Home
/
Digilife

Peretasan Twitter Besar-besaran Mencerminkan Krisis Keamanan Global

Peretasan Twitter Besar-besaran Mencerminkan Krisis Keamanan Global
Birgitta Ajeng16 July 2020
Bagikan :

Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Uzone.id - Situs jejaring sosial Twitter mengalami peretasan besaran yang melibatkan sejumlah akun orang ternama, seperti Barack Obama, Joe Biden, Jeff Bezos, Waren Buffet, Bill Gates, Mike Bloomberg, Elon Musk, Kanye West, dan lainnya. Akun-akun tersebut mencuitkan promosi donasi menggunakan bitcoin pada 15 Juli 2020.

Saat masalah tersebut terjadi, Twitter sama sekali tidak menjelaskan apa-apa. Mengutip The Verge, dua jam kemudian, Twitter hanya menyampaikan apa yang terjadi pada banyak pengguna, yakni telah menonaktifkan opsi untuk mengganti password bagi pengguna yang terverifikasi.

Hal itu sekaligus merupakan upaya Twitter untuk mengatasi peretasan tersebut. Aksi diam para politisi, selebritas, dan pers menyulut banyak candaan mengenai kasus ini, walaupun tak bisa dinafikan hal ini juga punya dampak yang lebih buruk.

Twitter, dengan segala kebaikan dan keburukannya, adalah salah satu sistem komunikasi terpenting di dunia. Ada pula layanan kesehatan darurat di dalamnya. Intinya, banyak orang mengandalkan Twitter untuk mendapatkan informasi penting.

Tentu saja, langkah Twitter menghentikan akun terverifikasi untuk mengunggah cuitan tidak bisa dianggap adil.

Baca juga: Twitter Kena Hack Besar-besaran, Mulai Akun Obama sampai Elon Musk Promosi Bitcoin

Sebagai gambaran, kalian mungkin lebih suka National Weather Service atau BMKG tidak mengunggah cuitan, daripada ada peretas yang menggunakan akun tersebut dan menyebarkan pesan hoaks bahwa akan ada tornado yang melanda seluruh kota di Amerika Serikat.

Yang jelas, dari langkah Twitter tersebut, kita bisa mendapat gambaran betapa seriusnya peretasan ini. Sebab, waktu itu, Twitter menonaktifkan sementara sebanyak 359 ribu akun terverifikasi.

Kasus ini juga sekaligus membuat kita bertanya-tanya rencana darurat apa yang Twitter punya jika suatu saat kejadian semacam ini terulang lagi. Katakanlah, misalnya, yang mengambil alih akun terverifikasi tersebut bukan saja mempromosikan Bitcoin, tetapi seorang psikopat, atau aktor sekelas negara untuk menyebar teror.

Sejak kasus ini, kita tak bisa lagi berpikir bahwa kejadian peretasan semacam itu tak mungkin terjadi. Jangan-jangan suatu saat, ada peretas yang mengambil alih akun kepala negara untuk memicu perang nuklir.

The Verge menyatakan sepakat dengan pendapat senator Josh Hawley, politisi Partai Republik dari Missouri. Josh mengatakan, “Saya prihatin bahwa kejadian ini mungkin menggambarkan bukan hanya serangakaian insiden peretasan terencana tetapi juga serangan sukses atas keamanan Twitter sendiri.”

Baca juga: Twitter Kena Hack Gara-gara Karyawan Lalai? Hacker Pakai Metode Social Engineering

“Seperti Anda tahu, jutaan pengguna Anda bergantung pada layanan Anda bukan hanya untuk men-twit secara umum tetapi juga berkomunikasi secara pribadi melalui layanan direct message. Sebuah serangan sukses terhadap sistem server Anda menunjukkan ancaman kepada seluruh keamanan data dan privasi pengguna Anda,” imbuhnya.

Tentu saja ancaman di sini bukan sekadar privasi dan keamanan data, walaupun ancaman itu nyata dan substansial. Ancaman sebenarnya adalah potensi Twitter untuk memicu kerusuhan di dunia nyata yang dipicu penipuan dan manipulasi di dunia maya.

Twitter mungkin membutuhkan beberapa hari untuk menginvestigasi insiden ini. Namun, yang tak kalah penting sebenarnya, Twitter harus harus menjelaskan apa yang terjadi sekarang ini, dan apa yang akan mereka lakukan untuk memastikan hal serupa tak akan terjadi lagi. Peretasan Twitter besar-besaran sebenarnya mencerminkan krisis keamanan global.

populerRelated Article