icon-category Startup

Peraih Gelar Unicorn Lokal Selanjutnya: Sektor Edukasi atau Kesehatan?

  • 09 Nov 2020 WIB
Bagikan :

(Ilustrasi foto: Unsplash)

Kolom oleh: Fajrin Rasyid, Direktur Digital Business PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom)

Uzone.id -- Sejauh ini, banyak yang optimis dengan perkembangan startup bidang edukasi dan kesehatan. Keduanya merupakan industri yang justru terdampak positif oleh pandemi Covid-19 ini. Namun, kedua bidang ini masih belum juga melahirkan unicorn.

Awal tahun 2020, ada 4 startup edutech meraih investasi, sebut saja Arkademi, Pahamify, Gredu, dan Zenius. Sementara itu, healthtech masih sepi, baru Halodoc yang masuk pendanaan seri C.

Untuk meraih gelar unicorn, sebuah startup mesti mencapai OKR yang cukup besar, entah itu dari sisi active user, transaksi, ataupun parameter lainnya. Saya mengidentifikasi dua hal yang menjadi peluang sekaligus tantangan bagi startup edukasi maupun kesehatan ke depan.

1. Menyentuh pangsa mass market

Untuk mencapai status unicorn, startup mesti menyentuh mass market, yakni kalangan masyarakat menengah ke bawah yang memiliki jumlah sangat besar di Indonesia. Jika kita melihat unicorn yang sudah ada di Indonesia yakni Bukalapak, Tokopedia, Traveloka, Gojek, dan OVO, semuanya boleh dibilang menyentuh hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia termasuk mass market.

Traveloka mungkin merupakan salah satu pengecualian karena tidak terlalu menyentuh mass market namun startup ini memiliki dominasi yang tinggi di segmen menengah ke atas, baik dari pangsa pasar maupun dari nilai transaksi -- user merogoh kocek besar setiap bertransaksi di sana.

Baca juga: Startup Menuju IPO Saat Pandemi, Perlu atau Tidak?

Dalam hal ini, startup edukasi memiliki peluang besar karena kondisi pandemi memaksa kegiatan belajar mengajar di hampir seluruh sekolah di Indonesia dilakukan secara daring atau jarak jauh.

Sementara itu, meskipun pandemi juga mendorong industri kesehatan pada umumnya, tidak seluruh lapisan masyarakat memiliki urgency untuk menggunakan layanan startup kesehatan. Masyarakat secara umum masih dapat menggunakan layanan FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) secara langsung secara offline untuk memenuhi kebutuhan kesehatan mereka.

alt-img
(Ilustrasi foto: Startaê Team / Unsplash)

2. Menjalin kerjasama dengan pemerintah

Dalam buku berjudul ‘The Third Wave: An Entrepreneur’s Vision of the Future’, Steve Case --pendiri AOL yang merupakan salah satu perusahaan berbasis internet terbesar pertama di dunia-- berargumen bahwa ke depan, tren perusahaan teknologi akan menyentuh sendi-sendi kehidupan masyarakat offline.

Dalam hal ini, diperlukan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait termasuk pemerintah. Startup berbasis kesehatan memiliki barrier to entry untuk yang lebih tinggi karena industri kesehatan memiliki regulasi yang lebih detail dibandingkan dengan industri pendidikan. Oleh karena itu, startup berbasis edukasi kembali memiliki kelebihan di bidang ini.

Meskipun demikian, tidak berarti bahwa startup di bidang kesehatan tidak berkesempatan. Pandemi ini diprediksi akan semakin meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melek kesehatan.

Meskipun dalam jangka pendek saya memprediksi akan muncul terlebih dahulu unicorn dari startup di bidang pendidikan, saya yakin kedua industri ini akan tumbuh pesat asalkan dapat memenuhi tantangan di atas.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini