblender dengan sirup, gula, susu dan es. Setelah diblender, adonan disaring agar ampas singkong tertinggal. Ada tiga varian rasa susu yang digunakan yakni vanila, cokelat, dan stroberi. “Sedangkan untuk membuat coffee latte, bahannya sama tinggal mengganti susu dengan kopi hitam,” kata Jonny.

Proses penelitian untuk produk tersebut memakan waktu sekitar empat bulan sejak akhir 2015. Biaya yang dibutuhkan hanya sekitar Rp 200 ribu. Sebab, selain mudah didapat, harga singkong termasuk murah, yakni Rp 3.000 per kilogram. Jika nantinya dijual, harga spageti dibanderol Rp 14 ribu per porsi. Sedangkan, milkshake dan coffee latte dijual seharga Rp 8.000 per porsi.

Sebelumnya, Tim OWL juga memanfaatkan singkong untuk membuat fettucinni. Inovasi tersebut dilombakan dalam ajang yang digelar Universitas Indonesia. Namun, Tim OWL harus pasrah dengan mengantongi peringkat tujuh besar.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini